Bicara - 04
Tok tok tok
"Masuk ga di kunci."
Satu eksistensi wanita paruh baya berbadan cukup besar menghampiri Arum yang sibuk berkutat dengan tugas tugas kuliahnya, fokusnya masih ke dalam lembaran lembaran dan buku buku tebal, sampai pada akhirnya beralih ketika mbok menaruh susu sapi di meja Arum. Selama tinggal di desa, mbok selalu memberinya susu sapi yang di peras langsung dari sapi yang di rawat terurus oleh penduduk desa.
"Belum tidur sayang." Ujar mbok.
Arum tersenyum dan menggeleng. Susu yang masih hangat itu segera Arum habiskan sampai tak ada sisa, "Masih jam setengah delapan lagian, Mbok."
Mbok manggut manggut. Perhatiannya mengarah ke foto foto yang menggantung di sudut kamar. Berbeda dengan Arum yang kini kembali fokus ke tugas tugas kuliah.
Hening beberapa saat. Mbok berjalan menghampiri foto foto itu dan melihatnya satu persatu. Pasangan remaja tanggung yang sudah menjadi remaja dewasa ini memang sangat cocok, serasi dan sangat pas jika di sandingkan menjadi sepasang suami istri. Mbok tau bagaimana hubungan antara keduanya, mereka saling mengerti satu sama lain, tidak egois, dan saling memberi perhatian, apalagi jika mengingat bagaimana manjanya Gilang jika dekat dengan Arum. Namun sayangnya kebahagiaan tidak selalu datang menghampiri mereka, buktinya saat ini mereka tidak saling berkomunikasi, sama sama tidak tau bagaimana kabar satu sama lain, bahkan tidak bisa lagi berjalan berdua hanya untuk menyalurkan rasa cinta.
Entah ini memang sebuah takdir yang sudah Tuhan tetapkan atau hanya sekedar ujian dari sebuah hubungan. Berbeda keyakinan sudah menjadi salah satu ujian yang berat sebenarnya, namun skenario Tuhan tetap tidak bisa di tebak bagaimana alurnya.
"Kamu masih berharap Gilang balik ke kamu?" Tanya mbok, sudah duduk di tepi ranjang milik Arum.
Jelas saja perhatian anak itu teralihkan saat mendengar nama sang kekasih di lontarkan, "Ada apa, Mbok?"
"Kamu masih berharap, Gilang balik ke kamu?" Tanya mbok, mengulangi pertanyaan sebelumnya.
Karena tertarik dengan pembahasan mbok tentang pacarnya, Arum memilih untuk meninggalkan tugas tugasnya dan menghampiri mbok di ranjang, "Aku percaya, Gilang ga akan pernah bohong sama janjinya." Arum begitu yakin bahwa janji Gilang untuk kembali bertemu dengannya adalah janji yang akan cowok itu tepati. Selama empat tahun pacaran, Gilang hanya satu kali membohongi Arum, soal munculnya luka babak belur ketika mewakili lomba voli di SMA NB, hanya itu. Selama empat tahun pacaran pun Gilang tidak pernah tidak menepati janjinya walaupun hanya berjanji akan menyimpan jersey nya di tempat cucian. Anak itu memang punya kebiasaan menyimpan sembarangan jersey yang sudah di gunakan.
"Dalam kalimat 'sampai jumpa kembali' itu ada beberapa kemungkinan Rum," Mbok mengerti Arum sedang mengungkit masalah tulisan di sticky note, "Mungkin Gilang bakal nemuin kamu lagi dalam keadaan yang berbeda. Dia ga inget sama kamu? Ga pernah tau kalo kamu pernah jadi pacar dia? Atau, dia kembali dengan membawa pasangan baru?"
"Mbok!"
"Mbok cuma mikirin hal yang mungkin terjadi." Ujar mbok.
Arum hanya diam, mendengarkan semua yang akan mbok katakan padanya sambil menebak nebak apa maksud dari omongan panjang lebar mbok kepada dirinya.
"Kamu sudah dewasa, kamu ga bakal mungkin ngejalanin hubungan cuma berlebel dengan kata 'pacaran' aja Rum. Apa kamu ga mau nyoba untuk deket sama laki laki lain, dan perlahan lupain sosok Gilang di hidup kamu?"
"Mbok, ga bisa."
"Bisa sayang," Sela mbok cepat, "Cari laki laki yang serius sama kamu, cari laki laki yang mau nikahin kamu tanpa ada embel embel pacaran. Inget satu hal," Ucapannya menggantung, menatap Arum lekat, "Kamu sama Gilang beda agama. Sampai kapan pun kalian ga akan pernah bisa bersatu." Lima kata pertama sengaja di tekan oleh mbok agar Arum sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGLOMERSI
Teen FictionGilang Argantaro menuntut orang yang sudah menabraknya di jalan dan ia akan membawa masalah ini ke jalan hukum. Saat sahabat pelaku memohon pada Gilang untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan, Gilang menyetujuinya tetapi dengan satu sya...