Tiga cowok dan satu cewek sedang berkumpul di meja panjang yang di tengah-tengahnya ada banyak makanan dan beberapa bungkus snack juga minuman.
Cewek itu sedari tadi mengoceh terus terusan, marah marah, kesal bahkan penampilannya berantakan. Sedangkan ketiga cowok di hadapannya hanya diam, mengangguk, dan menggelengkan kepala, bingung harus menjawab seperti apa.
Ketiga cowok ini tidak tau bagaimana menghadapi cewek yang sedang di landa rasa kesal dan marah, takut salah sedikit kena sabet, kan repot urusannya jadi mereka lebih pilih diam. Namun ternyata pilihan mereka tidak benar 100% karena cewek itu menggebrak meja, menatap satu persatu wajah cowok di hadapannya.
"Dari tadi cuma geleng ngangguk geleng ngangguk, bantu kek, apa kek. Kalian sahabat gua atau bukan sih?!" Kesal Fayya lalu kembali duduk di kursi.
Sudah bisa di tebak bahwa ketiga cowok itu adalah Marco, Dicky, dan Mark. Siapa lagi sahabat Fayya selain mereka bertiga? Tidak ada.
Dicky menyenggol tangan Mark agar Mark yang turun tangan menjawab semua ocehan yang sudah Fayya bicarakan tadi. Namun, Mark justru menoel tangan Marco yang duduk di depannya agar Marco saja yang turun tangan karena posisi Marco yang paling dekat dengan Fayya.
Bukannya segera menenangkan Fayya justru Marco malah melirik ke arah Dicky seakan menyuruh Dicky saja yang turun tangan menghadapi Fayya. Namun Dicky hanya menatap Marco malas.
Mark berdeham, matanya melirik Dicky dan Marco bergantian. Doakan semoga Mark tidak salah bicara.
"Fay yang tenang di sini masih ada gua." Ujar Mark.
Dicky menyenggol tangan Mark lalu menatap cowok itu tajam, "Enak aja! Kita bukan lu doang."
Mendengar ucapan Dicky, Marco mengangguk-angguk, "Kita masih ada buat lu di sini." Ujar Marco seraya merangkul pundak Fayya dan mengusap-usapnya pelan.
Fayya mengangkat kepalanya tegak dan menatap ketiga sahabat cowoknya bergantian, "Kalian ada buat gua kan?" Tanyanya.
Ketiga cowok itu serentak mengangguk pelan. Nada bicara Fayya saat mengucapkan kalimat itu menyeramkan dan agak mencurigakan.
"Kalo kalian ada buat gua, gua mau kalian celakain Arum."
Sudah di duga pasti Fayya punya niat seperti itu. Mencelakakan Arum. Dicky, Mark, dan Marco sudah bisa baca apa yang Fayya pikirkan.
"Aduh gimana ya Fay, bukan ga mau ta..."
"Sahabat gua kan? Selalu ada buat gua?" Potong Fayya cepat.
Marco melirik ke arah Dicky dan Mark seraya meminta keputusan kepada mereka berdua.
"Hm, oke kita bakal celakain Arum." Putus Mark akhirnya.
Dicky menyenggol tangan Mark sambil membulatkan matanya, "Gila lo!"
"Ky kalo lu ga mau bantu untuk celakain Arum mending lu ga usah ikut kumpul lagi bareng kita." Sahut Fayya.
"Y....ya bukan ga mau Fay."
"Ya udah ikutin aja apa yang gua minta." Balas Fayya cepat.
Respon Dicky hanya mengangguk-angguk.
"Jadi Arum mau di celakain kaya gimana?" Tanya Marco.
"Terserah kalian, gua ga mau mikir pokoknya gua minta biar Arum putus sama Gilang dan kalo perlu biar Gilang jadi ga suka sama Arum." Jawab Fayya.
"Ya udah oke, kita bakal bela lu kok selow aja." Sahut Mark.
"Jangan nangis lagi tapi lu nya Fay." Timpal Dicky.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGLOMERSI
Teen FictionGilang Argantaro menuntut orang yang sudah menabraknya di jalan dan ia akan membawa masalah ini ke jalan hukum. Saat sahabat pelaku memohon pada Gilang untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan, Gilang menyetujuinya tetapi dengan satu sya...