👑👑👑
Respons masyarakat terhadap semua ramuan yang aku buat itu ternyata lebih baik dari yang aku duga. Dalam sehari, entah berapa puluh ribu ramuan yang berhasil aku jual. Saking banyaknya pesanan, Russel sampai harus menyuruh pelayan kepercayaannya untuk membantuku. Kami semua membuat ramuan itu di kediaman Russel karena hutan kekaisaran tidak aman bagi kami. Meski proses pembuatannya berada di istana Duke Balthasar. Tapi, bahan bakunya tentu tetap didapatkan dari hutan kekaisaran. Dengan bantuan sihir musim dingin milik Russel yang memungkinkan kami untuk berteleportasi, kami semua bisa membuat ramuan sebanyak pesanan yang ada dalam waktu yang terbilang singkat.
Kelima suku bar-bar itu bahkan sampai kewalahan melayani pembeli. Mereka bilang, baru kali ini toko obat-obatan mereka diserbu pembeli. Sebagai hadiah karena sudah mau membantuku, aku memberi tahu resep beberapa ramuan yang akan berguna untuk toko mereka. Dengan begitu, kedepannya mereka tetap bisa berjualan tanpa harus mengandalkanku.
Aku sudah tidak perlu menjual ramuan lagi. Karena, uang yang aku miliki sudah cukup untuk membeli bunga epheral. Iya, aku sudah memiliki bunga sialan itu. Aku bahkan punya dua sekaligus. Semuanya aku dapat dari kekaisaran lain karena ada banyak mata-mata di kekaisaran ini. Tentu saja harganya lebih mahal karena perjalanan selama 4 hari berturut-turut itu bisa membuat bunganya mati. Tapi, untunglah ternyata uang yang aku miliki malah sedikit berlebih.
Sekarang, hanya tinggal menguji obat yang diminum ayahnya Chie saja.
Aku mengeluarkan serbuk obat yang aku ambil dari kamar kaisar beberapa hari lalu. Aku sudah menyuruh Nori untuk tidak membiarkan siapapun masuk ke dalam kamarku. Yah, tanpa harus menyuruh Nori pun memang tidak akan ada yang sudi masuk ke kamarku, sih.
Aku melarutkan serbuk obat itu ke dalam gelas berisi air putih. Air yang semula bening itu berubah jadi buram. Aku meneteskan campuran obat itu ke atas salah satu kelopak bunga epheral. Aneh, bunganya hanya layu. Padahal, aku pikir bunga mahal ini akan mati.
Kalau begitu, artinya racun yang diberikan oleh pamanku bukan terletak pada obat ini.
Kalau sudah begini, hanya ada satu cara untuk mengetestnya.
Aku meminum larutan obat itu.
1 menit.
5 menit.
10 menit.
Tidak ada efek apapun yang aku rasakan. Organku juga masih berfungsi dengan baik. Kelima indraku juga sama. Tapi, rasa obat ini terbilang tidak asing. Rasanya memang tidak terlalu mencolok. Tapi, aku yakin kalau obat ini dibuat dari bahan alami yang tidak berbahaya. Tapi, juga tidak memiliki efek apapun bagi tubuh. Baik itu efek negatif ataupun positif. Ah, aku tahu! Obat ini tidak lebih dari sekadar ampas buah yang dibuat jadi serbuk.
Argh! Sial! Padahal aku sudah susah payah mencari obat ini! Karena tempatnya yang begitu tersembunyi, aku pikir obat ini pasti menyimpan racun. Tapi, ternyata hanya ampas buah biasa yang tidak berguna.
Kalau begitu, dimana pamanku itu meletakkan racunnya?
Iya! Tentu saja! Kalau aku jadi dia, aku pasti meletakkan racun itu di tempat yang terbuka agar tidak menimbulkan kecurigaan. Aku akan memasukkan racun itu ke dalam benda yang sering masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Makanan kan hanya masuk 3 kali sehari. Jadi, racun itu pasti ada di dalam air minum ayahnya Charice.
Kenapa aku tidak memikirkan hal ini sebelumnya?! Bodoh sekali! Iblis remaja ini rupanya sama labilnya seperti manusia remaja.
Aku bergegas mengambil pipet kecil yang aku letakkan di atas meja. Kakiku melangkah menuju kamar kaisar yang asli.
