Hbd, Sunshine

26.1K 1.8K 19
                                    





Jam menunjukkan pukul 19:00 gadis berambut pendek dengan kacamata itu mengitari toko perhiasan dengan wajah serius, ia sedikit kebingungan ingin membelikan hadiah apa pada seseorang yang beberapa jam lagi akan berulang tahun.

Sang penjaga toko bahkan sudah sangat bosan menuggu gadis itu memilih yang mana yang akan dibeli oleh remaja di hadapannya itu.

Adel termenung, ia masih tidak mengetahui ingin membeli hadiah apa.

Tadinya ia ingin membelikan kalung emas dengan inisial nama sahabatnya itu, namun menurutnya itu kurang, apa Ashel menyukai hal-hal seperti ini? Entahlah Adel terus-terusan berkelahi dengan pikirannya sendiri.

Di sampingnya ada sepasang kekasih, yang membuatnya melihat lekat saat lelaki itu memakaikan kalung pada kekasihnya, kalung berwarna silver dengan bandul mentari.

Terlihat senyum dan tawa dari sang kekasih, kemudian mereka saling berpelukan.

Seulas senyum terpancar dari wajah Adel. Kini dirinya tau harus membelikan apa untuk sang sahabat yang akan berulang tahun.

"Mbak saya udah tau mau beli yang mana!" Ucap adel lantang seperti mengetahui jawaban cerdas cermat.

"Yang mana, dek?" tanya mbak yang jaga toko yang tersadar dari lamunannya.

Adel sedikit menajamkan penglihatannya, melihat kalung dengan bandul matahari kecil.

"Bagus gak mbak?" tanya Adel saat mbak yang jaga toko mengeluarkan kalung yang dirinya pilih setelah berjam-jam itu.

"Bagus banget!!" kata mbak yang jaga toko bersemangat.

***

"Malam tante," sapa adel pada ibunda Ashel yang membuka pintu rumahnya, wanita dengan kerudung solatnya itu terkejut, dikiranya sang anaklah yang datang, ternyata sahabat anaknya.

"Loh adel, ashel nya gak ada bukannya kalian ada theater?"

Adel menggeleng, sebenarnya tangannya terasa kebas karena memegang banyak sekali pernak-pernik untuk ulang tahun.

"Engga tante, saya jadwalnya besok. Sekarang saya mau izin masuk buat ngedekorin ulang tahun di kamar ashel tante," ucap gadis itu sesopan mungkin.

Tentu saja wanita itu mempersilahkan Adel masuk ke kamar anaknya, ia juga membantu membawa beberapa paperback karena terlihat adel kesusahan membawa banyak barang untuk menaiki tangga.

***

Adel merenggangkan punggungnya lelah, selama tiga puluh menit ia menghias kamar Ashel malah menambah sakit di bagian punggungnya yang nyeri.

Sebuah telfon masuk ke ponselnya, ia duduk di kursi belajar Ashel. Mengatur nafasnya agar tidak terdengar lelah kemudian mulai mengangkat telfon sahabat sekaligus juniornya di jkt48 itu.

"....halo adel, dimana?" ucap suara yang sangat ia kenal itu, suara gadis yang dua jam lagi akan berganti hari dan gadis itu juga akan memulai umurnya yang bertambah setahun.

Adel menaruh kacamatanya di meja.

"Dirumah." Jawabnya singkat, gara gara bermain menirukan suara bersama ke eve menjadikan suaranya serak.

".. aku udah di depan fx, kamu katanya mau jemput? Atau gak jadi? Lagi sibuk ya?" ucap suara yang terdengar seperti meminum teh manis kesukaannya.

Adel berdehem, kemudian menepuk jidatnya. Ia lupa bahwa dirinya telah berjanji untuk menjemput gadis itu kemarin.

"Eng...engga. kamu tunggu disitu ya aku otw," ucap adel memakai kacamata dan hoodie oversize nya dengan cepat.

"Hati-hati, del."

Pip.

Sambungan telfon itu terputus, tepatnya adel mematikkannya lebih dulu. Ia tak mau ashel menunggu lama, ia buru-buru memakai tas ranselnya dan turun kebawah untuk pamit kepada ibunda ashel.

***

Taksi sudah terlihat dihadapannya, ashel yang sudah sangat mengantuk melihat seorang yang berlari dengan hoodie hitam sambil memegang pundaknya pelan, dari aromanya saja ashel sudah tau siapa orang itu.

"Emm?" Ucap ashel saat adel menarik pelan tangannya. Adel tersenyum didalam maskernya, wajah ashel yang mengantuk begitu lucu.

"Kamu ngantuk? Ayo balik." Ucap adel sambil menutup pintu taksi dan memakaikan sealtbelt untuk ashel yang terlihat sangat lelah setelah beraktifitas itu.

"Kamu nginep kan?" tanya ashel yang mengerjap erjapkan matanya.

"Hmm iya. Kamu ngantuk banget keliatannya, tidur aja nanti aku bangunin."

Ashel menggeleng, ia lebih memilih melihat wajah samping adel di sebelahnya yang masih terlihat keren meski tertutup gelapnya kota dan hanya diterangi cahaya remang-remang.

Sunyi, sangat sunyi. Meski ashel sangat mengantuk namun ia berusaha mati-matian untuk menahan rasa kantuknya, ia hanya ingin momen seperti ini dapat bertahan sedikit lebih lama.

Adel melirik gadis disebelahnya, yang terus terusan memperhatikannya.

"Kado aku mana?" Tanya ashel tiba-tiba, matanya bersinar-sinar seperti kucing.

Adel merogoh kantongnya, mengeluarkan sebuah benda persegi kecil berwarna biru.

Namun tidak langsung ia berikan. Ia menahan tangan ashel yang ingin mengambil benda itu darinya.

"Emmm maaf banget kalo kadonya gak sesuai sama keinginan l--"

Ashel mencubit perut adel pelan.

"Apasih, jangan lebay. Apapun yang kamu kasih pasti aku suka dan hargain kok."

Adel dengan cepat membuka kotak kecil itu, ashel menutup matanya karena lampu kecil di kotak itu yang begitu silau.

Adel menjauhkan kotak itu, mengangkat kalung dengan bandul matahari ke arah ashel.

"this is a gift from me, hope you like it shell."

Ashel tersenyum, lesung pipi nya terlihat kemudian yang selanjutnya terkejut adalah adel karena sebuah pelukan tiba-tiba ia rasakan.

Ashel memeluknya, kemudian melepaskannya.

"Makasih del, makasih banget. Ini lucu bangett kadonya ih."

Senyum itu menular, adel juga ikut senang jika sahabatnya itu menyukai kado darinya.

Ia memasangkannya di leher juniornya.

Kalung itu tampak sangat cocok dengan ashel yang malam hari itu juga memakai baju putih.

Ashel melihat pantulan dirinya di kaca taksi yang mereka tumpangi.

"Shell," panggil adel.

Ashel berbalik.

"Hmmm?"

Adel tersenyum sampai kedua matanya tampak hanya segaris.

"Happy birthday, ya."

***





Selamat ulang tahun acelll uhuyyy.

A 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang