Tingg!!!
Adel buru-buru mengangkat handphone kala suara notifikasi masuk.
[ kamu udah makan obat belumm~]
Voice note, gadis dengan kaos putih yang sedang duduk santai di sofa kemudian memutar pesan suara yang singkat itu.
"Udah kalo kamu, gimana udah makan kah?"
Adel menggelengkan kepalanya, buru buru menghapus pesan yang baru dirinya ketik dan belum dikirim itu.
"Gue kangen lu"
Delete.
"Jalan yuk."
Delete.
"Ck, mau bales apaan ya." Gumam gadis itu bingung.
"Shell mau ketemuan gak?"
Delete.
Entah sudah ketikan keberapa namun belum juga ada niatan untuk mengirimnya, gadis itu hanya mengetik kemudian menghapus.
"Bodo ah."
Adel merebahkan badannya pada sofa besar itu dengan handphone masih di genggaman.
Pinggang rasanya mau remuk, gara-gara ngambil dua show sekaligus latihan kemaren.
Emang anaknya suka tantangan, gak mau dibilang lemah padahal mah ambyar banget.
Masih mendiami pesan ashel selama beberapa menit.
Tingg!!!
[Aku otw rmh kamu deh.]
Adel membacanya perlahan, kaget.
Buru-buru gadis berkacamata itu menekan tombol panggilan suara untuk menghubungi ashel.
"Hmm kenapa kamu baru nelfon,"
Adel menggaruk belakang kepalanya, bingung juga mau jawab apa.
"Masih kepikiran, kamu mau jaga jarak kan?"
Cukup lama ashel menjawabnya.
[ aku cuman gak mau orang nuduh kamu yang engga bener.]
"Kamu masih baca shell? Dibilang jangan diliat lagi komenan kayak gitu."
[ gak sengaja,]
"Lain kali jangan lagi."
Kemudian hening, ditempat ashel hanya mendengar suara angin dan suara pekerja yang memaku rumah sementara adel hanya mendengar suara kucing bertengkar dari telfonnya.
"Emm yaudah, mau ketemuan?" Cukup lama gadis itu mengumpulkan keberanian untuk mengatakan hal itu.
[Kan aku mau kerumah kamu,]
"Gak usah, biar aku jemput."
[ aku udah dijalan del, tau restoran sushi yang dulu kan?]
"Tau, kamu mau ketemu disana?"
[Kalo kamu mau,]
"Yaudah aku matiin ya mau berangkat."
****
Adel mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, belum melihat tanda-tanda keberadaan ashel.
Matanya dengan cepat menemukan seorang gadis yang melambaikan tangannya di sudut, adel tersenyum dalam makser putih itu kemudian langsung mempercepat langkahnya.
"Maaf telat, macet."
"Gak apa apa kok del. Nih minuman kesukaan kamu kan?"
Adel duduk, melihat ashel menyodorkan minuman yang beberapa kali dirinya pesan ketika sedang menghabiskan waktu bersama dengan gadis itu.
"Tau dari mana?"
Ashel tersenyum tipis.
"Kamu suka beli, rasa redvelvet es nya dibanyakin, gula nya setengah."
"Si paling apal emang ahaha," gumam adel. Gadis itu membuka masker dan menaruhnya di tas.
Kemudian menyedot minuman pemberian ashel, namun fokusnya malah berpindah pada tulisan di badan minuman dingin itu.
"Adele? Salah nulis nih."
Ashel menggeleng.
"Emang adele kamu kan?"
"Itu penyanyi shell, dimana samanya sama aku."
"Sama sama bikin galau del."
"Dihh, kocak."
Adel tertawa canggung, namun suasana berubah kala ashel melihat bungkusan yang dibawa adel.
"Itu apa?"
"Liat aja sendiri."
Adel membuka kantong kresek putih itu, di dalamnya ada pecel lele masih dengan sambel yang tidak disatukan.
Ashel menepuk jidat, "aku lupa, kamu masih gasuka sushi."
"Makanya aku bawa ginian supaya bisa makan bareng tanpa ada drama makan sushi kayak dulu haha damai kan kalo kayak gini."
"Emang aneh lu del."
Adel tak memperdulikan itu, dirinya langsung mengambil sendok dan menyuapkan nasi kemulutnya. Baru dibeli di perjalanan jadi masih hangat. Gadis itu nampak sangat menikmati makanannya, sementara ashel masih menunggu sushi nya datang.
"Masih nunggu lu, emang lama kalo sushi tuh lama. Jadi mau apa sekarang?"
Ashel mendekatkan badannya.
"Liatin lu makan," jawab ashel singkat.
Hening lagi, hanya suara sendok yang berbenturan dengan meja.
"Jangan bacain hate komen lagi," gumam adel.
"Aku coba baca kemaren dan emang sakit kalo diliat, jangan liat lagi shell pliss banget." Lanjutnya.
"Iya adel. Kamu udah ngomongin itu seribu kali kayaknya, tapi pas liatin itu kamu marah sendiri?"
Adel meliriknya kemudian lanjut makan.
"Ya marah dong kan punya hati, tapi meski kata-katanya pedes semua emm maafin aja."
Ashel tersenyum kemudian memegang tangan adel yang menganggur di dekatnya.
"Tetap jadi pemaaf ya del. Gaboleh dendam, gak baik."
Adel tersenyum juga, dirinya cukup senang gadis itu tidak menjauhinya mungkin mereka akan sesekali bertemu atau jalan bersama untuk saat ini tanpa adanya campur tangan dunia maya, lebih baik dia menjaga jarak dari sorotan kamera dulu untuk sementara waktu.
Namun ada sisi dari pikirannya yang ingin memperlihatkan hubungannya meski orang orang diluar sana berkata yang tidak baik pada mereka.
Mungkin biar waktu yang menjawab, adel hanya ingin menikmati kebahagiaan kecilnya dengan tenang sekarang.