Ashel menyipitkan matanya ketika membuka handphone nya, sudah larut malam dan baru saja gadis itu menelfonnya.
"Halo shell?" Suara berat itu terdengar, ashel tersenyum.
"Kenapa nelfon jam segini del?"
Terdengar adel menghela nafas.
"Selain susah tidur, ternyata aku juga susah buat ngga mikirin kamu."
"Kalo kangen sama kamu ada yang marah ngga?"
"Dihh ahahah"
"Aku kangen, itu doang."
"Aku juga del."
"tadi abis acara keluarga ditambah jeketi lagi mau sibuk sibuknya lagi. Makin gak semangat deh."
"Kenapa?"
"Gak ada kamu."
Ashel tertawa pelan.
"Shell, udah makan makanan yang aku gojekin?"
"Iya makasih ya del. Padahal aku gak bilang suka itu."
"Aku di hatimu loh, jadi tau semua yang kamu mau."
Di akhir adel tertawa.
"Gacocok banget bahasanya gemoy gemoy gitu."
"Dihh jangan gila deh, kamu yang ngomong kamu yang geli sendiri."
"Maksudnya kalo sama orang lain kayak gakcocok kan? Sama kamu doang."
"Gatau deh. Yang punya perasaan kan kamu."
"Kalo menurut aku sih cocok nya sama kamu shell."
"Kamu jadi clingy gini karna kangen?"
"Bisa dibilang begitu... pengen ketemu"
"Nunggu aku sembuh, nanti kita makan shushi bareng lagi."
"Kamu aja, aku bungkus pecel lele lagi kayak dulu."
Hening beberapa saat.
"Shell serius,"
"Hmm? Apa."
"seriously i miss you every day a lot." suaranya bergetar.
"Del, kamu nangis?"
"Hah, e..engga."
"Kayak orang nangis loh."
"Abis makan mie pedes, jadi beler. Udah dulu ya, kamu jaga kesehatan, cepet sembuh aku mau peluk."
"Iya del kamu juga jaga kesehatan."
Pip!
Ashel sedikit bingung, bukannya adel tidak bisa makan makanan pedas? Namun gadis itu lebih memilih tidur karena rasa kantuknya semakin menyerang.
"Gila, you're not mine, but i miss u everyday, and I still wishing you to be mine, tapi emang bisa?" Gumam adel kemudian menaruh ponselnya.
Sebenarnya adel menelfon gadis itu larut malam karena bermimpi buruk, dirinya terbangun dengan kondisi mata, pipi dan hingga bantal nya basah oleh air mata.
Adel tidak pernah tahu kalau merindukan seseorang dapat membuatnya menangis.
***
Topi hitam, jaket coklat dan sebuah parsel ditangannya.
Kedua belah pihak keluarga saling menyapa meski terhalang jarak karena virus.
Mami ashel tersenyum, menyambut pemberian gadis tinggi dengan lesung pipi itu.
"Makasih zee, udah repot-repot kesini."
Azizi asadel tersenyum, sambil mengacungkan jempolnya.
Gadis itu terakhir kali bermain kerumah sahabat kecilnya saat ashel memperlihatkan kucing nya yang baru lahir, zee juga suka kucing dan dirinya datang untuk bermain kala ashel belum terpapar virus seperti sekarang.
Zee mengedarkan pandangannya.
"Acell nya dimana tante?"
"Dikamar, kalau mau liat?"
"Apa gak bahaya?" Kata papa nya zee sambil duduk minum teh hangat di sofa.
"Jaga jarak, ada jendela kecil kok." Balas mami ashel.
Zee mengangguk, mulai membenarkan letak maskernya. Kemudian pergi sendiri ke kamar ashel, namun dirinya harus berbelok ke arah belakang untuk berhadapan dengan jendela.
"Hari gini masih tiduran aja lu." Gumam zee kemudian mengetuk jendela itu beberapa kali dan berjoget tidak jelas di luar jendela.
Ashel tersadar, dilihatnya ada lambaian tangan seseorang di luar jendelanya, ia bangkit kemudian berdiri di hadapan jendela.
"ZEE!!!" pekik nya sambil menutup mulut.
Tidak menyangka sahabatnya itu datang menjenguk, meski jaraknya sangat jauh dan azizi juga masih berjoget di pekarangan bunga mami nya.
Zee yang tersadar ashel sudah melihatnya sedikit mendekat.
"Si noob sakit haaha," tawa azizi ashel membuka jendela meski zee berjarak sekitar tiga meter di depannya.
"Kamu kesini cuman buat ngetawain aku?" ucap ashel dengan wajah kesal.
"Iya. Emangnya mau ngapain lagi?"
"Dihh parah banget kamu."
Azizi tertawa lagi, wajah tanpa make up gadis di hadapannya itu terlihat sangat menggemaskan.
"Udah makan lu cell?"
Ashel mengangguk.
"Pipi kamu makin tembem tau."
Ashel memegang pipi nya.
"Serius?"
"Heemm bagus gitu, sakit tapi banyak makan."
"Nanti gendut juga gabaik."
"Gapapa kali."
"Ck,, baju jeketi nya gamuat bisa jadi masalah zee."
"Oh iya lupa hahaha."
Zee hanya mendunduk sambil mengantukkan sepatunya ke rumput hijau dirumah ashel itu kemudian melepas topi nya, gerah juga dahi nya sampe keringetan.
"Emm zee, kamu udah gak main ke taman deket sini?" tanya ashel sambil menopang dagu.
Taman kecil di komplek itu adalah tempat mereka biasa bermain sewaktu kecil, ashel akan menemani zee sampai orang tua gadis itu menjemput.
Zee tersenyum tipis, dan tentu saja ashel tidak bisa melihat senyuman yang tertutup masker itu.
"Engga, cell."
"Kenapa? Udah sepi ya?"
Zee bergumam sambil berpikir.
"Udah gak ada orang bawel yang suka minta gendong, mending gak kesana dulu. Takut memori yang dulu keinget lagi," ashel tersentak mendengar jawaban azizi, apa yang gadis itu maksud adalah dirinya? Entahlah ashel hanya terdiam.
"tahun emang ganti, tapi kejebak di orang yang sama itu gaenak juga hahaha." Gumam azizi.
Yang ashel liat hanya kedua mata gadis di hadapannya itu yang membentuk bulan sabit.
"Dia kenapa ketawa? Ada yang lucu?"