Always proud of you.

15.7K 1.2K 7
                                    















"Lu sakit? Pucet banget dah," ucap oniel sambil meminum jus jeruknya, disampingnya ada adel yang tengah memasang koyo pada bahu dan juga pergelangan tangannya yang lelah dalam beberapa kali bermain melawan tim lawan.

"Cape doang, sakit sih engga kak."

"Udah minum obat?" tanya oniel layaknya seorang kakak yang sangat perhatian pada sang adik.

Member termuda jmt48 itu kelihatan hanya diam dan terkadang menghela nafas, tidak seperti biasanya. Biasanya adel akan bertingkah tidak masuk akal dan menjahilinya beserta lulu sampai sakit perut karna tertawa, namun hari ini si bungsu itu hanya diam sambil menundukkan kepalanya.

"Hmm, udah kok. Tenang aja."

Sebenarnya bukan cuman adel saja, eli sebagai leader tim amazons juga tampak lelah karena beberapa kali bermain dan mereka juga selalu kalah. Adel sudah beberapa kali menyerang dan mempertahankan kedudukan namun namanya juga mereka baru saja merambah dunia game, tentu saja lawan lebih jago dibanding tim mereka yang baru di bentuk beberapa bulan ini.

"Kita udah kalah," gumam adel.

Gita menepuk pundak si bungsu itu kemudian tersenyum.

"Namanya pertandingan ada menang ada kalah, ya gapapa kan mainnya tadi seru."

Adel hanya mengangguk. Dirinya berpikir apa yang akan dia katakan pada ashel nanti ketika bertemu? Dia tidak dapat membanggakan diri serta meminta hadiah yang gadis itu katakan padanya semalam.

Pundaknya melemas. Masalahnya hari ini mereka akan bertemu untuk berlatih merayakan acara ulang tahun sebuah acara tv dan besok malamnya, dirinya ada jadwal untuk tampil di theater. Bertepatan dengan acara sentansai ashel dan marsha.

***

"Lu kesamping dikit napa cell, i gak keliatan nih!" Ucap Jessi mendorong ashel yang masuk terlalu banyak pada saat ia ingin merekam tiktok.

Mereka dan beberapa member lain telah sampai di gedung sebuah tv untuk latihan, hanya menunggu yang lain untuk datang, seperti tim amazon yang bertanding hari ini.

"Yaudah sih ci, kan aku ultah," ucap ashel cemberut dibalas kekehan dan jessi.

Pintu ruangan terbuka, menampilkan eli,gita, lulu dan oniel yang terlihat sangat lelah dan lesuh sambil menenteng beberapa makanan ringan yang mereka beli.

"Eh amazon udah balik aja nih," ucap atin sambil mengulurkan tangannya minta dipeluk oleh kakak kakaknya itu.

Ashel mencari keberadaan seseorang, namun ia tak menemukan sosok yang dirinya cari itu sampai oniel menutup pintu ruangan itu.

"Emmm kak oniel," panggil ashel pada si pemilik jokes bapak-bapak itu yang terlihat duduk di dekat freya itu.

"Kenapa cell?"

"Adel kemana kok gaikut masuk?" tanya ashel pelan.

"Ohh, katanya tadi mau nyusul. Anaknya ada di luar tuh minum redvelvet."

Mendengar kata itu ashel tersenyum dan berterima kasih, setidaknya ia sudah tahu kabar sahabatnya itu.

Ia keluar ruangan dan mencari keberadaan adel, namun yang dirinya dapatkan hanya kiti dan zee yang asik berfoto bersama.

"Zee, liat adel gak?" tanya ashel pada zee yang memakai topi pink sambil tertawa bersama christy.

"Tadi ada di balkon sana, si adel udah kek nak senja segala mojok sendiri mulu," jawab zee pelan.

****

Adel mengeratkan jaket hitamnya, di dalamnya masih ia gunakan jersey milik amazon, sesekali menghela nafas sambil meminum minuman yang tadi dirinya beli bersama oniel.

"DORR!!"

adel bukan main kagetnya, untung saja minumannya tidak tumpah. Ia memegang pembatas besi dengan gugup melihat wajah orang yang membuatnya kaget.

"Kenapa disini sendirian sih? Yang lain pada di ruangan situ loh del," ashel melangkah hingga dirinya sejajar dengan adel.

"Ya mau aja."

Singkat, memang itulah Reva fidela.

Ashel ikut diam, membiarkan angin sore hari itu menerpa wajah dan menerbangkan rambutnya kesana kemari.

"Shell," ashel menoleh mendengar suara pelan di sebelahnya itu.

"Hmm kenapa del?"

Gadis itu dapat membaca mimik wajah lesuh dan tidak bersemangat adel, ia kemudian merangkulnya karena adel tidak menjawab sahutannya tadi.

"Kenapa? Kalo mau ngomong ya ngomong aja,"

Adel menghela nafasnya sekali lagi.

"Tim gue, kalah."

Ucapnya pelan sambil menunduk.

Ashel tersenyum.

"Yagapapa, emang kalo kalah di hukum? Engga kan?"

"Tapi rasanya gaenak."

Ashel menepuk nepuk pundak adel pelan.

"Gapapa del, lu udah berusaha semaksimal biarpun lagi sakit pinggang gini udah bikin gue bangga banget tau. Jadi jangan ngerasa gaenak gitu dong," adel mengangkat wajahnya.

Senyuman itu lagi-lagi menular.

Ia ikut tersenyum.

"Makasih ya shell."

Hembusan angin sore itu membuat pelukan mereka seolah olah sangat bermakna.

Keduanya bisa mencium aroma parfum antara satu sama lain, adel tersenyum tipis di antara pelukan itu.

"Nanti pulang GR, bareng yuk, mau gak?" ucap adel

"Boleh," ucap ashel.

"Eh kok minuman gue sisa setengah? Tadi masih segini padahal?" ucap adel melihat redvelvetnya sudah hampir habis.

"Sorry del, dari tadi lu bengong mulu jadi gue minum deh."

***

"Jalannya lambatin aja shel," bisik adel pada gadis yang tampak mengantuk lagi disampingnya itu.

Sekarang para member sudah akan kembali pulang. Terlihat sangat banyak diantara mereka yang mengantuk karena kelelahan.

"Kenapa?"

"Ya biar yang di di depan duluan, lu kan mau balik bareng gue kan?"

Ashel mengangguk, membiarkan adel dan dirinya sedikit lebih lambat daripada yang lain.

"Awas, gundukan. Nanti lo jatoh." Ucap adel sambil menarik ashel mendekat kesampingnya.

Ashel yang diperhatikan seperti itu hanya bisa tersenyum tipis di dalam maskernya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





A 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang