the black

249 29 0
                                    

Ciera benar-benar ada di perpustakaan sebelum jam tujuh esoknya.
Ryan tidak menyangka istrinya begitu kuat dalam pendiriannya. Ia berpikir membawakan wanita itu sarapan, meskipun sarapan di perpustakaan bukan suatu hal yang lazim. Sudah ia lakukan karena Ciera.

"Besok adalah harinya, pastikan semuanya di jaga dengan ketat karena Struos lebih kuat. Para penyihir gelap pasti memanfaatkan waktu tersebut. Lakukanlah seperti biasanya"

Ryan dan Dexter sedang berbincang dengan magician istana untuk mempersiapkan pertahanan setiap beberapa bulan purnama. Karena kekuatan kegelapan pun memiliki waktu di mana ia akan sangat kuat.

Ciera tak sengaja mendengar perbincangan tersebut, ia yang tadinya bersemangat mengunyah makanan kini melambat sambil menatap ke arah luar istana.

"Nathia" Ia ingat pada wanita itu, Ciera berharap bisa menemuinya lagi dan mengucapkan terimakasih. Terhitung sudah cukup lama mereka tidak bertemu.
Lalu pandangan Ciera beralih pada Ryan.
"Tapi dia pasti tidak akan mengizinkan ku keluar dari istana"
Gumamnya kecil.

Ia tidak bermaksud bersikap memberontak lagi, tapi ia hanya ingin bertemu Nathia la Casca layaknya bertemu teman lama. Lagipula Nathia sudah ia pastikan bukan penyihir yang jahat.

"Apakah aku bisa pergi hari ini?"

"Kemana?" Ryan mengalihkan pandanganya dari rentetan tulisan rapih di hadapannya, tepat pada halaman 200.

"Bertemu teman" Ciera tidak berencana memberitahu siapa teman yang ia maksud.

"Siapa? Di mana?"

Pertanyaan itu lantas membuatnya harus berpikir untuk sebuah alibi.

"Di dekat hutan, kau tak perlu tau siapa"

"Kalau begitu jawaban ku adalah tidak"

Ciera mengerutkan kening dan menurunkan pundaknya. Tatapan kecewa muncul dan ia berusaha memikirkan cara untuk membujuk.

"Aku akan membawa Giedre"

"Tidak"

Percobaan pertama gagal dan ia berusaha memikirkan langkah selanjutnya.

"Aku juga akan membawa Dexter"

Mendengar ucapan itu Ryan terlihat sama sekali tidak perduli dan malah melanjutkan bacaannya.

Ciera menarik nafas dan menghelanya dengan keras. Mungkin ini akan berhasil, jika tidak mungkin dirinya berani bertaruh dengan rasa malu.

Ciera melangkah mendekati Ryan dan meletakkan sikunya di atas meja pria itu.
"Jika kau boleh mencium ku apakah aku tetap tidak bisa pergi?"

Iya tentu ia tahu ini aneh dan menggelikan, ia seperti penggoda kecil yang nakal.

Ryan terlihat mengalihkan pandanganya dan menatap Ciera. Itu terlihat sedikit berhasil. Tatapan pria itu turun pada bibirnya dan di saat itu sekujur tubuhnya terasa merinding.

"Lima kali"

"Dua" Yang benar saja, Ciera tidak mau di cium sebanyak itu. Ia mau sebenarnya, tapi ia berusaha bersikap sok jual mahal.

"Tiga atau lebih baik kau tidak pergi"

Pria ini punya sebuah tekanan yang kuat. Padanya dia juga punya keputusan yang mutlak. Beruntung saja tidak ada siapapun di dalam perpustakaan termaksud pria culun yang biasanya ada untuk menjaga perpustakaan.
Ia tidak pernah berharap ada yang mendengar percakapan dewasa menggelikan seperti ini.

Ciera memejamkan matanya, ia bisa gila jika terus begini.
"Baiklah" sehingga dirinya tidak memiliki pilihan lain.

Ryan memiringkan ujung bibirnya dan menutup buku.
Ciera tidak mengira jika pria itu langsung meraihnya dan melayangkan sebuah ciuman di bibirnya. Keadaan itu terjadi begitu cepat sehingga bahkan ia hanya bisa diam kebingungan di dalam keadaan hati yang benar-benar tak terkendali.

Queen Escape [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang