"Ayoo lari zee, diem mulu kek patung pancoran."
"Pancoran mah nunjuk," balas gadis dibelakangnya pelan.
Christy berbalik kemudian menarik tangan sahabatnya itu, mereka berdua berlari bersama. Terkadang melompat-lompat seperti kelinci.
Dibelakangnya ada gracia yang mengibas-ngibaskan tangannya kepanasan.
Cuaca siang hari itu cukup terik, dan karena kegiatan mereka cukup longgar jadi member generasi 3 itu berinisiatif untuk mengajak kedua junior nya itu untuk sekedar bersenang-senang dari penatnya dunia pekerjaan.
"Cemberut mulu, kenapa?" tanya christy.
Zee memaksakan senyumnya.
"Gak apa apa, im fine."
"Fine tapi dari tadi kek gaada semangat."
"Aku ngajak kalian berdua kesini buat seneng-seneng, kenapa malah bt mukanya?" Gracia menghampiri keduanya di tempat pembelian tiket masuk museum.
Zee menepuk pundak kakak kesayangannya itu.
"Aku seneng kok ci, christy emang kadang suka sotoy."
"Loh kok aku disalahin?"
Gracia memutar bola matanya malas, kemudian menarik pelan tangan dua juniornya itu, untuk memasuki museum.
***
Dinding yang luas, kuas dan cat untuk mewarnai. Terlihat christy sudah siap dengan kuasnya sambil berjoget joget saking semangatnya, diikuti gracia yang masih memotret sana sini sebagai dokumentasi.
Zee? Gadis itu hanya termenung menatap beberapa tembok yang ditulis dengan gaya tulisan lettering.
Kepalanya seperti otomatis memutar memori lamanya dengan seseorang. Sementara christy dan gracia berada di tengah ruangan, terlalu semangat hingga sedikit melupakan gadis berhoodie warna warni di sudut ruangan itu.
"Lagi ngapain cell?" Ucap zee sambil ikut duduk di samping ashel.
Gadis itu tampak serius dengan ponsel menampilkan video youtube di hadapannya.
"Belajar lettering zee," jawab gadis itu lembut, sambil menyampingkan rambutnya ke belakang telinga.
Zee hanya mengangguk sambil ikut melihat setiap pergerakan ashel.
ashel sudah menyelesaikan abjad, zee sedikit bertepuk tangan.
"Itu baru belajar banget?"
Ashel mengangguk.
"Udah keren banget, kamu noob masalah game tapi pro ya yang kayak ginian haha."
"Kamu mah ngatain aku noob mulu, mau coba nulis nama orang deh."
"Nama siapa?"
Zee mendekatkan wajahnya, penasaran.
Pipi mereka bersentuhan sebentar sebelum zee memundurkan badannya lagi.
Ashel tersenyum, mengangkat kertasnya ke arah azizi, menunjukkan lettering dengan nama gadis itu.
"Gimana?"
"Emm bagus, buat aku ya?"
"Buat?"
"Dipajang dikamar, dimana kek."
"Inikan bukan gambar zee, ngapain di pajang."
Zee berpura-pura berpikir, kemudian mengambil kertas itu.