Tanganku mendorong pintu raksasa setinggi 7 meter itu. Begitu aku masuk, beberapa orang pelayan berada di dalam kamar. Mereka melakukan hal yang sama dengan yang aku lakukan. Mencampurkan obat ke dalam air kemudian mengaduknya. Cara itu memudahkan ayah Charice untuk meminum obat yang tidak berguna itu.
"Putri Charice, apa yang anda lakukan di sini?" Tanya salah seorang pelayan itu.
Aku melirik kepala mereka. Ada angka 65% dan 57% di sana. Dengan kata lain, mereka cukup menyukaiku. Yah, mungkin rasa suka itu muncul dari simpati mereka pada Charice. Anak berusia 6 tahun ini kan harus hidup sendirian di istana sebesar ini. Ayahnya sakit keras. Kedua kakaknya tidak ada di sampingnya. Menyedihkan sekali!
"Aku ingin melihat keadaan ayah!" Kataku sembari berjalan menuju tempat tidur kaisar.
"Yang Mulia Kaisar sudah rajin minum obat. Jadi, beliau pasti akan segera sembuh. Anda tenang saja!" Kata salah seorang dari mereka sembari tersenyum.
Aku menatap tubuh yang terbaring lemah di atas ranjang itu.
Tidak! Dia tidak baik-baik saja! Yang dia minum adalah racun. Bukan obat. Semakin sering ia meminum obat itu, tubuhnya juga akan semakin melemah. Hanya tinggal menunggu waktu sampai kaisar mati.
"Iya!" Kataku singkat.
Kedua pelayan itu saling tatap. Kemudian mencoba membuat kaisar meminum larutan obat itu.
"Biar aku saja!" Kataku tegas.
Gerakan tangan itu terhenti.
"Eh? Anda ingin meminumkan obat ini pada Yang Mulia Kaisar?"
Aku mengangguk.
Kedua pelayan itu kembali saling tatap. Terlihat menimbang. Kemudian mengangguk. Memberikan gelas itu padaku.
Melihat reaksi mereka yang dengan mudahnya memberikan gelas itu padaku, hanya ada dua kemungkinan. Mereka tidak tahu soal air yang mengandung racun. Atau, racun itu tidak ada di dalam air itu.
"Kalau begitu, kami permisi terlebih dahulu!" Kata mereka sembari menunduk penuh hormat.
Aku mengangguk. Menatap kedua punggung itu. Memastikan mereka benar-benar pergi dari kamar ini. Setelah mereka pergi, aku langsung mengambil beberapa tetes larutan obat itu dengan pipet. Aku berjalan menuju balkon kamar. Tanganku menuang air di dalam gelas ke atas tanaman.
Aku tidak tahu apakah racunnya benar-benar ada di dalam air itu. Tapi, tidak ada salahnya berusaha menghindari segala kemungkinan buruk. Lagipula, larutan obat itu juga tidak berguna.
Aku kembali ke kamarku. Kakiku dengan cepat melangkah menuju bunga epheral yang berada di atas meja. Begitu aku memencet ujung pipet tetes, bunga itu langsung mati. Mengering. Hingga aku bisa meremas daunnya sampai jadi bubuk. Dilihat dari reaksi bunga epheral ini, aku tahu racun apa yang digunakan oleh paman untuk meracuni kaisar.
Bunga Neoroxin.
Bunga itu berbentuk mirip bunga matahari. Hanya saja tanpa ada biji berwarna hitam di tengahnya. Kelopak bunganya berwarna hitam. Bunga itu memiliki bau yang begitu menyengat. Seperti cuka. Tapi, ketika ia dijadikan cairan, baunya menghilang. Warnanya juga jadi bening. Mirip sekali dengan air putih. Bunga itu beracun. Tapi, racunnya perlu waktu lama untuk membunuh seseorang. Sekitar 3 sampai 4 tahun. Cocok digunakan untuk membunuh seseorang secara perlahan tanpa menimbulkan kecurigaan.
Dengan kata lain, selama ini ayah Charice tidak meminum air. Melainkan, sari bunga neoroxin.
Dan, hanya ada satu penangkal racun untuk bunga itu.
Air mata naga.
Aku harus menemui Violet.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Become A Princess✔
Fantasy[Bukan Novel Terjemahan - END] Novana awalnya adalah iblis yang hidup di jalanan dan berhasil menjadi kaisar setelah membunuh kaisar yang asli. Dia kemudian dibunuh oleh seorang pria yang dia cintai. Yang tak lain adalah putra dari kaisar yang dia b...