Ashel langsung memundurkan badannya. Gugup beneran keciduk, untung emang gak lagi ngapa-ngapain tadi.
"Kita....emm" ashel menatap kathrina kenapa tiba-tiba otaknya jadi beku begini.
Adel fokus ke beberapa arah, matanya gak bisa fokus "Kitaaa.."
"Ciuman?" tanya kathrina tanpa basa-basi.
"HAH APA-APAN. ENGGA!"sahut ashel buru-buru menyilangkan kedua tangannya.
Sementara adel langsung menepuk kedua tangannya di udara.
"Ini di muka dia ada anuu," jawab adel gugup, tangannya kini berpindah menggaruk belakang kepalanya sendiri.
"Ada apa?" tanya kathrina kemudian mendekat.
"Ada emm ada... belalang. Gede banget jadi mau gue tangkep."
"Terus sekarang mana belalang nya?"
"Emm dibuang."
"Kok di dapur lu ada belalang sih cel?"
"Ya namanya juga belalang suka nempel kesana kemari, dateng dari luar jendela kali tuh." jawab adel padahal bukan dirinya yang ditanya.
Kathrina hanya mengangguk, dirinya lelah dari berbelanja dan sangat tidak penting rasanya hanya meributkan masalah belalang disaat seperti ini.
"Nih makan roti buatan gue, dipanggang ala italia." Tawar adel menyodorkan roti tawar yang sudah dirinya beri selai coklat itu.
"Ck, gaya banget. segala italia dibawa," Ujar ashel yang membuka suara.
Kathrina mengigit roti itu, adel menunggu jawaban apa yang bungsu jeketi itu akan katakan.
"Gimana tin?" tanya adel pelan.
"Emmm kayak rasa rasa roti dari condet."
Keduanya hampir gubrak di tempat, jawaban kathrina sungguh diluar nalar.
"Emang lu pernah ke condet kath?" sahut ashel yang duduk juga penasaran dengan rasa roti buatan adel.
"Ya engga sih. Pas gigitan pertama tuh kayak kata pertama di otak gue cuman condet."
Adel menghena nafas, kemudian menggigit satu roti di lagi. Mendengar hal random dari gadis yang hampir seumuran dengannya itu cukup membuat kram otaknya.
Kalo mengingat kejadian itu ashel jadi malu tapi pengen ketawa juga, malu karna kathrina menyangka hal yang tidak-tidak tentang mereka dan lucu karena alasan adel yang tidak masuk akal ditambah wajah percaya kathrina yang polos membuatnya tertawa kala mengingat kejadian beberapa hari yang lalu itu.
Kebiasaan keduanya jika adel pergi kerumah ashel beberapa waktu lalu maka ashel juga akan mengunjungi rumah si nona muda itu.
Rumah adel besar, tapi sepi. Orang tuanya sibuk kerja dan abang-abangnya kalo gak fokus kuliah atau sekolah ya nongkrong diluar bahkan kadang ikut bantuin orang tuanya kerja, sementara si bungsu yang ada kegiatan jeketi atau karna punggungnya masih sakit jadi ditinggal sendiri di rumah, adel mah mandiri karna udah sering.
Seperti siang hari ini, ashel dateng karna adel ngechat kalo dirinya sendirian. Gak ada kode minta di temenin tapi ashel kasian liat bayi titan itu suntuk dan bosen sendirian dirumah, tapi dirinya juga ada janji untuk bertemu teman sekelasnya nanti.
"Ketemu temen jam berapa?" tanya adel.
Ashel mengangkat bahunya pelan "engga tau, chat aku belum dibales."
Adel yang fokus sama komputer yang masih menyala di hadapannya langsung pindah ke sofa tempat dimana ashel tengah duduk bersila sambil mengetikkan beberapa kata di aplikasi line.
Bersandar di bahu ashel sambil mainin tangan gadis itu, kebiasannya dari dulu.
"Kenapa ketawa? Ada yang lucu?" tanya ashel melirik adel disampingnya.
"Inget kejadian kemaren,"
"Yang mana?"
"Pas di dapur ada atin. Itu lucu sih" Adel senyum lagi.
"Gak usah dibahas del." Ashel masih memegang handphone nya dengan segala chat yang masuk di grub kelasnya, biasa anak sekolah bingung cari tempat buat kerkom.
"Bahas itu aja, lagi gak ada pembahasan juga"
"Terserah deh."
Adel genggam tangan ashel, terus di goyang goyangin kayak lagi nyebrang padahal cuma duduk sebelahan.
"Cell, masih mau nyoba gak?"
"Coba apa?"
"Emm yang pas waktu itu di dapur, kan gak jadi karna atin dateng."
Ashel menggebuk pundak adel dengan tangannya yang tidak memegang ponsel.
"Mending kamu diem del."
"Gak penasaran, gimana rasanya gitu?"
"Aku gak mau denger." Ashel langsung muter lagu di ponselnya mengabaikan gadis yang sedari tadi malah lebih bawel dari dia sekarang.
Adel cuman senyum, sukses buat ashel salting. Cuman ashel sok cool aja, padahal merah di pipinya udah keliatan banget.
"Aku cuman becanda kok haha gak usah serius gitu banget." Adel memeluknya dari samping terus nepuk bahu gadis itu.
****
"Del mau peluk." Ucap ashel pelan.
"Sekarang? Bukannya tadi udah?" tanya adel. Mata dan tangannya fokus pada komputer di depannya, lagi mabar sama amazon48.
"Tadi aku gak minta,"
Adel serius menghajar lawannya di permainan itu.
"Bisa gak liat aku dulu, jangan fokus ke game terus."
"Tadi katanya kamu mau pergi sama temen sekolah kan?" tanya adel.
"Kamu ngusir? Atau udah bosen? Ck, aku kasih bintang satu. Kamu pacar latihan yang remed."
Adel melirik ashel kemudian fokus ke game lagi, ia menggeleng keras. "Engga. Engga, bukan gitu maksudnya."
Ashel memutar bola matanya malas, kemudian berlalu dari hadapan adel.
Adel yang sadar langsung meninggalkan komputernya begitu saja, membiarkan beberapa lawan meninju karakternya disana.
"Ayo sini, katanya mau dipeluk?"
Ashel mengambil tas selempangnya di sofa. "Telat, aku mau pergi."
"Kemana?"
"Ketemu temen."
Ashel membuka knop pintu kemudian menatap adel.
"Tadi aku mau batalin janji sama temen sekelas tapi kayaknya kamu gasuka kalo aku disini."
Adel menggeleng "engga, bukan kayak gitu ashel. Aku mau kamu disini, bareng aku, tapi aku selesaiin game nya dulu hehe."
Ashel mendengus langsung keluar dan nutup pintu, meninggalkan adel dengan wajah bingung plus cemas.