night river.

8.6K 942 22
                                    


















"Kenapa make baju kaos doang?"

Yang ditanya cuman memperlihatkan hoodie yang dirinya bawa.

"Aku bawa hoodie kok."

Adel mengangguk, membuka bungkus permen dan memakannya.

Ashel duduk di belakang, bersebelahan dengannya. Sesuai janji, karna gadis itu sudah sembuh dan benar benar sehat dirinya akan pergi menghabiskan hari bersama.

Keduanya melambaikan tangan pada mami ashel yang masih berada di depan pagar.

"Hari ini mau kemana?" Tanya ashel sambil memakai sealtbelt.

Adel melihat keluar kaca mobil. "Kamu maunya kemana?"

Gadis di sampingnya menggeleng. "Gak tau."

"Aku juga gak tau hahah."

Ashel melirik adel sekilas. "Sendiri ngajakin, tapi gatau mau kemana, aneh."

"Ntar, baru mikir." Pipinya menggembung, makan permen.

Ashel menyadarkan badannya pada kursi mobil, nutup matanya. Rasanya sedikit mengantuk. "Aku tunggu jawaban mau kemana nya, bangunin kalo udah tau." 

"Ck, jangan tidur."

Adel menarik narik lengan pendek kaos ashel. Membuat gadis itu kembali membuka matanya, "kenapa??"

"Aku ngajakin kamu bukan buat liat kamu tidur."

"Jadi mau ngajakin aku buat marah-marah?"

Adel mau ketawa, membuang tatapannya.

"Biar ada yang diobrolin."

"Udah nemu tujuannya mau kemana emang?"

Yang ditanya sekali lagi menggeleng, sore hari itu tidak terlalu panas bahkan adel punya banyak hal dikepala nya tentang tempat menarik, tapi kalo dibayangin sepertinya tidak menarik jika dirinya mengajak ashel kesana, seperti menonton film, sulap, kebun binatang, semuanya terasa membosankan dan monoton.

"Aku kalo sama kamu dikamar, tidur berdua doang dengerin kamu ngomel juga sebenarnya bisa shell."

Yang dengerin itu hanya memutar bola matanya malas.

"Bosen banget, udah lama dikamar. Makanya aku seneng banget pas kamu nelfon mau ngajak keluar."

Adel menggigit bibir bawahnya.

"Yaudah, aku udah nemu tempat nya. Tapi makan dulu gimana?"

Ashel mengangguk. "Boleh."












****



























Adel memesan makanan dan minuman di sebuah cafe, di pinggir jalan. Mereka makan di lantai atas, dimana dinding kaca langsung mengarah ke pemandangan matahari tenggelam.

Gadis berkacamata itu memakan makanannya, kemudian memotret momen kepergian matahari di hadapannya.

Sesekali ashel meminta untuk dipotret, adel menurutinya. Mereka berganti gantian untuk menangkap momen.

"Eh atin nelfon," ucap ashel yang tengah meminum minumannya, mendapati ponsel di depannya bergetar.

"Si kathrina?"

Ashel mengangguk.

"Halo kath, kenapa?"

"Mau mabar gak lu?"

A 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang