"Aku sangat bahagia kalian bisa berkunjung kemari. Datanglah lain kali saat kau senggang" Meskipun hanya beberapa hari. Bibi Mary memberikan perhatian padanya layaknya keluarga. Wanita itu memberikan kasih sayang yang ia idamkan sejak lama."Pasti aku akan datang" Ciera membalasnya sepenuh hati sambil meluk bibi Mary.
Paman John hanya mengelus rambutnya sambil tersenyum.
"Jaga dia baik-baik" pintanya pada Ryan."Jangan khawatir paman" Ryan sudah melakukan hal itu sejak lama.
Mereka kemudian berangkat dan sampai di pelabuhan saat menjelang petang. Kapal mulai berlayar ketika langit gelap menyelimuti dari arah yang berbeda. Suasana malam yang dingin akan menyapa mereka.
Ada Ryan di sampingnya. Sejak mereka berlabuh ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak melirik pria itu. Tapi aroma parfum yang selalu dia pakai membuat Ciera selalu ingin menoleh, terutama mata pria itu yang selalu membuat dirinya penasaran dengan segala misterinya.
Ia tidak bisa melakukan ini, Ciera akhirnya bangkit dan berjalan mendekat untuk melihat air laut. Terdengar membosankan, tetapi tetap ia lakukan ketimbang harus sesak nafas menahan perasaan aneh saat ada di samping Ryan.
"Maaf aku telah membuat mu tak nyaman"
Suara itu, ia tau Ryan sebelumnya adalah orang yang cuek dan dingin. Akan tetapi sikapnya yang sekarang, sikap yang seakan menyayangi dirinya dengan lembut membuat kedua kakinya seakan tak mampu menopang tubuhnya yang bahkan tak begitu berat.
Ia mulai mengerti mengapa Odatte bisa mencintai Ryan, tentu saja karena pria ini berhati lembut ketika mulai menerima orang lain.Tapi Ciera tetap menolaknya, menolak jika yang terjadi padanya dan Ryan adalah karena cinta. Ia hampir kehilangan kepercayaan pada cinta karena itu sedikit sulit menerima sesuatu yang sudah ia lenyapkan harapannya sejak lama.
"Jika boleh berkata jujur aku memang tak nyaman" Dengan berani ia menatap wajah Ryan, terlihat jelas karena lampu dari kapal sangat cukup untuk penerangan.
"Aku selalu ingin kabur dari dunia antah berantah ini ketika kau membawaku paksa. Aku terbiasa melihat mu yang bersikap dingin dan kejam padaku. Aku sedikit terkejut, dan itu membuatku tak nyaman"
Memang itu yang ia rasakan, Ciera berusaha jujur agar hatinya tenang tapi ini berimbas sebaliknya. Hatinya malah seakan hampir meledak."Aku juga merasa tak nyaman" Balasannya sambil meletakkan kedua tangan di atas besi pembatas kapal. Dia melihat Laut, hanya berpandangan lurus entah tertuju pada apa di hamparan air di depannya.
"Benarkah?" Ciera penasaran kenapa Ryan tetap membuat keputusan yang berpengaruh pada kenyaman mereka, pada perasannya.
"Hmm, berusaha melupakan masa lalu cukup sulit untuk ku. Aku memang belum bisa menerima mu saat pertama kali kau datang, aku tidak pernah bersikap kasar pada siapapun sebelumnya. Tapi melihat mu yang seperti itu di saat negri ku sekarat dan atas segala pengorbanan yang telah aku lakukan, membuat aku menjadi bukan diriku"
"Kau sadar lebih cepat ternyata, punggung ku terkadang masih ngilu karenamu"
Ryan menolehkan kepalanya, ia menatap Ciera yang sedang mengelus punggungnya seperti nenek-nenek yang sakit.
Ia meraih tangan Ciera secara spontan.
"Aku minta maaf soal itu"Dalam genggaman Ryan darahnya seakan mendidih, akan tetapi kedua telapak tangannya menjadi sedingin Everest.
"Oke oke aku mengerti, aku sudah memaafkan mu" Ia berusaha mengenyahkan tangan Ryan sebelum dia semakin salah tingkah.
Ryan tersenyum, untuk berapa kalinya senyuman itu selalu mengejutkan dirinya seperti percikan sihir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Escape [ Completed ]
FantasyGadis pilihan harus menikah dengan hantu untuk menjaga kalung safir keluarga Evrard. Ciera seorang wanita biasa yang berusaha belajar dengan sungguh-sungguh di bawa oleh seorang pria ke dunia lain untuk di nikahi secara paksa... Kabur? Ia sudah mela...