"Woy, cepetan mau bareng gak pulangnya?"panggil oniel dan flora yang sudah ada di dekat mobil online yang mereka pesan, janji mau pulang bareng.
Ashel masuk kemobil, masih menunggu adel juga masuk. Namun gadis itu malah membuka kaca mobil dan memilih berbicara dengan flora dan oniel.
"Gue gak bareng dulu ya, mau balik ke apart. Nanti pesen mobil lain." Ucap adel pelan, oniel mengangguk.
"Tapi pak supirnya bisa nganterin lo ke apart del." Sahut flora sebelum oniel menutup kaca mobil.
Gadis tinggi itu senyum. "Gue mau balik sendiri aja."
Adel menatap kursi bagian depan, dimana ashel menatapnya. Dengan cepat gadis itu membuang tatapannya dan berjalan menjauh.
"Kenapa dah tu bocah," gumam oniel sambil menyandarkan punggungnya, lelah letih bos baru selesai theateran jam segini.
"Berantem ya kalian?" tanya flora membuat ashel berbalik menatap gadis dengan poni menggemaskan itu.
Sementara itu dilain tempat adel turun dari mobil online yang sudah sampai di depan apart nya.
Menghapus air mata dengan lengan hoodie sambil buka pintu apart, wajahnya malah makin basah saat menutup pintu.
Bukan tanpa alasan gadis itu memohon agar ashel pergi ke apartnya hari ini. Adel melepas sepatunya menaruh di rak khusus kemudian menyalakan lampu ruang tengah.
"Keburu basi berarti," gumam adel sambil menghela nafas berat.
Menatap sekeliling ruangan itu, menaruh tas dan gift pemberian fansnya ke kamar miliknya. Kemudian kembali keruang tengah, kaki nya menendang beberapa balon yang terjatuh.
Balon-balon itu sesuai dengan warna mereka, kuning. Adel senyum sambil meletakkan beberapa pernak-pernik yang dirinya susun ke tempat semula, mungkin terjatuh karna dirinya cukup lama di theater tadi, bahkan balon huruf yang cukup besar ada di dinding.
"Happy four months with me, ashel."
Adel tersenyum pahit melihat tulisan yang dirinya buat siang tadi, gadis tinggi itu sedikit mengacak rambutnya kesal karna gagal membawa ashel pergi ke apartnya malam ini.
Adel kemudian lebih memilih mendudukkan dirinya di sofa. Tempat itu biasanya dipakai mira itu bersantai saat beberapa temannya itu datang berkunjung. Juga sofa itu tempat kesukaan ashel, menulis, menggambar atau sekedar menonton drama di handphone.
Tentu saja hati gadis itu sakit. Sudah menyiapkan kue di kulkas, tulisan dinding yang membuat punggungnya nyeri dan beberapa hadiah yang dibelinya saat liburan. Semua itu sepertinya gagal karna ashel tidak ingin datang, bahkan mengatakan bahwa adel terlalu gegabah dalam mengambil keputusan padahal dia hanya ingin memberikan kejutan kecil ini untuk kesayangannya.
"Dia beneran gak mau dateng, balonnya makin lama makin kempes." Gumam adel.
Adel cemberut, namun malah makin kesal saat melihat cermin dimana dirinya air matanya keluar membanjiri pipi.
Kenapa gadis itu jadi sensitif sekali, juga kemungkinan karna harapannya ashel akan sangat menyukai hal-hal yang sudah susah payah ia siapkan ini.
"Ashel nyebelin! Gak bakal gue bales chatnya, gue diemin sampe empat kalender pokoknya!!" ucap adel lagi, gadis itu marah-marah sendiri. Mungkin kalo ashel liat adel sekarang bakal ketawa dan cubit pipi karna gadis itu merajuk dengan gemas.
Adel kaget pas denger pintu apartnya bunyi. Pertama kebuka dan tertutup, dia lari buat ngecek dah ngira ada setan tapi jantungnya malah lebih kaget saat liat ashel buka jaketnya di depan pintu, tenang dalemnya ada baju kaos kok.