Kembali - 08
Dio menggeleng gelengkan kepala lucu saat Mark menyuruh anak itu mengikuti jejaknya untuk masuk jurusan kedokteran, "Gua ambil arsitek aja, Kak."
Anggukan kepala dari Mark terlihat oleh mata kepala Dio, tanda kakaknya mengerti mengapa dirinya memilih jurusan arsitek, "Nih." Satu suapan terulur ke mulut Dio. Siapa lagi yang bukan menyuapinya selain Mark?
"Kak, mauuu," AW tentu iri dengan Dio yang di suapi makanan oleh Mark, "Aaaaa.... mmmm."
"Lu mau ambil jurusan apa?" Tanya Mark, kini kepada AW yang baru bergabung dengan mereka.
"Teknik."
"YAAAHAHAHA KALAH LU." Suara itu berasal dari tengah tengah mereka. Di sana ada Dicky dengan si kembar lagi bermain kartu uno.
"Cemong cemong dah tu muka." Ujar Dicky, sangat puas melihat betapa cemongnya wajah Ardi karena colekan lipstik yang di sebabkan oleh dua orang lainnya, Dicky dan Ardo. Darimana lipstik itu ada? Tentu milik cewek baru Dicky bernama Karin. Efek di tolak mentah mentah sama Galin, Dicky kembali beraksi menjadi buaya.
"Yah Kak buru buru banget." Lihatlah sikap manja Rafa kepada kakaknya, melendoti kakaknya yang harus pergi sekarang juga. Namun ia tidak marah, berpikir wajar jika Rafa bermanja kepadanya, sama seperti yang lainnya.
"Ga bisa Fa, main ps nya nanti lagi selesai gua kelarin urusan gua." Jelas kakaknya.
Rafa mempoutkan bibir, "Janji?"
Cowok itu mengangguk mantap. Perlahan tangan Rafa di lepaskan dari lengan cowok itu, walaupun ragu ragu tapi akhirnya terlepas juga. Cowok itu tersenyum lalu mengusak puncak kepala Rafa, "Doain gua, oke? Gua punya utang cerita sama kalian."
"Hm." Jawab Rafa sambil manggut manggut dengan mata yang terpejam, "Semoga yang terbaik untuk lu, Kak."
"Thanks."
Setelah selesai berpamitan kepada Rafa, cowok itu menghampiri yang lainnya untuk berpamitan juga. Dio sempat menolak, namun ia mengerti setelah di jelaskan sedikit alasan mengapa dirinya harus pergi sekarang juga. Dan ini, masalahnya Ardo malah mau ikut sama kakaknya yang satu ini.
"Do, sebentar doang dia pergi. Lagian lu di sini masih ada kita kita." Dicky mencoba memberi penjelasan.
Respon Ardo geleng geleng kukuh, "Kak please, kita juga butuh waktu kumpul. Kakak ga kangen sama kita?" Tatapan anak itu di buat seperti anak kucing yang minta di pungut, namun kakaknya tetap tidak bisa menuruti keinginannya untuk tetap kumpul bersama.
"Do tolong lah, sebelum semuanya terlambat." Mark ikut membujuk.
"Beli ayam warna warni, yakin bisa nolak?"
Ardo menutup mata seolah sedang tak mau tergoda atas tawaran AW. Ayam warna warni memang favoritnya, tapi ia akan tetap memilih kakaknya yang satu ini untuk tetap tinggal dan berkumpul bersama.
"Beli sama lu ya, Kak?" Kini malah meminta kakaknya membeli ayam warna warni.
"Ga bisa Do," Jawab cowok itu, "Beli sama yang lain aja."
"Ayam warna warni di tambah koleksi sailormoon?" Siapa sangka Ardo yang seorang anak geng motor suka pada dua hal seperti itu? Dan, mana bisa ia menolak? Tangannya yang tadi sangat kuat memegang lengan kakaknya di lepas begitu saja saat mendengar tawaran dari Akbar Wijaya yang amat sangat baik hati. Kapan lagi coba AW menawarkan membeli ayam warna warni dan koleksi sailormoon?
"GC! Mana kunci motor?" Tanya Ardo, celingak celinguk.
"Beli sendiri! Ngapain gua traktir lu yang kaya begituan."
KAMU SEDANG MEMBACA
AGLOMERSI
Teen FictionGilang Argantaro menuntut orang yang sudah menabraknya di jalan dan ia akan membawa masalah ini ke jalan hukum. Saat sahabat pelaku memohon pada Gilang untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan, Gilang menyetujuinya tetapi dengan satu sya...