AGLOMERSI • 12 + cast

1.1K 52 17
                                    

Suara pukulan meja terdengar sangat kencang namun cowok berambut gondrong itu tidak melonjak sama sekali. Muka ia buat datar menatap ayahnya.

"Ayah udah bilang sama kamu, jangan pernah kamu pergi ke bar malam-malam!!!" Teriak Bryan dengan penuh penekanan.

"Udah berapa kali aku bilang sama Ayah kalo aku di bar ga ngapa-ngapain." Jawab Gilang sinis dengan nada suara yang datar.

"Tapi itu tempat yang udah bikin Bunda kamu meninggal!" Wajah Bryan sudah benar-benar merah karena di buat emosi dengan anak semata wayangnya.

"Bunda meninggal karena laki-laki brengsek, bukan karena ada di bar!" Gilang tak kalah membentak Bryan dengan emosi yang sudah tidak bisa di tahan lagi.

Napas Bryan naik turun tidak teratur. Anak semata wayangnya ini benar-benar susah mengerti apa yang Bryan maksudkan.

"Masuk ke kamar." Titah Bryan dengan kepala yang ia tundukkan. Setidaknya dengan posisi seperti itu ia bisa meredamkan sedikit emosinya.

Gilang mendecih pelan, menatap ayahnya sinis lalu melangkahkan kakinya menuju kamar.

Malam tadi Gilang memang nongkrong di bar bersama teman les voli nya. Ia memang sempat meminum alkohol, namun tidak banyak dan tidak sampai membuatnya mabuk. Bahkan Gilang sendiri belum pernah merasakan mabuk karena terlalu banyak minum alkohol. Kegiatan Gilang dan teman temannya di bar hanya nongkrong biasa seperti ia nongkrong di warung bu Ida. Namun yang membedakan hanya suasana dan sajiannya saja. Lagian Gilang juga sangat jarang nongkrong di bar, tadi pun hanya untuk merayakan kemenangannya saja sekaligus menghilangkan sedikit rasa kesalnya karena mengetahui bahwa Arum di antar pulang oleh Arjuna.

"Bodoh." Gumam Gilang pelan saat sudah sampai di kamarnya.

Ia melemparkan jaket hitam yang di pakainya ke sembarang arah, setelah itu menjatuhkan tubuhnya yang sudah lelah ke kasur. Menatap langit-langit kamar seraya menguncir rambut gondrongnya agar tidak menghalangi wajah.

Sialan. Kenapa juga Gilang harus melamun? Itu membuat ia teringat kepada bundanya yang sudah meninggal. Ah Gilang benci jika harus bergelut dengan pikiran tentang bundanya.

Untuk mengalihkan pikirannya lebih baik Gilang mandi lalu tidur dan bangun besok pagi dengan keadaan yang sudah membaik.

Tanpa tunggu lama Gilang langsung masuk ke kamar mandi dan membiarkan seluruh tubuhnya basah di bawah shower. Ia memejamkan mata untuk menenangkan sejenak pikirannya. Karena rambut Gilang masih di kuncir maka saat ini Gilang membuka ikatan rambutnya dan membuat rambut Gilang seketika menutupi wajah tampannya.

15 menit berlalu di kamar mandi. Saat ini tubuh Gilang sudah segar dan pikirannya pun tidak sekacau tadi.

Gilang hanya menggunakan celana pendek saja tanpa memakai baju. Ia langsung menidurkan tubuhnya dengan kondisi rambut masih setengah kering.

Baru hitungan satu menit Gilang memejamkan mata tetapi suara notifikasi di handphonenya sangat menganggu. Tidak tau apa ini sudah jam berapa? Masih saja menghubungi orang malam-malam!

Dengan tangan yang berat Gilang menarik handphone miliknya dan membuka whatsapp. Di chat barisan kedua ada nomor yang tidak Gilang kenal dan itu membuat Gilang mengerutkan alis.

0859xxxxxx
// gua baru dapet info dari pak kiki
// besok bakal ada tes pemotretan
// masih inget kan kelompok sbk yg dua bulan lalu?

gilang
infoin di grup lah bodoh //
ganggu org aja //

0859xxxxxx
// ck! bajingan
// lu kan kelompok gua
// makanya gua infoin ke lu lebih dulu

gilang
y //

AGLOMERSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang