"Manalah ku tau datang hari ini
hari dimana ku melihat dia
yang tak aku bidik, yang tak aku cari
duga benih patah hati lagi.""Tau begini, jika bisa memilih
tak bertemu mu pasti itu yang ku pilih
jika bisa ku hindari garis interaksi
itu yang ku pilih.""Ingin bawanya ke tempat tempat indah
tipikal klise ingin tau pikirnya
entah ini ingin, entah ini sayang
si hati rapuh tantang wahana.""Oh lagi lagi, aku yang tak berkendali
di oasis sendu, itu yang ku pilih
aku yang tak kuasa mengendalikan
hati, tak semua ku pilih.""Alam dan seluruh energinya
apa dalam ciptanya ada aku
bila bukan untuk aku, hindari ku
dari patah hati itu.""Jika dia memang bisa untuk ku
sini dekat dan dekat lah, dan jika
dia memang bukan untuk ku
tolong, reda dan reda lah~~~""Liv Liv, stop-stop." Tahan Laura saat Olive menyanyi terlalu kencang. Memang suaranya semakin keras semakin bagus tapi ini bisa mengambil alih orang lain untuk melihat mereka berdua latihan.
"Gila, lu nyanyi apa lagi depresi anjir kenceng banget, mana pake mikrofon."
Olive terdiam, "Sorry."
"Lagu nya sesuai sama isi hati,,,"
Belum Laura sempurna menyelesaikan kalimatnya tapi suara ramai ramai tepuk tangan sudah terdengar dari luar ruangan membuat Laura membuka pintu dan di sana sudah ramai oleh anak-anak futsal yang berdiri.
"Keren, siapa yang nyanyi?" Tanya kakak Laura sambil lirik-lirik ke dalam ruangan.
"E-eh Kak jangan masuk." Tahan Laura.
"Temen lu yang tadi?" Tanya kakak Laura yang mendapat anggukan dari adiknya.
"Olive ya?"
Laura mengangguk kepada cowok yang sebelumnya belum pernah ia lihat. Mungkin itu siswa baru yang ikut futsal. Cowok itu tersenyum. Suara milik Olive memang selalu bisa membuat siapa saja tergoda.
"Kenapa Lau?" Teriak Olive dari dalam ruangan. Tidak lama Olive menghampiri Laura yang masih setia berdiri di ambang pintu.
"Wah ini penyanyinya, keren banget."
"Udah, balik semua ke lapangan." Titah kakak Laura menunjuk jalan ke arah lapangan. Semua anggota futsal pun mengikuti perintah dari kakak Laura.
"Kakak kenapa masih di sini? Sana balik." Titah Laura ketus.
Fadhil • kakak Laura tersenyum miring. Arah matanya menuju tempat dimana Olive sedang berdiri, "Suara lu cantik sama kaya orangnya." Ujar Fadhil lalu pergi meninggalkan dua adik kelasnya itu.
"Dih." Itu Laura yang berdecih. Setelah melihat kepergian kakaknya barulah Laura kembali bicara dengan Olive.
Laura mengangkat kedua alisnya, "Lagu nya sesuai sama isi hati lu ya." Ujar Laura menggoda Olive.
Olive terkekeh, "Gua ketemu lagi sama yang namanya Arjuna, tadi dia ada di aula pake baju futsal."
Laura mengangguk pelan sambil mulutnya membentuk huruf O. Olive di ajak duduk di kursi yang tersedia di depan ruang musik.
"Jadi dia yang bikin lu dari tadi ngelamun ngeliatin lapangan." Ujar Laura.
Olive mengangguk lalu menghembuskan napas pelan, "Gua tuh suka sama dia tapi dia malah suka sama sahabat gua. Gua ga mau ketemu dia lagi tapi sekarang malah satu sekolah, nyebelin kan."
KAMU SEDANG MEMBACA
AGLOMERSI
Teen FictionGilang Argantaro menuntut orang yang sudah menabraknya di jalan dan ia akan membawa masalah ini ke jalan hukum. Saat sahabat pelaku memohon pada Gilang untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan, Gilang menyetujuinya tetapi dengan satu sya...