Ashel baru saja selesai mandi, sekarang sudah menjukkan jam 19:00. Malam hari ini terasa dingin, mungkin karena sore hingga magrib tadi kota nya diguyur hujan lebat membuat suasana dingin masih terasa di luar dan dalam rumah.
Gadis itu sudah mandi, rambutnya basah. Kini baju tidur berwarna biru itulah menjadi pilihannya. Di cermin hampir setiap hari ashel melihat kalung yang diberikan oleh seseorang sebagai hadiah ulang tahun itu padanya.
"Cell, minta satu ya?" ucap jastin yang tiba-tiba saja muncul dari kamar kakaknya itu.
"Lu ngapain dari kamar gue? itu coklat siapa?" tanya ashel malah makin bingung.
"Gak tau. Tadi ada yang bawa, tapi kata abang grabnya rahasia yang ngirim."
Ashel berpikir sebentar, hanya ada beberapa nama di kepalanya. Yang sering mengiriminya makanan hanyalah kak indah, marsha dan kathrine. Kemungkinan beberapa anak gen 9 itu yang sedang berbaik hati saling membelanjakan satu sama lain secara rahasia.
"Jadi gimana? Dikasih gak nih gue?"
Ashel memutar bola matanya malas kemudian mendorong jastin sedikit agar ia dapat masuk ke kamarnya.
"Ambil aja,"
"Makasih cell."
***
"Hah ini banyak banget," gumam ashel melihat banyak sekali makanan ringan dan minuman di kasurnya.
Buru-buru gadis itu menelfon satu-persatu sahabat yang dirinya curigai.
Dan yang dirinya dapatkan adalah....
"Marsha? Jadi bukan lu? apa? nyebokin hamster?"
Telfon selanjutnya adalah kak indah.
"Kak indah seharian bukain kado, gak sempet ngirim," gumannya.
Dan yang terakhir, ashel menelfon atin.
"Halo kath gue mau nan--"
"Duhh cell nanti dulu ya gue lagi main game babay!"
Semuanya sibuk. Membuat gadis itu malah makin berpikir keras.
"Hai shell," ucap suara yang sedikit berat di arah pintu.
Kaos putih, kacamata dan rambut pendeknya yang bergoyang tertiup angin.
"ADEL?!" ashel kaget bukan main.
Seniornya itu berdiri di ambang pintu sambil mementeng tas.
**
Adel mendudukkan dirinya di kursi sambil menatap ashel yang masih mengeringkan rambutnya.
"Ngapain bawa makanan segini banyak? gue jadi gak enak mau ngasih lu apaan" ucap ashel.
Adel tertawa sambil menaruh kacamatanya di meja.
"Tadi dari super market sama papa, gue inget lu jadi langsung beli aja. Gausah gaenak gitu. Lagian snack nya dikit kok," sahut adel.
"Tiga kantongan gede gini dibilang dikit?"
"Abisnya kalo dikeluarga gue dibilang dikit."
Ashel mematikan alat pengering rambutnya.
"Iyadeh sultan barateck ahaha,"
"Gue mau nginep tau shel,"
Ashel mengambil selimut baru pemberian keluarganya yang ada di dalam lemari untuk adel.
"Lu udah ngomong sepuluh kali del,"
"Kali aja lu kelupaan kan."
***
"Jadi mau nonton apa?" Tanya ashel.
"Denger lagu aja apa ya?" ucap adel.
"Jadi mau nonton apa denger lagu?"
Adel membuka laptop milik ashel kemudian menyetel beberapa lagu kesukaannya.
"Gue mau ngelukis, denger lagu dulu aja ya?" tanya adel diangguki gadis di sebelahnya yang sedang memakan snack dengan pelan.
Mereka berdua duduk dan bersandar di kasur milik ashel yang langsung melantai, ashel sedari tadi hanya bergoyang-goyang pelan karena memakan sesuatu yang enak.
Now you got me thinking that I'm crazy
Cause you're...
Out the door
Just one mistake
You say you're not in love no more
But was it really love
If you can leave me for
Something so innocent
Is this the end?
"Lagu kesukaan lo nih shel ahaha," gumam adel namun masih terus berfokus pada gambarnya.
Iringan nada lagu thick and thin itu bergema di kamar ashel.
"Lu kenapa masih sering muter lag----"
duk!!
Adel merasakan sesuatu mengenai bahunya, ia menghentikan kegiatan menggambarnya kemudian melirik ke samping. Ia melihat ashel yang kelihatan ketiduran dengan snack di genggamannya.
Adel hanya tersenyum tipis, meletakkan alat gambarnya ke ujung dengan pelan agar gadis di sebelahnya itu tidak terbangun.
Dengan cepat Adel sedikit menggendong tubuh ashel yang tertidur itu, karena posisi gadis itu duduk. Jika ia tidur dengan posisi seperti itu sudah dipastikan saat bangun tubuhnya akan kesakitan semua.
Menyelimuti dan merapikan helaian rambut yang turun di wajah junior gen 9 itu.
Pergerakan gadis berambut pendek itu terhenti, entahlah memandangi wajah yang biasanya hanya ia banyangkan saat bertelfon bersama sampai pagi itu membuatnya tersenyum sendiri.
Adel melihat wajah damai itu lagi, menatap nya lekat. Sampai dirinya tidak sadar memajukan wajahnya sendiri mendekat sampai hanya terisisa beberapa centi.
Ashel menggeliat dalam tidurnya, ia berubah posisi nya sedikit namun tetap lelap dalam tidurnya membuat adel terkejut dan menjauhkan wajahnya.
Ia kembali tidur memunggungi ashel dan menetralkan debaran aneh di jantungnya.
***
Sinar matahari membangunkan gadis itu, ashel mengerjapkan mata kemudian merenggangkan tangannya.
"Pagi rafasnya," ucapnya.
"Hah rafasnya kok bisa masuk sini?" tanya ashel ketika sadar adik kecilnya itu tengah memainkan boneka monyet nya di lantai.
Ia melihat ke arah kasur, disana sudah tidak ada keberadaan orang yang kemarin berkata ingin menginap. Buru-buru iya melihat sticky note di bantal dan tersenyum.
[ shel gue pulang pagi-pagi banget, lupa kalo ada sekolah hehehe maaf gak pamit karna takut lo bangun. Love youu ]
"Segala nulis sticky notes si adel ahaha," gumam ashel sambil tertawa pelan.
Sekali lagi ini cuman fiksi ya frenn jangan dibawa serius.