"Dia suka apa?"
"Dia yang lu maksud siapa?"
Kathrin melihat sekitar, cuman ada beberapa orang yang lalu lalang di mall itu, mereka mau latihan sore ini di theater tapi datengnya kecepetan.
Kecepetan yang disengaja sih soalnya kathrin yang minta, adel mau gak mau ya harus nurut, kartu as nya dipegang sama kathrin soalnya haha.
Gadis itu memakai kaos pink dan sepatu biru lucu, berbanding terbalik dengan adel yang hanya memakai training longgar dan kaos hitam.
"Kak oniel," bisik kathrina pelan.
"Hah? Maksudnya? Lu suka kak oniel?"
"Jangan salah paham kak adel, aku ya kagum. Sebatas penggemar doang gak aneh macam kalian berdua."
Adel menghela nafas "suka sama orang aneh kah?"
"Ya engga, tapi tau peraturan di kontrak kan kak?"
Adel mengangguk "makanya gue gak suka kontrak."
"Jadi lu suka oniel, maksud gue lu ngefans banget sama dia?"
"Dia lucu, tapi sama aku kok dingin?"
Adel ketawa " dia emang gitu, deketin aja."
"Takut risih."
"Ya engga usah yang posesif banget, kak freya aja marah lu gituin."
Kathrina melemaskan bahunya, mereka berdua masuk kedalam lift.
"Nanti malem chat gue deh tin, gue kasih tau apa yang kak oniel suka."
"Beneran ya kak adel, kalo engga rambut kamu aku botakin."
Adel kaget "gen 9 emang sebar-bar ini kah?"
****
Ashel datang sejam kemudian, gadis itu tersenyum di pintu cukup lama. Melihat adel yang tengah memakan makanan di ruang tunggu, adel belum menyadari keberadaan gadis itu. Lagipula jarak mereka jauh.
"Kamu liat apaan?" tepukan pada bahunya sedikit membuat ashel terkejut.
"Eh marsha, e...engga liat apa-apa."
"Kamu ada hubungan apa sama kak adel," tanya marsha sambil bersandar ke dinding seperti mengintrogasi teman satu generasinya itu.
Ashel sebisa mungkin tidak ingin gugup namun yang terjadi malah sebaliknya. "M...em..maksudnya?"
"Are you dating or something?"
"Engga, thats nonsense sha."
"Atau kamu punya perasaan sama dia? Kamu pasti cinta sama dia kan?"
"Jangan dilebih-lebihin sha,"
Marsha senyum. "Gak apa-apa kalo kalian mau pacaran. Aku gak pernah nyalahin perasaan kalian juga. Mungkin semua orang emang gak bakal ngerti, tapi aku ngerti kok kamu cuman pengen matuhin aturan, karena larangan dating."
"Jujur gue juga bingung sha, semua itu gak bisa gue lakuin."
"Bisanya cuman jadi pacar latihan dia doang," khusus kalimat itu cuman diucapkannya di dalam hati.
"Kita member kan, kalau kita gak ngikutin aturan rasanya gak pantes jadi member." Lanjutnya lagi, setidaknya itu yang kedua orang tuanya tanamkan padanya.
***
Adel memegang pelipisnya, latihan sudah selesai. Member yang berlatih sore itu sudah membereskan beberapa barang mereka untuk pulang.
Ashel menatap adel dengan alis berkerut "kamu sakit?"
Adel menggeleng, meski keringat tak henti-hentinya mengucur dari keningnya.
"Im okay cell, beneran."
Ashel menggembungkan pipinya "jangan sakit, adel."
Adel senyum, mengelus pucuk kepala ashel. "Aku gak bakal sakit kalo gak kamu izinin."
Ashel mau nabok tapi gak jadi, takut adel beneran tambah sakit karena itu. Sebagai gantinya, ashel menepuk pelan lengan adel.
"Cell, bisa gak sih kita jadian beneran?" ucap adel tiba-tiba nadanya terdengar memohon.
"Aturan tetep aturan del, kita gak bisa."
"Bukannya aturan dibuat untuk dilanggar?"
Ashel menggelengkan kepalanya dengan tegas "kita juga bakal berakhir kalo aturannya dilanggar adel."
Adel mendengus "tapi, aku hampir gak bisa nahan perasaan aku buat kamu. Aku gak bisa ngendaliin perasaan ku cell."
Adel mengambil tangan gadis itu, "ashel aku suk----"
"Gak usah kamu lanjutin,"
Adel menatap gadis itu dengan pandangan bingung.
"Jangan dilanjut, semua yang kita punya sekarang bakal beneran selesai kalo kamu lanjutin, jadi jangan."
Adel gak balas apa-apa lagi, cuman diem tapi senyum terus melambaikan tangan saat ashel pamit karna sudah dijemput.
Adel menunggu sampai dia mendengar suara pintu tertutup. Dan kemudian dia menangis. Gadis itu telah berusaha menahan air mata selama beberapa menit, sampai akhirnya dia sendirian.
Jujur itu sakit, terlalu menyakitkan baginya untuk menanggungnya sendiri. Jadi begini rasanya jatuh cinta.
Dia jatuh jauh ke dalam perangkap yang disebut cinta, meskipun teman-temannya sudah mengingatkannya untuk menjauh, tetapi dia terlalu penasaran dan tetap ingin mencoba.
Dan terlalu lemah untuk melawan. Dia mencintai ashel, dan itu lebih dari sekedar fisik. Dia menyukai cara dia memperlakukannya begitu lembut seolah-olah dia masih kecil, pelukan hangatnya setiap kali dia merasa lemah dan kesepian, gadis itu suka merajuk tapi itulah yang membuatnya merasa hidup.
Dirinya mencintai segala sesuatu tentang orang ia mencintainya.
"Gue cinta sama lo shell, banget. Gue nahan semuanya sampe sesek sendiri"
Dia ingin mengatakannya dengan lantang. Adel mau mengatakan itu pada orang dirinya cintai dengan bangga. Dia tahu itu akan melanggar aturan mereka jika dia melakukannya. Tapi itu membunuhnya perlahan semakin dia menyimpannya di dalam.
Dia tidak tahu apa yang dia harapkan jika dia mengakui itu padanya. Mungkin dia berharap ashel akan membalas perasaannya. Bahwa mereka akhirnya akan benar-benar menjadi kekasih secara resmi, bukan hanya seseorang untuk diajak bermesraan ketika semua orang tidak memperhatikan mereka.
Menurutnya mungkin ashel menganggapnya hanyalah member lain dari grup, seorang sahabat, tidak lebih.
Dan itu sangat menyakitkan.
Mungkin beberapa part lagi menuju ending tapi gak tau juga deng ahahaha