...

202 27 2
                                    

Typo harap di maklumi

.

.

.

Padahal ia tadi merasa sakit kepala, akan tetapi perasaan itu menghilang di susul oleh dirinya yang seakan melayang di udara. Ciera berusaha mencari toilet untuk membasuh wajahnya, tapi ia cukup penasaran kenapa tanah yang ia jejaki bergoyang-goyang seakan ia ada di atas kapal. Apapun kue yang ia makan tadi, Ciera ingin melahapnya kembali. Rasa yang cukup menarik.

Ia menghampiri salah satu vas bunga ketika melihatnya dari kejauhan. Ia lantas mengendus bau dari bunga tersebut dan berekpresi kesal.
"Bunga ini sama sekali tak berbau, petaninya pasti gagal"
Tentu saja hal itu pasti terjadi, andaikan Ciera sadar itu bunga palsu dari kertas.

Ia mengambil salah satu tangkai bunga dan berjalan kembali.
"Kemana ya? Ke sana, atau ke sini. Ya ampun toilet kenapa sulit di temukan"

Tak sengaja ujung depan gaunnya terinjak membuat Ciera hampir jatuh tersungkur sebelum seseorang membantunya.

"Ah maaf, aku tidak sengaja"
Ciera berusaha membuka matanya yang terasa berat menatap siapa pria harum yang membantunya.

"Wah, anda tampan sekali. Apa kau tidak masalah dengan wanita yang sudah menikah?" Katanya sambil terkikik dan memberikan bunga tersebut.

"Tentu saja, aku suamimu. Kenapa kau bisa mabuk ha?"

Ciera menangkap pipi Ryan dan menatapnya lebih dekat.
"Wah beruntung sekali aku hihihi"
Katanya sambil bergerak-gerak seperti ulat.

Ryan mendesah keras, ia tak salah saat memutuskan harus memberikan cincin pernikahan mereka mantara.

"Berjalanlah dengan tegap"
Ryan berusaha menuntun Ciera dan menyadarkan wanita itu segera.

"Apa ada ombak besar? Dari tadi kapal ini bergoyang terus"

Ryan kembali mendesah, entah berapa banyak yang wanita ini minum sampai mengatakan hal yang tidak ia sadari.
Merasa kesal ia langsung menarik Ciera dan meletakkan wanita itu di atas pundaknya.

"Wooooow, ya ampun kapalnya terbalik, ayo cepat selamatkan diri, kita tenggelam.... Aaaa tidaaakkkkk"

Pada akhirnya dia membawa Ciera ke salah satu ruang yang di jadikan tempat penginapan untuk para tamu.

"Diamlah di tempat jika mau selamat" perintah Ryan kemudian berusaha menghubungi orang untuk mencarikan Ciera obat penawar.

Awalannya Ciera duduk dengan rapih dan tidak bergerak.
"Apa kita sudah selamat?" Gumamnya kemudian berdiri lantas menyusuri meja kayu furniture dan menemukan sesuatu.

"Waahh" Katanya senang, ia melihat ada botol wine di sana. Nampaknya kamar tersebut memang di siapkan untuk seseorang, bahkan botol tersebut sudah terbuka.

Entah apa yang Ciera pikiran hingga menenggak minuman tersebut. Hingga saat Ryan sadar Ciera menjadi lebih tak terkendali.

"Ya Tuhan" Geramnya sambil meraih botol tersebut dan membuang isinya di kamar mandi.

Ciera menatap sedih sambil mengipasi dirinya. Kepalanya kembali sakit tapi semakin ringan seiring waktu, akan tetapi ia merasa suhu badannya naik. Ia mulai melepaskan sepatu dan melemparkannya kemudian menarik seleting dari belakang punggung menghempaskan gaunnya yang cukup menahan pernafasannya.

Membiarkan dirinya hanya di balut celana pendek yang ketat dan penyangga payudara.
Ryan hampir berhenti bernafas saat mendapati itu ketika ia keluar dari kamar mandi, hal yang begitu mengejutkan menatap wanita setengah telanjang di hadapannya.

"Aaa penyusup" Ujar Ciera sambil menutup tubuhnya " oh bukan, hai apakah sekarang sudah memasuki musim panas?"

Ryan menundukkan kepalanya sambil melepaskan jasnya, bisa gila jika ia biarkan hal ini terlalu lama.
Ia meraih Ciera dan memaksa wanita itu mengenakan jasnya, bahkan ia mengancing jas tersebut dan berusaha untuk tidak menatap ke arah dada Ciera.
Sial, ia gugup.

"Hey, kau tampan sekali... Apa aku cantik?"
Ia merangkul Ryan dan membuat mereka tanpa jarak. Ia berjinjit untuk mendekatkan wajahnya.

Sejenak Ryan seakan tidak sadar apa yang terjadi, rasa mabuk yang terjadi pada Ciera sekaan menular padanya.
Bahkan ketika wajah mereka hanya berjarak lima jari ia hanya diam, matanya terpaku dan nafasnya hampir habis.
Ryan langsung menoleh dan mendorong Ciera, dia benar-benar hampir kehilangan akal.

"Sadarlah!" Ryan mengoncangkan tubuh Ciera dengan keras.

Ciera menutup mulutnya efek dari goncangan itu membuat dirinya mual. Secepatnya ia bergegas pergi untuk muntah.

Kacau, wanita itu hampir saja membuat mereka berdua dalam penyesalan besok pagi.
Seseorang mengetuk pintu depan sopan, Ryan tau siapa yang ada di sana lantas menghampiri orang tersebut untuk mengambil air putih dan penetral.

Ryan berusaha tidak memperlihatkan keadaan di dalam, terutama membuat mereka tau Ciera yang setengah telanjang di ruangan khusus tamu.

Saat ia kembali Cierea sudah ada di atas kasur, tidur yang terlihat sesukanya. Kakinya yang telanjang terekspos begitu banyak, tak ia sangka akan mengalami hal ini. Segera Ryan membenahi keadaan Ciera sebelum ia menjadi liar.

Besoknya,
Ada perasaan senang saat Ciera membuka mata, setelah menghadapi mimpi-mimpi buruk yang sering hadir ia akhirnya bisa bangun dengan ingatan bahagia tentang mimpi lain.
Beberapa rambutnya kusut saat bangun, ia menguap sambil menatap Ryan yang tak jauh berada di sampingnya.

"Wah, tidurnya yang mulia raja memang berbeda" Gumamnya sambil menggelengkan kepala. Pria yang tidur dengan anggun seperti bunga Peony sebelum mekar. Setelah mekar tentu saja pria ini jadi lebih menyebalkan, walaupun sekarang dia menjadi lebih penyabar apa ia yakin itu tidak akan bertahan lama.

Dan di detik berikutnya ia baru sadar dengan apa yang terjadi, melihat dirinya sendiri yang mengerikan dan setengah telanjang begitu mengagetkan.

Ia berada di kastil pagi ini. Dan seketika itu juga ingatan tentang keadaan semalam membuat dirinya harus meruntuki dan memukul diri sendiri.
Bahkan bagian yang paling memalukan muncul lebih awal.

"Bagiamana? Apakah menyenangkan menjadi mabuk?"
Tanya Ryan yang tadinya tertidur.

"Aku sungguh tidak sengaja, demi Tuhan"
Ia berusaha menyangkal segala yang terjadi.

"Bukankah sudah ku katakan untuk tidak minum alkohol?!"

"Mana ku tau yang ku minum alkohol"

"Di pesta orang dewasa selalu menyediakan Alkohol Ciera!" Salah satu hal yang membuat Ryan frustasi adalah ketika harus menceramahi wanita ceroboh di pagi hari. Ciera sebuah pr besar dalam hidupnya.

Ciera meringis dengan raut bersalah.
"Maafkan aku" Katanya dengan nada sedikit memohon.

Belum lagi ia harus membawa Ciera pulang tengah malam, ia bahkan membuat seluruh kastil tidur pulas dengan kekuasaannya agar saat ia membawa masuk Ciera tak ada yang mengetahui jika wanita itu sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.

"Bersihkan dirimu, kita akan lanjutkan ini nanti" Ia kembali berusaha sabar, berpikir lagi jika ingin mengajak Ciera ke sebuah acara yang beresiko. Bisa jadi sebuah masalah jika ada yang tau Ciera mengkonsumsi alkohol bahkan sebelum usianya genap.

.

.

.

Queen Escape [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang