Part 37

208 28 11
                                    

Malika sore ini memeriksakan kandungannya ke rumah sakit tempat biasa di memeriksakan kandungannya, tanpa di temani
Sumedh tentu saja, dengan topi dan masker serta pakaian yang tertutup
Malika memasuki rumah sakit, ini kali ketiganya Malika datang kerumah sakit, beruntung Malika telah membuat reservasi sehingga dia tidak perlu ribet mengurus pendaftaran tinggal tunjukan bukti reservasinya maka Malika tinggal menunggu untuk di panggil perawat.

Melihat ada beberapa wanita hamil yang chek up kandungan di temani suaminya membuat Malika merasa iri, namun Malika sadar jika dia tidak mungkin mengajak sumedh datang ke rumah sakit atau, kearea public, hubungan mereka memang disembunyikan tidak ada orag yang tau, dan malika harap sampai dua tahun lagi akan seperti ini, tidak ada orang yang mengetahuinya.

Perawat menghampiri Malika, mengajak Malika untuk masuk, memang tadi Malika minta agar namanya tidak di panggil, Malika mungkin masih jadi public figure bagi sebagian orang, dan Malika tidak ingin ada berita tentang kehamilannya yang tersebar, karena skandalnya bulan lalu aja masih hangat hangatnya dibahas.

Selesai memeriksakan kandungannya dan menebus obat di apotek, Malika tidak langsung pulang, dia memilih untuk belanja ke supermarket. Susu ibu hamil, roti gandum, camilan sehat, dan juga ice cream, entah kenapa Malika ingin makan ice cream dari tadi siang dan di mansion sepertinya stok ice creamnya habis karena dia tidak menemukan ice cream di kulkas.

Malika : Apa lagi ya?

Malika kebingungan ingin membeli apa, pasalnya semua kebutuhannya telah di siapkan pelayan.

Malika : Kayaknya, udah dehhh

Malika melangkah menuju kasir dengan santai, sesekali dia berhenti untuk mengambil camilan yang sekiranya enak untuk dijadikan ngemil.

Malika : Pak, langsung pulang ya

Malika masuk kedalam mobil milik sumedh yang dia pakai tadi.

"Baik Non." Balas Supirnya.

Sepanjang perjalanan Malika asik dengan ice creamnya melepas snakers juga dia mengubah sandaran kursinya agar kakinya ikut bersandar, pegal juga ternyata saat hamil harus jalan sana sini atau memang dasarnya Malika yang malas jalan aja, tidak memperdulikan ponselnya yang berbunyi dari tadi, lebih tepatnya Malika mengabaikan orang yang menelfonnya, siapa lagi kalau bukan sumedh.

Malika tadi memang berbohong pada supir dan semua pelayannya jika dia diperbolehkan sumedh untuk datang kerumah sakit, yang artinya Malika diperbolehkan keluar dari mansion. Padahal tidak, bahkan Malika sama sekali tidak meminta izin sumedh.

Mobil mendadak berhenti ketika ada mobil yang tiba tiba berhenti di depan mobil yang di tumpangi Malika

Malika : Pak, ada apa?

Tanya Malika cukup takut, pasalnya jalanan yang mereka lewati cukup sepi, ditambah ini sore hari menjelang malam.

"Saya tidak tau Non," Balas supir.

Pintu mobil di ketuk membuat Malika ketakutan, namun Malika tidak membuka jendela.

Malika : Pak, mundur aja

"Di belakang ada mobil Non,"

Malika langsung menoleh, dan benar saja ada mobil, namun sepertinya mobil di belakang tidak asing. bukannya itu mobil sumedh? Jangan jangan sumedh tau kalau dia keluar dari mansion, bisa bisa dia di hukum lagi, jangan sampai lahhh,, moga itu bukan sumedh.

Entah ini terlalu cepat atau malika yang lama melamunnya, kaca mobil tepat di sebelah supir dihantam dengan batu, membuat serpihan kaca mengenai supir malika, sementara Malika memekik, wajahnya pucat pasi, ditambah darah yang mengalir di kepala supir dan wajahnya semakin membuat malika ketakutan, air matanya pun telah mengalir di pipinya, perutnya terasa kencang, mungkin janin dalam kandungannya juga merasakan takut seperti yang dirasakan malika.

Marriage On PaperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang