Menikmati waktu bersama pasangan membuat hati nyaman, segala fikiran ini itu hilang ketika melihat senyum tulus yang selalu menghiasi wajah malika, itu yang sumedh rasakan. Senyum malika mampu mengalihkan semuanya, hanya dengan senyuman malika hidup sumedh jungkir balik.
Sumedh : Apa mau lagi?
Sumedh melihat malika memetik sendiri anggur yang ada di kebun belakang villa.
Malika : Emmm,, aku mau yang banyak, ini enak tau, beda sama yang di jual di Indo
Malika tidak perduli dengan perutnya yang membesar dia sibuk memetik buah anggur, sumedh saja yang ingin membantu malika tidak di izinkan, sumedh hanya boleh mengekori malika di belakangnya sambil membawa keranjang berisi buah anggur yang telah di petik malika.
Sumedh : Keranjangnya telah penuh sayang, kita istirahat dulu, kamu udah keliling taman, kebun, juga udah petik buah anggur banyak banget, kamu enggak kasihan sama babynya? Pinggang kamu dan kaki kamu pasti pegal pegal, sekarang istrahat dulu, nanti sore kamu bisa metikk lagi buah enggurnya, sekarang kita istirahat katanya mau makan ice cream
Malika langsung mengangguk mendengar kata ice cream, selama di villa memang cukup panas dan banyak ice cream di kulkas hobi malika kalau siang makan ice cream.
Malika : Nihhhh...
Malika menaruh gunting khusus untuk memetik buah anggur di keranjang. Malika berjalan terlebih dulu menuju villa, meninggalkan sumedh yang sibuk membawa buah anggur. Sumedh membiarkan malika sibuk dengan ice creamnya, sementara sumedh meminta pelayan menata anggur yang malika petik untuk di masukan kedalam kulkas, hanya untuk berjaga jaga jika malika benar benar membawa buah anggurnya ke Indonesia.
Sumedh dan malika telah memutuskan untuk kembali ke Indonesia setelah mereka kembali dari liburannya, tarun dan piyali sebenarnya tidak rela anak anaknya pergi, namun mau bagaimana lagi, sumedh memiliki tanggung jawab besar untuk perusahaannya dan juga klan mafianya.
Malika : sumi sini...
Sumedh : Kenapa hemmm
Tanya sumedh sambil memeluk malika dari bekalang, dagu sumedh dia tempelkan pada Pundak malika, tangan sumedh aktif mengusap usap perut malika.
Malika : Kaki aku pegel, pengen di pijit
Malika bersender di dada bidang sumedh.
Sumedh : Okee, aku pijitin kaki kamu
Sumedh menahan tubuh malika dengan tangannya sebelum dia bangkit dari duduknya namun malika menggeleng.
Malika : Aku pengen di peluk kamu dulu, kalau udah baru pijitin kaki aku
Sumedh hanya menggangguk, mengikuti perintah malika dengan baik, dari pada malika ngambek lebih baik sumedh menuruti keinginan malika. Saking nyamannya bersandar di dada bidang sumedh, malika memejamkan matanya, tanpa dia sadari dia terlelap. Sumedh yang tau malika tidur tidak melepaskan pelukannya, hanya membiarkan malika tidur bersender padanya.
Sumedh menggendong tubuh malika kedalam kamar mereka, sumedh memang sengaja memilih di kamar lantai satu, hanya untuk keselamatan malika, sumedh yakin malika akan jalan kesana kemari dan sumedh tidak ingin malika kelelahan harus naik turun tangga.
Sumedh Membawa malika ke kamar bukan hal yang sulit, walau tubuh malika cukup gemuk saat ini namun sumedh masih bisa menggendong malika tanpa kesulitan sama sekali. Sumedh membaringkan malika dengan perlahan dan hati hati, sumedh tidak mau mengganggu tidur nyenyak malika. Setelah memastikan malika nyaman dengan posisi tidurnya, baru sumedh berpindah tempat untuk memijat kaki malika, hal ini rutin di lakukan sumedh mungkin sejak kandungan malika berusia enam bulan. Sebenarnya sumedh bisa saja meminta pelayan untuk memijat malika atau meminta terapis, tapi sumedh tidak melakukannya, dia ingin memijat malika sendiri, sumedh ingin selalu ada untuk malika, memenuhi semua kebutuhan malika. Setelah memijat kaki malika, mungkin ada tiga puluh menit sumedh pindah ke sofa. Di Irlandia sudah jam satu siang, mungkin di Indonesia jam delapan malam.