toast.

7.7K 865 55
                                    





Siang hari itu KAMI masih betah berada di rumah ashel. Seperti si bungsu yang sedang memainkan game di laptop yang dirinya bawa, marsha yang ikut duduk di sebelah kathrin dan jangan lupakan indah yang masih asik tertidur di kamar ashel.

Ashel senyum, adik kecilnya mencium pipi nya pelan kemudian dirinya menyalami mami yang akan berangkat ke acara keluarganya.

Selepas itu hening, ashel cuman duduk diam di sofa memperhatikan teman-temannya yang sibuk sendiri.

Namun fokusnya terbagi oleh dering telfon yang bergetar di meja, buru-buru ashel mengangkatnya.

"Halo kenapa?"

"Kamu dirumah?"

"Hmmm,"

"Kalo gitu bukain pintu, aku di depan."

"Boong, mau ngeprank nih pasti."

"Engga, beneran. Liat dulu kedepan."

Ashel mematikan sambungan telfon itu kemudian bergerak menuju ke depan pintu, membuka pintu rumahnya itu pelan.

"Haiiiii" sapa gadis itu sambil menenteng beberapa kantong plastik berisi snack ditangannya.

"Kamu mau ngapain kesini?"

"Nanya nya gitu banget, ya mau ketemu kamu lah. Gaboleh emang ketemu pacar sendiri?" ucap adel.

Ashel menginjak kaki gadis itu, yang diinjak meringis kesakitan.

"Jangan kenceng-kenceng ngomongnya, di dalem masih ada kak indah, atin sama marsha."

"Ya sorry aku nya gak tau."


















****








"Eh ada kak adel," sapa indah ramah seperti biasa.

Adel cuman senyam-senyum. Tapi mukanya bingung kenapa ketiga orang itu memakai hoodie dan bersiap-siap.

"Mau kemana?" tanya ashel.

"Beli makanan, sama beli kue buat mami lo, udah nginep masa gak ngasih hadiah." Jawab kathrina sambil memakai kaos kaki.

"Jadi gue dirumah sama siapa dong kalo kalian pergi?" tanya ashel.

Adel meliriknya, bisa bisanya gak dianggep.

"Ekhemm, ini saya jadi tukang kabel disini atau gimana ya?" Gumam adel membuat marsha tertawa.

"Ya sama kak adel dulu, kita cepet kok. Tenang aja." Ucap indah.

"Mau nitip gak?" Tanya marsha yang sudah rapih dengan masker di wajahnya.

"Engga deh. Kalian hati-hati ya?"

Ketiga teman segenerasi nya itu mengangguk, kemudian pergi saat taksi online yang mereka pesan sudah sampai di depan rumah ashel.

"Kita berdua doang nih?" bisik adel.

Ashel mengangguk.

"Cell, aku laper."

"Kamu kan bawa snack, gak mau makan itu aja?"

"Pengen roti deh,"

Ashel menarik tangan adel pelan. "Ada di dapur, kemaren mami baru beli."

Adel mulai memanggang roti tawar itu, namun sembari menunggu dirinya mencuci beberapa piring dan gelas.

Ashel yang melihat itu cuman senyum segaris, adel itu baik, gak tau kadar baiknya sampai mana.

"Baunya enak" ucap ashel dari belakang tubuh adel.

"Roti panggang atau aku?" tanya adel meliriknya.

"Dua-duanya."

Adel lagi membilas tangannya dengan air malah melenyot, kemudian mengelap tangannya, kembali pada roti buatannya.

Membalik roti tawar itu diwajan agar tidak hangus, panganggan roti milik mami ashel rusak jadi harus memakai cara manual seperti ini.

Adel merasakan panas di pipi dan geli di perut. Ashel menempel di belakangnya sembari dirinya memasak, kurang lebih seperti back hug.

Momen ashel menerimanya terputar di kepala adel. Namun sekali lagi mereka hanya pacar latihan. Saling mendukung, menyemangati dan menghibur bahkan ada kesepakatan tertulis di antara keduanya.

Buru-buru adel mengangkat roti-roti yang dirinya panggang kemudian menaruhnya di piring.

"Udah jadi, nih sisanya bisa kasih yang lain aja kalo dateng aku buatnya lebih hehe." Kekeh adel sambil menggigit roti yang sudah dirinya tiup.

Merasa ditatap oleh orang yang masih menempel di belakang punggungnya membuat adel juga balas melirik ashel.

"Kenapa?"

"Kamu kalo lagi serius gini keren banget tau del. Aku aja gatau kamu pinter masak."

Adel terkekeh, bukannya memanggang roti adalah hal yang paling mudah? Pinter masak menurutnya adalah ketika dirinya dapat membuat dendeng balado tanpa dilepeh oleh cheff juna.

"Kamu jatuh cinta banget ya sama aku? Itu ngelanggar aturan tau cell hahaha."

Ashel menggebuk pundak adel pelan sambil memutar matanya malas. "E..engga, lagipula kamu bukan tipe aku wlee!"

Adel dengan cepat berbalik, keduanya berhadapan sekarang.

"Tapi kamu tipe aku tau cell."

Yang ditatap sedekat itu jadi gugup.

"Emang ti..tipe kamu kayak gimana?"

Adel menaruh jari telunjuk di dagunya, seolah olah memikirkan sesuatu.

"Orang yang lebih tua setahun, tapi lebih pendek dari aku, suaranya lucu dan kayak bayi kalo lagi gak banyak orang haha."

Ashel cuma  diam saat adel mencubit pipinya. "Gemes, kayak lo."

Suara berat itu membuatnya mau melenyot juga tapi ditahan, gengsi bos salting depan titan.

"Kamu mikirin apa?" tanya ashel.

"Makan roti, tapi kalo kamu mau ciu---"

Belum sampai kalimat itu, ashel sudah meninju perut adel cukup keras.

Gimana gak kaget, adel mendekatkan wajahnya sambil ngomong gitu.

"Kita pulanggggg," kathrina membeku, melihat senior dan sahabatnya sangat dekat di dapur.

"Eh kath.."

"Kalian ngapain?" tanya kathrina dengan bingung.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


A 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang