"Temen kamu tau jeketi?" Bisik adel.
"Tau."
"Tau aku dong berarti?"
Ashel cubit perut adel saat gadis tinggi itu malah mau buka maskernya di depan teman sekelas ashel yang sedang siap-siap juga mau pulang.
"Mau ngapain lagi begitu del?"
"Cuman mau disenyumin."
Ashel buru-buru ambil botol miliknya di dalam laci kemudian senyum ke arah temen sekelasnya dia takut beberapa teman sekelasnya akan memberikan ucapan sedih tentang dirinya yang akan pindah sekolah, ashel senyum sambil menarik adel keluar.
"Kita main dari siang sampe mau magrib gini kek orang bolos sekolah tau cell." Kata adel.
"Aku jelek banget,"
Adel melihat ashel sambil senyum. "Engga, cantik."
Ashel menghadapnya, senyum sambil jinjit.
"Yang bilang kayak gitu ke aku nanti siapa, del." Batinnya.
"Kenapa nangis?" tanya adel khawatir, sambil menangkup kedua pipi ashel.
Ashel menggeleng. "Aku seneng, seharian ini bisa sama kamu."
Terus peluk adel nya, bener-bener erat. Adel senyum dan memeluknya juga, mengelus punggung gadis itu sesekali. Nyaman sekali.
"Ayo pulang, udah malem." Bisik adel.
"Bisa gak sebentar lagi?" tanya ashel.
"Masih ada besok, kita masih bisa ketemu lagi kan besok?" adel ketawa, gadis di peluknya ini beneran menggemaskan.
"Iya." Jawab ashel singkat. Benar-bener membenamkan wajahnya di pelukan adel. Dalam hati, beberapa kali gadis itu merutuki dirinya.
Dan mereka beneran pulang, adel memesan mobil yang berbeda karena arah apart dan rumah ashel tidak searah.
Ashel memeluk adel sekali lagi saat mobilnya sudah dekat, matanya masih sedikit memerah karna menangis dan terkena angin.
Adel mengecup pucuk kepala ashel, "makasih, seharian ini seru banget sama kamu." Ucap ashel.
"Kapan-kapan aku traktir yang lebih seru." Balas adel.
Ashel senyum. "I want too, but this is our last time." Menutup pintu mobil, matanya tidak berkedip melihat adel yang melambaikan tangan dari luar.
Ingat saat hari pertama pengumuman itu beredar, adel, zee dan kathrina pergi mencari kebenaran di rumah atau tempat tinggal ashel namun hujan membuat gadis yang seharian tidak makan itu langsung tumbang.
Kathrina dan zee langsung membopong adel, kemudian membawanya masuk ke apart. Bahkan saat mengetik kode password pintu, gadis itu sangat lemah.
Di apart adel bahkan tidak ada obat penurun panas, sehingga membuat zee dan kathrina harus pergi keluar untuk membeli beberapa obat dan bahkan bubur. Tapi tenang mereka menelfon marsha, gadis itu juga khawatir dan akan menjaga adel saat kedua sahabatnya itu pergi.
Alangkah kagetnya marsha saat melihat seorang dengan jas hujan masuk ke apart adel, ya itu teman segenerasi nya.
"Ashel?" mata nya membulat melihat gadis yang membuat ramai akan berita pengunduran dirinya itu.
Ashel dengan mata memerah karna banyak menangis langsung memeluk marsha. "Aku mohon banget, jangan kasih tau yang lain sha."
Marsha tentu saja tidak tega, gadis itu pergi keluar. Memberikan waktu ashel dan adel berdua, sambil menunggu zee dan atin. Dirinya bingung mengapa ashel disini padahal kathrina menelfonnya bahwa rumah ashel ada plakat tanda di jual.