"She okay?"
Adel menoleh, menemukan zee menepuk pundaknya ramah.
"She yang kak zee maksud siapa?"
"girl walked with you there."
"Oh kak ip?"
Zee mengangguk.
"Kak ip baik ya cuman rada kalem aja sih, tapi masih berisik."
Zee melihat ombak pantai siang itu, beberapa member memilih berfoto sementara mereka duduk di batu besar, lebih memilih memperhatikan suasana pantai.
"Dia emm keliatan kurusan gaksi menurut kamu del."
Adel mengangguk.
"Kenapa kak zee gak coba ngobrol aja, kak ip foto sama monyet noh."
Zee senyum tipis, "gak ah, mau ngeliatin dari sini aja."
Tentu saja jantung member generasi 7 itu tidak karuan kala eve tertawa disampingnya saat insiden pencurian sandal oleh monyet beberapa waktu lalu.
"Sandal kamu jadi banyak bekas gigi monyet zee hahaha" sahut eve sambil melihat sandal yang sudah terkoyak itu.
Zee tentu saja hanya tersenyum canggung, bingung dengan cara apa menanggapi perkataan orang yang pernah dirinya sukai itu.
Sekali lagi dia hanya menatap punggung eve yang berlari menghampiri adel di dekat penjual ice cream, ingatannya masih teringat akan acara grad eve di theater beberapa bulan yang lalu.
Eve menepuk punggung zee sambil menangis, zee yang sudah tidak kuat langsung memeluk eve erat. Gadis itu memang tampak biasa saja saat mereka di atas panggung namun saat hanya berdua seperti ini, tangisnya tumpah.
Tidak peduli orang di backstage mengatakan mereka berdua aneh atau semacamnya. Yang zee pikirkan sekarang adalah hari itu juga dia harus mengakhiri perasaannya, pada member yang memulai semuanya bersama dirinya.
Mulai dari masa hukuman, zee harus melakukan setlist pajama dengan member generasi 7 yaitu juniornya sendiri.
Kemudian memainkan promosi film pendek bersama, zee ingat betul saat eve kesal karena dirinya malah berperan sebagai adik. Dirinya bersyukur bisa satu tim dengan eve namun hubungan mereka renggang karena salahnya sendiri.
Harusnya ia pendam saja, bukan ungkapkan. Sekarang malah jadi asing. Dia kadang berpikir dulunya menolak perasaan ashel karena ia menyukai eve.
Terasa seperti karma sekarang.
"Gak ada lagi ya--"
Eve senyum, balas pelukan gadis yang lebih tinggi darinya itu.
"Semua nya masih tetep sama kok, aku mohon kamu lupain perasaan kamu itu. Tetep semangat ya disini."
Adel melirik seniornya itu, tatapannya mengikuti arah langkah eve yang berlarian karna dikejar ombak.
"Gak nyangka kita selalu suka sama orang yang sama terus kak." Adel menggelengkan kepalanya sambil senyum. Lebih memilih memperhatikan ashel yang terlihat bersemangat menjahili atin di seberang sana.
***
Ashel terbangun dengan suara burung berkicau dan sinar mentari yang masuk ke celah jendela kamar, tangannya meraba tempat di sebelahnya.