11 Mei 2028
Zee memasuki ruangan kantor milik seorang temannya, bertahun tahun bersama mereka sudah sangat akrab seperti saudara.
Adel melirik zee yang masuk sambil menenteng sesuatu, gadis itu tersenyum tipis.
"Resep baru lagi?" tebak adel.
Zee dengan semangat mengangguk.
"Aku sama papah kemaren buat karna belum rilis jadi kamu bisa cobain sebagai orang ke lima hehe." Zee menaruh roti buatannya di meja kerja adel, sambil ikut mendudukkan dirinya di kursi.
"Makasih kak, masih inget aja."
"Mangat, kerja sambil theateran."
"Kak zee juga."
Adel menghela nafas, membantu mengelola perusahan papah nya di bagian pemasaran lumayan melelahkan. Dia akan mengedit atau mendesain produk baru yang akan di pasarkan. Namun keluarganya begitu bangga, selain menjadi idol adel juga dapat bekerja dikantor dengan baik.
Sementara zee sukses membuka restoran, meski belum terlalu besar namun gadis yang semangatnya meletup-letup itu tentu saja sangat menyukai pekerjaannya sekarang. Dia dan adel sama masih nyambi jeketian.
"Oiya del, aku kesini bukan cuma mau ngasih roti terbaru tau."
"Terus?"
"Marsha ngajak ketemuan, kumpul-kumpul gitu."
"Dimana?" tanya adel sambil menggulung lengan kemejanya, total keren. Dia dan beberapa member lain memang jarang bertemu karna sekarang jkt sudah terbagi oleh team dan adel masih sangat akrab dengan zee karena gadis itu kerap kali berkunjung.
"Ya di resto papa aku dong, supaya rame. Mau ya?"
"Kapan?"
"Besok malem."
Adel melihat jadwalnya. Kemudian mengangguk
"Okedeh, ngajak yang lain juga boleh kan?"
Zee mengangguk. "Ya boleh lah, suruh kak oniel dateng supaya bisa nyanyi hehe."
"Yaudah aku pulang dulu ya? Kamu semangat kerjanya jangan molor mulu del."
Adel tertawa "bukannya kak zee yang kalo bikin roti selalu ketiduran?"
Zee buru-buru kabur "kamu jangan buka kartu gitu del."
Adel menggeleng saat pintu ruangannya ditutup oleh zee. Mengangkat roti buatan seniornya itu kemudian menaruhnya di depannya untuk mempromosikan story di instagramnya tentang roti buatan chef zee.
Namun adel tidak sengaja menyeggol sebuah figura kecil di mejanya. Gadis itu buru-buru mengambil figura foto yang terlihat retak. Sebuah foto dimana dirinya dipilih melanjutkan usaha keluarganya di kantor untuk yang pertama kali.
Adel mengeluarkan foto miliknya, kemudian menghela nafas, karena dibalik foto itu ada foto dimana dirinya dan ashel sedang berada di sungai dimana ashel bersandar padanya.