AGLOMERSI • 15

763 39 19
                                    

Arum dan teman-temannya juga mbok sudah sampai di rumah tepat pukul 20.00. Seharian ini Arum sangat bahagia karena bisa bersama-sama dengan teman-teman SD nya dan mbok. Waktu jalan-jalan tadi Arum benar-benar merasakan bagaimana rasanya di sayang oleh seorang ibu karena mbok yang memperlakukan Arum seperti anaknya sendiri. Selama 14 tahun Arum hidup, ia tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu bahkan Arum bertemu dengan mamahnya hanya 2 kali dalam 14 tahun ini. Yang pertama ketika Arum bayi, itupun Arum belum bisa mengenal wajah sang mamah dan yang kedua ketika Arum berada di kelas empat SD.

Waktu itu mamah dan papahnya pulang dari luar negeri, Arum dan teman-temannya lagi asyik bermain di ruang tengah lalu tiba-tiba seorang wanita dan pria paruh baya menghampiri Arum seraya mengecup kedua pipi Arum dan memeluk Arum. Namun setelah itu teman-teman Arum mendapat bentakan dari papahnya, mereka di marahi oleh papah karena sudah memberantakkan rumah mulai dari boneka yang tersebar dimana-mana, bungkus snack yang membuat lantai jadi kotor dan beberapa mainan lainnya.

Setelah kejadian marah-marah yang akhirnya membuat dua teman Arum harus pulang, lalu kedua orang tua Arum pergi menuju dapur untuk menemui mbok dan berbicara dengan mbok. Arum tidak tau apa yang sedang di bicarakan karena setelah teman-temannya pulang Arum langsung di suruh masuk ke dalam kamar dan istirahat.

Berdiam diri di kamar adalah salah satu hal yang Arum tidak suka karena selain membosankan Arum juga akan merasa kesepian. Setelah lumayan lama Arum ada di kamar akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari kamar, ia ingin bertemu mamah dan papahnya, sudah 8 tahun Arum tidak bertemu mamah dan papahnya.

"Mamah Papah ayo main." Teriak Arum sambil menuruni satu persatu anak tangga. Arum berlari sangat kencang hingga rambutnya yang terurai ikut berlompat-lompatan.

Saat sampai di anak tangga terakhir Arum mencari keberadaan mamah dan papahnya, karena di ruang tengah mereka tidak ada, Arum mencari ke kamar namun tidak ada juga lalu Arum melanjutkan mencari ke balkon namun tetap tidak ada selanjutnya Arum mencari ke taman depan dan belakang namun mereka tidak ada. Itu membuat Arum bingung sekaligus sedih.

"Mbok.... Mbok." Panggil Arum di tengah-tengah ruangan.

Arum menunggu mbok datang menghampirinya sampai akhirnya mbok datang.

"Mamah sama Papah kemana? Arum mau main sama mereka." Ujar Arum. Mimik wajahnya sudah di tekuk karena sedari tadi ia tidak menemukan keberadaan kedua orang tuanya.

Arum melihat mbok tersenyum lalu mbok merangkul Arum, "Mamah sama Papah tadi di telpon sama bos nya katanya mereka harus cepet-cepet pergi lagi."

Wajah Arum yang tadinya hanya di tekuk kini sukses cemberut, pundaknya merosot seakan-akan harapan untuk main sama kedua orang tuanya sudah hancur.

"Arum mau main sama Mamah sama Papah hiks....  Mbok mereka nanti balik lagi kan? Iya kan? Mereka perginya ga lama lagi kan?" Tutur Arum sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Kini tangis Arum terdengar sangat kecewa.

Mbok menarik napas lalu memeluk Arum, "Mbok kurang tau mereka kapan pulangnya, tapi Arum jangan sedih ya kan di sini ada Mbok yang temenin Arum." Jawab mbok jujur. Ketika Arum menanyakan tentang kedua orang tuanya mbok selalu menjawabnya dengan jujur, tidak pernah bohong. Walaupun jawaban itu membuat Arum sedih dan menangis tetapi mbok langsung menenangkan Arum. Alasan mbok berkata jujur agar Arum sudah terbiasa dengan ketidakhadiran kedua orang tuanya dan agar Arum tidak merasakan kecewa yang sangat dalam saat sudah dewasa nanti.

Arum menangis sampai sesenggukan, "Tadi Mamah sama Papah cuma cium sama peluk Arum aja tapi mereka ga main sama Arum, hiks.... Arum mau jalan-jalan sama mereka, Arum juga mau makan bareng mereka mau tidur bareng mereka hiksss." Arum bercerita dengan sesenggukan. Hatinya benar-benar seperti sedang di remat.

AGLOMERSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang