...

989 105 8
                                    


Gadis itu berakhir duduk di ranjang dalam keadaan kesal dan gelisah. Ciera sedang berpikir cepat bagaimana cara agar ia bisa keluar dari tempat ini tanpa di ketahui siapapun.

Ucapan Nicolas tadi cukup membuat dirinya kesal. Kenapa semua orang mengatakan tentang pengorbanan, apakah tidak pernah ada yang perduli padanya meskipun ia sudah banyak melakukan pengorbanan.

Langit sudah gelap, Rene meminta dirinya makan malam bersama tetapi Ciera menolaknya dengan berbagai alasan. Ia hanya sedang memikirkan taktik untuk keluar dari tempat ini.

Ciera membuka jendela, kamarnya berada di lantai tiga. Ia berjalan mendekat dan melihat lampu lampu di taman sudah bersinar, jika ia ingat ada banyak belokan dan jalan.

Dia lupa jalan keluar, jalan dimana ia masuk ia juga tidak terlalu ingat karena Ryan membawa tubuhnya terbalik sehingga ia tidak bisa melihat sekitar dengan jelas.

Sial! Runtuknya.

Jika dirinya pergi saat ini, akan membutuhkan waktu sepanjang malam untuk bisa keluar, keuntungan yang paling utama dari kabur saat malam adalah akan sulit di temukan jika ia bersembunyi karena gelap.

"Ide yang bagus"
Gumam Ciera melepas sepatu kemudian berjalan mendekat ke jendela.
Ia melihat betapa tingginya kamarnya, melihat sekelilingnya dan menemukan sebuah tiang aliran air, itu adalah pegangan yang menjanjikan jika ia ingin turun. Bangunan ini pun memiliki pinggiran yang bisa ia pijak, ia melihat peluang besar dari sini.

Ciera langsung keluar dari kamar lewat jendela, berjalan perlahan menuju ke ujung untuk turun lewat pipa tersebut.

Ternyata tidak semudah yang ia bayangkan, ketika ia merasakan merinding yang menjalar dan menyebar ke seluruh tubuh dirinya jadi lebih berhati-hati.

Terpaan angin membuat dirinya semakin takut akan jatuh, jika ia jatuh mungkin akan sekedar patah tulang dan kemungkinan terburuk ia akan mati, dua hal yang tidak ingin ia alami.

Ciera berjalan sedikit demi sedikit, baru terasa jika jalan kecil ini sangat sulit dan cukup jauh.
Satu langkah dan Ciera terpeleset, beruntung saja ia bisa berpegang dengan tembok istana yang tidak rata. Ia menelan air liurnya dan menjadi lebih gemetar, bagaimana jika ia benar benar terjatuh nanti.

"Ayolah Ciera sedikit lagi"
Gumam Ciera melanjutkan langkahnya.
Ia hampir sampai, hanya sedikit lagi.

Senyumannya terbit ketika ia sampai di dekat pipa, tetapi di saat itu juga kebahagiaannya sirna. Ada Ryan yang sedang menelepon di luar balkon.

"Sial, sial, sial"
Makinya kemudian berjalan kembali. Bila ia ketahuan itu akan menjadi lebih sulit.

Suara batu pijakan yang jatuh membuat Ciera terkejut dan ia terpeleset kembali, kini tubuhnya terbentur dan jatuh.

Ciera menahan teriakannya, tangan kanannya berhasil bertahan pada tembok itu. Hanya sebagian kecil kekuatannya yang tersisa, berat tubuhnya yang tak mampu ia tahan membuat Ciera panik.

Gadis itu memejamkan matanya bersamaan dengan kedua tangan yang melepas pegangan, dia belum siap mati tapi bertahan pada pegang itu juga ia tidak mampu.

Tak tahu mengapa meskipun sudah jatuh Ciera tidak merasakan rasa sakit.
Ia malah merasa hangat, matanya kemudian terbuka untuk memastikan apakah dirinya sudah mati atau belum.

Ryan
Ia ada di dalam gendongan pangeran itu.
Ciera langsung memberontak ingin turun dari laki laki itu.
Ryan menurunkan Ciera. Baru saja menampak tanah kakinya langsung melemas karena sakit, ia bisa saja jatuh bersimpuh di tanah jika bukan Ryan yang menahannya.

Ryan kembali menggendong Ciera dan tanpa peringatan atau ancang ancang sebelumnya Ryan langsung melompat dengan sangat tinggi. Tiba tiba saja ia sudah kembali ke kamarnya.

Queen Escape [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang