Evil 65

4K 510 0
                                    

Pada akhirnya semua berjalan sesuai rencana. Aku akan benar-benar berkunjung ke Varety. Sendirian. Entah kenapa Russel membiarkanku pergi berlibur ke Varety tanpa banyak bertanya ataupun protes. Rasanya memang sedikit aneh. Tapi, aku tidak punya waktu untuk memikirkannya.

Selama dalam perjalan menuju Varety, tidak ada bandit ataupun pembunuh bayaran yang menyerangku. Ini juga aneh. Padahal, aku pikir pamanku akan menggunakan kesempatan ini untuk menyerangku. Apalagi, aku pergi tanpa pengawalan apapun karena ingin sendirian. Dia bisa membuat seolah aku dirampok atau diserang oleh bangsawan anti kekaisaran. Tapi, anehnya pamanku diam saja dan membiarkanku pergi ke Varety dengan tenang.

Apa dia punya rencana lain?

Seperti menghabisiku ketika aku sudah sampai di Varety? Di Varety kan ada banyak orang asing dan kejahatan pun sudah dianggap biasa di sana.

Hah! Tidak tahu, deh!

Lebih baik aku mempersiapkan diri untuk menghadapi para elves. Karena aku yakin mereka tidak akan membuatku menemukan Marquiss Gabrela dengan mudah. Selain itu, aku tidak tahu apakah Marquiss Gabrela masih memiliki ingatan sebagai manusia atau tidak.

Russel memberikan sebuah buku tentang makhluk gelap semalam. Di buku itu dikatakan jika manusia yang dirubah menjadi elves perlahan akan kehilangan ingatannya sebagai manusia dan hidup sebagai elves sejati.

Bagiku, hal itu tidak akan terlalu mengganggu. Aku tinggal mencari elves yang tubuh kerekabdiselimuti oleh warna. Itu artinya mereka masih memiliki perasaan sebagai manusia.

"Tuan Putri, kita akan sampai di Varety 10 menit lagi. Tolong persiapkan diri anda!" kata kusir kereta kuda pengantar barang.

Iya, aku menggunakan salah satu kereta kuda pengantar barang. Lebih tepatnya menyusup.

Aku sengaja menggunakan kereta barang karena pamanku akan kesulitan menemukan diriku. Dia harus merampok semua kereta barang yang ada agar bisa menemukan diriku. Kalau dia nekat melakukan itu, akan terlihat jelas jika aku sengaja dibunuh dan bukannya bagian dari perampokan. Karena kereta barang yang aku tumpangi hanya berisi kapas. Akan aneh jika ada orang yang mau merampok kapas.

Kusir kereta kuda yang aku tumpangi bisa dipercaya. Dia adalah Kris, kusir yang dulunya merupakan tahanan perang. Dia dibebaskan oleh ayahnya Charice alasannya karena Kriss mengikuti perang atas paksaan keluarganya. Kriss kemudian diberikan nama keluarga baru sehingga dia bisa keluar dari keluargnya. Karena itu, Kriss merasa berhutang budi pada ayahnya Charice. Dengan kata lain, dia berada di pihakku.

"Terima kasih, Kris!" kataku.

"Apakah anda baik-baik saja, Tuan Putri? Kereta pengantar barang pasti tidak nyaman untuk diduduki." katanya dengan pandangan yang lurus ke depan.

Sikap Kris memang bisa dianggap sebagai penghinaan terhadap anggota keluarga kekaisaran karena dia tidak menatapku saat bicara. Tapi, hal itu tidak berlaku. Karena aku sendiri yang memintanya untuk tidak menghadap ke belakang saat sedang mengajakku bicara.

"Aku baik-baik saja. Kereta kudanya cukup nyaman karena berisi kapas." kataku.

Aku sungguh-sungguh dalam mengatakan kalimat itu. Kereta kudanya memang cukup nyaman. Semua kapas yang tersimpan dalam tas besar dari anyaman ini menjadi bantalan yang mengurangi benturan. Juga menjadi sandaran yang empuk. Aku beruntung karena kereta kuda yang dikendarai Kris berisi kapas dan bukannya senjata.

"Syukurlah! Saya senang kalau anda merasa nyaman!" kata Kris lagi.

Hening sejenak. Kris kembali sibuk dengan kendali kereta kuda. Dan, aku kembali sibuk dengan pemikiranku.

"Kita sudah sampai, Tuan Putri!"

Ucapan Kris membuatku tersentak. Aku langsung bersiap turun. Tanganku menyambar tas kecil berisi beberapa permata. Aku merapatkan jubahku. Begitu aku membuka pintu kereta kuda, cahaya matahari menyambutku.

"Maafkan saya karena tidak bisa mengantarkan anda sampai ke Varety!" kata Kris.

Aku menoleh ke arah kanan sekilas. Puluhan kereta kuda mulai mengantri di pintu masuk Varety. Sementara, kereta kuda yang dikendarai Kris berhenti jauh dari pintu masuk.

"Tidak apa! Justru akan repot jika kau mengantarku sampai ke pintu masuk!" kataku.

Kris mengangguk.

"Kalau begitu, saya pamit undur diri, Tuan Putri! Nikmati liburan anda!" kata Kris.

"Baik!"

Kereta kuda mulai bergerak. Perlahan meninggalkan aku sendirian. Aku langsung bergegas menuju pintu masuk Varety. Aku sudah mengubah warna rambut dan manik mataku. Russel juga sudah memberiku identitas palsu. Seolah, dia tahu kalau liburan ini adalah bagian dari rencanaku. Orang-orang di sini tidak akan mengetahui identitas asliku, kan?

Aku benar-benar takut.

Hal ini berbeda dari saat aku menyerbu istana kekaisaran di kehidupan lamaku. Saat melakukan hal itu, aku punya banyak pasukan yang berjuang bersamaku. Namun, sekarang aku sendirian. Tidak ada yang akan menolong diriku selain aku sendiri.

Hah! Entah kenapa aku menyesal karena sudah meninggalkan Russel sendirian. Harusnya aku membawa dia ikut bersamaku.

Sudahlah! Menyesal pun tidak ada gunanya. Aku juga tidak bisa kembali ke ibukota dan membawa Russel ikut serta bersamaku.

Ini semua adalah urusanku dengan Charice. Jadi, aku sendiri yang akan menyelesaikannya. Charice juga pasti tidak akan suka jika aku melibatkan banyak orang dalam masalahnya.

"Tunjukkan kartu identitas anda!" kata salah seorang penjaga pintu masuk.

Aku sedikit tersentak. Tanpa sadar, aku sudah sampai di pintu masuk Varety saja.

"Tolong buka jubah anda!"

Varety adalah tempat dimana orang biasa keluar masuk kekaisaran. Jadi, pemeriksaan di tempat ini pun tidak bisa dianggap remeh meski kejahatannya benar-benar tak terhitung jumlahnya.

Aku membuka jubah yang menutupi kepalaku. Rambut lurus berwarna hitam dengan manik mata senada membuat orang-orang terdiam.

"A-a-anda...."

"Perkenalkan! Saya Leonar Alger Zeron, putri dari Duke Zeron." kataku.

Duke Zeron. Dia adalah duke yang populer di wilayah Harety. Keturunan Duke Zeron terkenal karena pernikahan antar sepupu. Karena pernikahan itu, keturunan Duke Zeron selalu memiliki ciri khas. Rambut hitam dengan manik mata yang juga hitam. Jika ada seseorang dengan ciri itu. Maka, sudah bisa dipastikan kalau dia adalah salah satu anggota keluarga Duke Zeron. Tidak ada siapapun yang tahu bagaimana rupa keturunan Duke Zeron selain melalui ciri fisik rambut dan manik mata mereka. Karena itu, menyamar sebagai salah satu anggota keluarga Duke Zeron adalah hal yang tepat. Apalagi, Duke Zeron dikenal bertangan besi. Dia akan membunuh siapapun yang menghalangi keluarganya. Karena itulah orang-orang di sini langsung ketakutan begitu melihatku.

"Apakah saya tidak boleh masuk?" tanyaku sembari tersenyum.

Hening. Para penjaga masih berusaha mengendalikan rasa takut mereka.

"Ah, tidak boleh, ya? Baiklah! Saya akan bicara pada ayah jika saya tidak boleh masuk wilayah Varety!"

"Ti-ti-tidak! Anda boleh masuk! Tidak perlu melapor pada Tuan Duke!" kata penjaga pintu masuk dengan gugup.

Aku tersenyum. Mengangguk.

Dan, alasan kenapa Duke Zeron bisa seberani itu adalah karena ada penyokong kuat di belakangnya.

Pamanku.

Walau begitu, aku tidak akan membunuh semua keluarga Duke Zeron karena mereka tidak pernah menunjukkan dirinya di hadapanku.

Sekarang, lupakan mengenai Duke Zeron dan semuanya.

Mari kita pergi ke hutan para elves dan mengakhiri semuanya!

The Devil Become A Princess✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang