sebuah ide

263 28 0
                                    

Hari ke dua yang mereka namakan bulan madu, Ciera dalam keadaan baik walaupun sedikit malu saat menemui Ryan.

Ada banyak hal yang menyebabkan hal tersebut, dan penyebab paling utamanya adalah menangis karena mimpi buruk. mengingat lagi ia memeluk pria itu amat kencang. Ia merasa dirinya sendiri amat berlebihan walaupun ia butuh pelukan tersebut.

Sejak kapan kedekatan mereka sampai pada tahap peluk memeluk, ia yakin Ryan akan mengomeli dirinya tentang hal ini.
Dan keadaan yang membuat semakin aneh adalah, tatapan orang-orang di meja makan padanya. Tatapan para pelayan yang sedang menyiapkan sarapan juga aneh. Beruntung saja Paman John tak ada karena harus mengambil surat pagi ini.

Ia hanya bisa tersenyum kikuk. Ryan duduk di sampingnya sambil mengoles butter ke roti kering sebelum memakannya seakan tak terganggu oleh keadaan.

"Hey, kenapa mereka menatap ke arah ku seperti itu?" Bisik Ciera sedikit mendekat ke arah Ryan.

Ia pikir mereka tak akan terlalu mendengar pembicaraannya karena suara denting peralatan makan cukup menutup suaranya, suara daging yang di panggang juga bergemericik.

"Mungkin karena mereka melihat mu ada di pelukan ku tadi malam" Jawabnya tanpa menoleh ke arahnya.

Ciera mengulum bibir, jelas Ryan tak akan melupakan hal itu, pipinya terasa panas dan berusaha tak tertarik ke atas karena malu. Ia menautkan satu alis, memangnya itu berati apa? Bukankah itu memalukan?

Pada malam saat Ciera berteriak, bibi Mary yang kebetulan hendak mengantarkan air putih mendengar juga suara tersebut di depan pintu.
Dan di saat itu ia malah melihat Ciera ada di pelukan Ryan. Privasi malam hari yang begitu berbahaya.

Ciera penasaran apakah mengunci pintu sesuatu yang tabu dalam keluarga mereka.

"Apa kau suka makanannya?" Bibi Mary mulai menyinggung dirinya yang terlihat canggung.

"Sangat lezat, terimakasih banyak bibi Mary"  Dia mengacungkan ibu jarinya.

"Sama-sama sayang, aku ikut bahagia kalau begitu."

Ia menemukan sesuatu pagi ini, di saat membuka mata Ryan ada di sampingnya. Tidur miring menghadap ke arahnya. Pria itu sangat baik mau memeluk dirinya dan menenangkan seperti ia adalah orang yang pantas di perlakukan seperti itu. Dan lagi, pemandangan Ryan di pagi hari amat menganggumkan. Lebih indah dari lukisannya di ruang rahasia. Hatinya sempat berdebar-debar tapi Ciera segera bangkit menjauh.

Mengingat lagi jika pria itu pernah hampir membunuhnya dan selalu mengatakan hal-hal ketus, seakan mustahil pria itu berbuat baik. Membuat yang terjadi saat ini hanyalah khayalannya saja.

"Kemana kalian akan pergi hari ini?" Tanya Bibi Mary. Wanita itu masih sangat ingat jika mereka dalam rangka bulan madu.

Ciera menatap ke arah Ryan, karena ia tak tau rencana pria itu. Ia hanya akan ikut jika dia mau mengajak dirinya atau sekedar diam di rumah sambil terus melihat ke ladang anggur.

"Apa yang ingin kau lakukan?"

Ia cukup terkejut saat Ryan membalas tatapannya sambil bertanya padanya.

"Em, entahlah" Ia belum pernah liburan, karena kebanyakan waktu liburannya selalu di gunakan untuk kerja paruh waktu.

"Pikirkanlah sesuatu, Aku ada di perpustakaan jika kau sudah tau akan ke mana"

Ciera mengangguk bersamaan dengan Ryan yang mulai berdiri dan pergi menuju ke arah perpustakaan.

Wah, dia punya pekerjaan baru. Mencari tahu harus pergi ke mana agar drama bulan madu mereka berjalan lancar. Sungguh luar biasa.

Queen Escape [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang