"Dia deket banget, kalau mau diajak ngomong padahal tinggal ngomong," batin gadis itu pelan.
Namun ini diatas panggung, dia tidak bisa sebebas itu untuk mengikuti kata hatinya.
Sedari tadi adel hanya mencuri pandang pada gadis itu, entahlah matanya seperti tahu harus melihat kemana jika gadis itu tak ada, maka matanya akan terus mencarinya.
Selesai pertunjukan setlist aturan anti cinta, semua member tampak sibuk di backstage.
Ada yang akan berganti pakaian dan ada juga yang akan masih bersiap-siap untuk show 2.
Semua meja rias dengan cermin besar di hadapannya itu penuh oleh member yang membersihkan riasannya.
Sementara chika dan christy sedang saling bersandar untuk tidur sebentar, karena banyaknya member dan staff, chika hanya meminta christy untuk menemaninya karena dirinya tidak akan membersihkan riasan, untuk lanjut ke show 2.
"Lu udah selesai belum kath? Gue mau ngehapus make up," ucap ashel. Entahlah menurutnya dirinya akan menghapus riasannya yang tampaknya tidak sesuai untuk show 2 nanti.
Kathrina menggeleng.
"Belum cell, masih tanggung nih." Ucap gadis bungsu yang tinggi itu.
Ashel melihat semua member, mencari member yang nampak tidak ada kesibukan.
Kemudian berteriak, "siapa yang mau ngehapus make up di toilet bareng akuu," ujarnya sedikit keras diantara keramaian.
"Kak indah ayo ikut aku, temenin." Tarik ashel pelan pada gadis dengan pipi chubby itu.
Indah menatapnya, mulutnya penuh dengan bolu.
"Aduw engga...udhwisjwhdlu ajsslwue," potongan bolu sedikit keluar dari mulutnya. Indah mengambil tisu, kemudian mengelap mulutnya.
Ashel menghela nafas, lalu siapa lagi yang harus dirinya mintai untuk menemaninya. Tidak mengapa jika itu toilet dirumahnya, namun jika di theater sepertinya gadis itu nampak masih ketakutan.
"Aku temenin, ayo." Ucap adel bergerak pelan ke hadapan gadis yang masih dengan seifuku setlist rkj itu.
Adel mengambil tas kemudian menarik tangan ashel pelan.
Sementara gadis itu sedikit terkejut, dirinya tidak melihat adel sedari tadi di backstage. Mungkin karena terlalu banyak orang namun tentu saja kedatangannya tiba-tiba membuatnya kaget.
"A...adel?"
Gadis tinggi berambut sebahu itu mengangguk, entahlah terkadang mereka menjadi sedikit canggung.
"Gue juga mau ngehapus lipstik, abis itu balik."
"Ada latihan abis snm," ucap ashel pelan.
"Tau kok, nanti tanya mama buat kesini lagi."
"Hmm okey."
Ashel menatap adel dengan padangan kosong, sementara gadis yang menarik tangannya itu hanya memasang wajah datar.
Setidaknya ashel bisa meminta bantuan gadis itu untuk menghapus riasannya juga.
"Ayo del."
***
Ashel mengambil kapas yang sudah dibahasi cairan pembersih make up pada pipinya, kemudian menggosok nya perlahan.
"Lipstik nya beneran susah luntur," gumam adel disebelahnya.
Ashel melirik adel dari pantulan cermin, gadis itu nampak menggosoknya pelan kemudian cemberut saat lipstik itu masih belum memudar, mungkin dia membeli jenis lipstik anti air atau semacamnya.
"Coba pake kapas del, jangan tisu. Aku baru nyoba tadi ilang kok."
Adel meliriknya lagi.
"Lu bisa bantuin gue gak shell?"
"Apa?"
"Ngilangin nih lipstik."
Ashel menatap gadis yang lebih muda darinya itu.
"Bantuin gimana? Gimana cara ngapus nya?" Tanya ashel.
"Pake bibir lo."
Plakkk!!!
Ashel memukul bahu adel hingga gadis itu tertawa bersama.
"Dibilang jangan belajar jadi gila del, masih aja."
Adel tertawa, rasanya puas melihat wajah ashel yang memerah dan terkejut.
"Apasih orang becanda, ahahaha"
***
Adel sudah siap dengan sepatu dan kaos nya, berpenampilan santai untuk latihan singkat setelah kedua show hari itu selesai.
Dilihatnya ashel yang tengah duduk di bersila dengan wajah serius.
Dia menghampirinya, air mata sedikit terlihat dari kedua bola mata gadis itu yang tampak berkaca-kaca.
"Kenapa?" tanya adel dengan suara beratnya.
Ashel hanya diam, tak berniat menjawab meski tau ada adel di hadapannya.
Adel yang melihat gadis itu nampak sedih langsung mengambil ponsel ashel.
Melihat beberapa perkataan orang di dunia maya, ashel terkejut namun adel menghindar saat gadis itu ingin menarik kembali ponselnya.
Lagi-lagi hate coment, hal yang memang biasa terjadi. Dirinya disangka memanfaatkan kesempatan untuk menjadi terkenal, adel mendengus. Sepertinya orang-orang yang berkomentar buruk itu tidak melihat usahanya, yang harus berlatih siang dan malam bahkan dirinya rela menahan sakit pinggangnya demi menampilkan yang terbaik.
Namun sekali lagi dirinya adalah adel, yang tidak ingin menambah banyak masalah. Adel hanya diam, dan cukup mendengarkan perkataan baik dari penggemarnya, penggemar gadis itu sangat mendukungnya dengan baik dan adel tidak akan mengecewakan mereka hanya dengan memikirkan hate speech itu.
Adel mematikan ponsel gadis itu.
"Gak usah dibaca," ucap adel.
Ashel masih diam.
Adel menghela nafas.
"Lagian yang hate speech kekamu dikit kok shell, rata-rata ke aku."
Ashel menatap adel dengan tatapan sendu.
"Aku lebih sedih kalo kamu yang kena, del."
Adel menepuk kepala ashel.
"Gak apa-apa. Its okay yang penting jangan dibaca aja. Itu bukan kritik yang membangun tapi lebih ke ngehatohin. Gue gak mikirin kok."
Ashel tersenyum kemudian mengambil tasnya.
"lebih baik kita,, emm jaga jarak dulu ya del."
Namun yang diharapkannya sangat berbeda gadis itu benar benar menjaga jarak dengannya, saat berfoto pun ashel akan maju kedepan tidak terlalu dekat dengannya lagi.
Adel memandang ashel yang tengah memasukkan barang-barangnya dari kejauhan.
"distance sucks i need you here with me," gumam adel kemudian mengusap wajahnya.
Cerita ini sekali lagi hanya fiktif belaka, gesrekinnya disini aja jangan di tempat lain. Apalagi memancing tubir.