Jantung Arum hampir copot karena sedikit lagi ia ketauan sedang berduaan dengan Gilang di dalam kelas. Anak-anak lain sudah pada bubar dari kelas, kini hanya menyisakan Arum dan Gilang. Namun tiba-tiba saja tadi Fayya balik lagi ke kelas untuk mengambil powerbank yang tertinggal di loker.
Untung saja Arum dan Gilang sama-sama pintar ngeles. Arum memberi alasan kalo sebenarnya ia mencari buku catatannya yang hilang sedangkan Gilang memberi alasan kalo ia sedang menunggu Marchel balik lagi ke kelas untuk nongkrong bareng.
"Lagian lu ngapain sih jegat-jegat gua mau balik." Protes Arum karena tadi setelah menyelesaikan tugas piketnya Arum di tahan oleh Gilang agar tidak keluar kelas dulu.
"Kita ke kafe yang waktu itu." Jawab Gilang.
"Ga mau."
"Kita pacaran udah tiga bulan beberapa hari masa lu masih ogah-ogahan jalan bareng gua?"
Kurang sabar apa Gilang menghadapi Arum yang ketika di ajak ke sana ke sini selalu menolak? Gilang berhasil ajak Arum jalan pun harus di paksa terlebih dahulu atau se pasrah-pasrahnya Gilang mengancam Arum agar Olive masuk penjara.
"Bukan ogah jalan sama lu, tapi gua males." Jawab Arum sambil menghembuskan napas pelan.
"Percaya deh sama gua kalo lu jalannya sama orang cakep kaya gua pasti males lu ilang." Jawab Gilang dengan tingkat pede yang tidak terkalahkan.
Arum bersikap seakan-akan ia mau muntah saat mendengar jawaban Gilang tadi. Tuhan tolong, kenapa ada orang yang bisa se pede ini? Ya walaupun Gilang memang beneran cakep.
"Tetep ga mau." Jawab Arum kekeuh.
Gilang menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan setelah itu ia tersenyum lebar kepada Arum, namun senyumnya seperti senyum orang yang sudah kesal tapi tidak bisa marah-marah.
Tidak ada respon dari Arum membuat Gilang bertindak menggenggam jari jemari Arum dan membawa Arum ke luar kelas. Saat menyadari tingkah Gilang, Arum buru-buru melepaskan tautan jari jari mereka dan berjalan mundur beberapa langkah menjauhi Gilang. Sumpah demi apapun Arum sangat jantungan dengan tingkah Gilang yang tiba-tiba, di tambah lagi jika ada siswa atau guru yang melihat mereka bergandengan tangan seperti tadi. Akan habis riwayat Arum.
Gilang menghentakkan napasnya saat merasakan jari jemari Arum lepas dari jari jemari dirinya dan matanya menjadi sinis saat Arum mundur beberapa langkah menjauhi dirinya. Dengan sangat terpaksa Gilang masih menuruti kemauan Arum yang tidak ingin semua orang tau bahwa mereka berpacaran.
Parkiran sekolah kini sudah sepi dan Gilang menunggu Arum sampai di hadapannya. Namun bukan melangkah ke parkiran justru Arum melangkah keluar gerbang dan mengabaikan Gilang yang menunggu dirinya di parkiran.
Dengan cepat Gilang berlari dan menahan Arum tepat di gerbang.
"Ko lu malah cuekin gua? Kan kita mau ke kafe yang waktu itu."
"Kan gua udah bilang ga mau, punya kuping ga sih!" Jawab Arum kesal. Apakah Gilang tidak mendengar jawaban Arum di kelas tadi? Atau Gilang tidak paham dengan apa yang Arum ucapkan sebagai jawaban tadi? Ayolah Gilang ini orang Indonesia, tidak mungkin kan dia tidak paham dengan bahasa negaranya sendiri?
"Rum." Panggil Gilang sudah mulai capek membujuk Arum yang tetap berpegang teguh kepada jawabannya.
Arum menatap Gilang sinis seraya berpikir dan mulai menimbangkan tawaran Gilang.
"Oh iya gua kan mau minta putus sama dia, berarti ini waktu yang pas dari pada harus nunggu lagi. Belum lagi kalo mau ngomong sama dia susahnya minta ampun terus kalo ngomong di whatsapp juga ga enak."
KAMU SEDANG MEMBACA
AGLOMERSI
Teen FictionGilang Argantaro menuntut orang yang sudah menabraknya di jalan dan ia akan membawa masalah ini ke jalan hukum. Saat sahabat pelaku memohon pada Gilang untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan, Gilang menyetujuinya tetapi dengan satu sya...