*****
Semua orang nampak serius. Kening mereka berkernyit. Hanya Clarence dan aku yang nampak santai. Malah sebenarnya, Clarence nampak terlalu santai. Dia bersikap seolah dia bisa menyelesaikan segala masalah yang akan ada selama rapat berlangsung.
Clarence menatapku tajam. Aku tersenyum manis. Gadis kecil itu memalingkan wajahnya. Aku masih tersenyum meski dalam hati ingin sekali menginjak wajahnya.
Angka -100% terpasang di atas kepala gadis itu. Warna merah menyelimuti tubuhnya. Ah, sepertinya ada yang menaruh dendam atas peristiwa ramuan gatal beberapa hari lalu. Rupanya, sepupu Charice ini adalah tipe pendendam, ya. Padahal aku kan hanya ingin bercanda. Tapi, dia malah marah. Aneh sekali!
Aku menatap bangsawan lain. Angka 20% muncul di atas kepala mereka. Aku tersenyum. Rupanya, bangsawan pun tidak terlalu menyukai Charice, ya. Karena, Charice yang terlalu lemah lembut dan baik terhadap semua orang ini tidak akan bisa naik takhta menjadi kaisar. Atau, setidaknya memberikan keuntungan bagi mereka.
Tak apa. Aku akan membuat angka yang ada di atas kepala mereka itu bertambah. Apapun caranya, aku harus membuat para bangsawan berada di pihakku. Ah, itu terlalu cepat. Aku akan membuat mereka mengakui kehebatanku terlebih dahulu. Dengan begitu, lambat laun mereka akan berada di pihakku dengan sendirinya. Pokoknya, aku harus mengumpulkan banyak sekutu.
"Para Elves terus saja mengambil muatan yang ada di kereta kuda!" Duke Inggrid membuka suara untuk pertama kalinya.
"Mereka membuat saya mengalami banyak kerugian!" Baron Adair ikut bersuara.
"Makhluk itu harus dimusnahkan!" Duchess Manroe berseru dengan lantang.
Bangsawan lain mengangguk. Mengiyakan.
Elves. Aku pernah bertemu dengan mereka di kehidupan lamaku dulu.
Para Elves adalah makhluk dengan tubuh sedikit membungkuk dan kulir hitam. Jari pendek dan cakar tajam nan panjang yang bisa menyayat besi dan menembus daging manusia. Gigi taring mereka mencuat keluar. Nampak persis seperti seekor black panther raksasa.
Mereka memang satu tetangga dengan Elf. Tapi, berbeda dengan para Elf yang memiliki rambut panjang dan paras yang cantik dan tampan. Para Elves adalah kebalikannya. Satu-satunya hal yang membuat mereka sama dengan Elf hanyalah telinga runcing dan rambut panjang.
Penglihatan para Elves sangat buruk. Tak salah jika menyebut mereka buta. Tapi, pendengaran mereka tak bisa dianggap remeh. Para Elves bahkan bisa mendengar suara kepakan burung hantu yang terbang belasan meter di atas mereka.
Para Elves memakan apa saja yang bergerak. Manusia. Binatang. Kereta kuda. Tapi, tidak dengan bangsa mereka. Para Elves tinggal di dalam Hutan Kematian -hutan yang berada di sisi barat Kekaisaran Janeiro. Hutan itu berbatasan dengan Kekaisaran Lipsium yang menjalin kerja sama dengan Kekaisaran Janeiro di bidang perdagangan.
Ah, sekarang semuanya jadi jelas.
Hutan Kematian adalah rute tercepat menuju Kekaisaran Lipsium. Hanya perlu waktu 1 hari dengan kereta kuda dan 3 hari dengan berjalan kaki untuk sampai ke lekaisaran yang berada di bawah kuasa Ratu Mobelia Norve J'Lipsium itu. Jelas jauh lebih baik daripada harus memutari Hutan Kematian yang memiliki luas setengah wilayah kekaisaran itu.
Sayangnya, karena Hutan Kematian adalah sarang para Elves yang memakan benda yang bergerak. Dan, karena kereta kuda adalah benda yang bergerak, mereka jelas memakannya.
Kereta kuda. Kusir. Kuda. Bahkan, barang yang dimuat di dalam kereta kuda pun mereka makan.
Para Elves jelas merupakan sebuah ancaman bagi keberlangsungan bisnis perdagangan antar dua kekaisaran. Mereka memang harus dimusnahkan. Sayangnya, tak ada satupun yang bisa memusnahkan mereka. Para Elves kebal terhadap racun, pedang, atau pun robot penjaga. Jadi, berperang dengan para Elves sama saja dengan bunuh diri.
Dalam buku yang ada di kehidupan lamaku, dijelaskan bahwa satu-satunya yang bisa menyembuhkan para Elves adalah perasaan. Aku sendiri tak tahu apa yang dimaksud dengan 'menyembuhkan'. Karena jelas, Elves bukanlah makhluk yang sedang sakit. Aku juga tidak tahu apa maksud 'perasaan'. Memangnya, makhluk yang memakan manusia itu punya perasaan selain rasa lapar?
Aku menatap kaisar. Keningnya berkerut. Kepalanya jelas sangat pusing.
Elves bukanlah lawan yang mudah dikalahkan. Racun yang ia buat untuk menjadikannya kaisar itu jelas tidak bisa menjadikannya pahlawan yang menyelesaikan para Elves.
"Aku mengerti jika kalian semua merasa terganggu dengan adanya para Elves di Hutan Kematian. Tapi, seperti yang kalian tahu, Elves bukanlah lawan yang mudah dikalahkan. Mereka kebal terhadap semua serangan!" Kaisar akhirnya angkat bicara.
Semua bangsawan saling tatap. Yang mereka mau adalah solusi atas masalah yang mereka miliki. Bukannya penjelasan mengenai para Elves yang sudah mereka ketahui.
"Bagaimana jika kita membangun kereta kuda tanpa suara, Kaisar?" Adalvino angkat bicara.
Semua mata tertuju padanya.
"Dengan adanya kereta kuda tanpa suara, para Elves pasti tidak akan menyerang!"
Ide Adalvino sebenarnya cukup bagus. Hanya saja, dia tidak tahu dengan fakta tambahan kalau Elves bisa merasakan benda bergerak yang ada di dekat mereka. Yang artinya, mereka tetap akan menyerang kereta kuda meski sudah dilengkapi tekhnologi anti suara. Dengan kata lain, ide itu tidak berguna.
Kaisar tersenyum. Menatap putra pertamanya yang nampak sangat jenius di matanya.
"Ide anda sangat brilian Pangeran Adalvino! Hanya saja, para makhluk menjijikkan itu bisa merasakan benda yang bergerak!" Grand Duke Apelium akhirnya angkat bicara setelah diam selama beberapa saat.
Senyum kaisar pudar. Manik matanya menatap Adalvino tajam. Apa anak laki-laki yang ia harapkan dapat menjadi kaisar di masa depan itu tidak membaca buku mengenai Elves?
"Bagaimana jika kita membuka jalur teleportasi di antara Hutan Kematian dan Kekaisaran Lipsium? Kereta kuda tidak perlu bergerak dan tidak menimbulkan suara!" Clarence melirikku. Lantas melempar senyuman miring. Nampak bangga akan dirinya yang bisa memberikan saran yang hebat.
"Saya dengar, Kekaisaran Lisium memiliki penyihir kontruksi yang hebat. Kita bisa meminta bantuan mereka untuk membangun portal teleportasi!"
Kekaisaran Lisium. Satu-satunya kekaisaran yang memiliki penyihir di dalamnya. Jika Kekaisaran Janeiro terkenal akan kekuatan robot dan musim -yang kini sudah dilupakan. Kekaisaran Lisium terkenal akan penyihirnya yang tak terkalahkan. Bisa dibilang, Lisium adalah kekaisarannya para penyihir. Sayangnya, letak Lisium terlalu jauh dari Kekaisaran Janeiro.
"Sayangnya, penyihir konstruksi dari Lisium tidak pernah sudi membantu kekaisaran lain sejak pemerintahan Kaisar Frederson." Marquiss Karl menjelaskan.
Clarence menggertakan giginya. Manik matanya menatap Marquiss Karl tajam. Sedetik kemudian, gadis itu tersenyum manis ketika menyadari ayahnya tengah menatapnya.
Penyihir di Kekaisaran Lisium memang tidak pernah mau membantu kekaisaran lain karena sudah terikat kontrak dengan kekaisaran itu. Yah, semua itu terjadi sejak Kaisar Frederson mengambil alih takhta. Menurutnya, membantu kekaisaran lain untuk mengembangkan kekaisaran mereka hanya akan menjadi saingan Lisium yang terkenal akan kehebatannya dalam pembangunan dan kekuatan.
Sementara, kami semua melempar solusi dan memberikan sanggahan di ruang rapat, seorang anak laki-laki usia 15 tahun dengan rambut berwarna pirang memacu kuda hitamnya dengan cepat.
Pangeran Abercio De Janeiro kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Become A Princess✔
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan - END] Novana awalnya adalah iblis yang hidup di jalanan dan berhasil menjadi kaisar setelah membunuh kaisar yang asli. Dia kemudian dibunuh oleh seorang pria yang dia cintai. Yang tak lain adalah putra dari kaisar yang dia b...