pak tua baik hati

246 32 5
                                    


"Hey siapa yang menghabiskan sup ku?"
Di atas meja makan hanya ada teh dan potongan kue basah membuat pria tua berumur panjang itu menatap kesal.

"Tuan Fredrik, sup itu sudah kau habiskan dua menit lalu" Emma menjawab pertanyaan itu sambil meletakkan gula dalam tehnya.

"Lihatlah Fredrik lupa lagi. Semakin lama mungkin ia akan lupa siapa namanya"
Kata pria tua lain di sampingnya yang di panggil kakek Jared.

"Hey aku dengar itu" Fredrik menatap kesal ke arah Jared.
Namun Jared hanya tertawa sambil menyenggol lengan Rafi seakan memang berniat menjahili temannya.

"Kenapa kau membiarkanku berada bersama kakek tua itu ha?" Omel tuan Fredrik membuat Emma tersenyum. Mengurusi orang-orang lanjut usia hampir membuat setengah umurnya terasa lama.

Pintu depan tiba-tiba terbuka, ada seorang wanita yang setengah basah karena rintik hujan. Gaun bawahnya terlihat lebih parah bahkan kotor dan berlumpur.

Seluruh orang di sana termasuk Emma menatap heran.

"Siapa gembel yang tak tau sopan santun itu?" Kata Jared sambil menyipitkan mata.

"Hey nak kau membuat lantai basah, Emma baru membersihkan bagian itu tadi pagi" Protes Arnold, dia berjalan membawa tongkat bantu.

"Oh ya ampun aku minta maaf, aku tidak sengaja masuk ke dalam kubangan di samping pot bunga" Ciera melangkah mundur dari sana. Bukan hanya terjebur sepatunya bahkan hilang satu.

"Ada yang bisa aku bantu nona?"
Emma datang mendekat.

"Apa aku bisa bertemu dengan para orkestra?" Tanya Ciera.

Emma sampai di depan Ciera sambil memberikan sebuah handuk kecil. Melihat Ciera yang mengigil membuat hatinya terasa iba.

"Apa katanya?" Tanya Jared pada Rafi

"Mereka mencari kita nampaknya" Jawaban Rafi membuat Fredrik tertawa, suara tawanya mirip dengan seorang yang mengidap penyakit asma.

"Dia pasti sudah gila"

Emma mengabaikan semua ucapan para pria tua itu dan terus menatap Ciera.

"Aku seperti pernah melihat mu" Kata Emma terus menatap Ciera.

"Ah benar, hai aku Ciera" Dia memperkenalkan diri sambil menyelipkan rambut ke belakang telinga lantas menyodorkan tangan.

"Ya ampun, aku minta maaf atas kelancangan kami yang mulia"
Emma menunduk, memberikan hormat sambil menjaga jarak.

"Silakan masuk" katanya.

"Well aku minta maaf soal lantainya, aku tidak berusaha membuat lantai mu menjadi kotor. Aku hanya berusaha menemui para orkestra"
Ciera sekilas menatap tanyanya yang bahkan tak di balas sambil memberikan gerakan tak masalah akan hal itu dengan gelagat yang lucu.

"Tidak apa, abaikan ucapan mereka. Seharusnya aku menutup kubangan itu. Maafkan aku yang Mulia"

"Tolong jangan anggap itu serius, semua murni kecerobohan ku"
Ia menatap ke arah para pria berusia lanjut sambil tersenyum.

"Apakah kalian para orkestra itu?"

"Benar, apakah yang kau inginkan dari kakek usia lanjut ini anak muda?" Tanya Fredrik.

"Semuanya dia adalah Ratu, tolong bicara lebih baik" Emma memperingati mereka, kalau para pria itu lupa jika keluarga Kerajaan telah berganti saat ini.

"Apakah kalian mau bermain di pesta ku malam ini?"

Mereka semua tertawa, hanya Emma dan Ciera yang menatap bingung.

"Nak, kami sudah berhenti bermain sejak sepuluh tahun. Kami bangkrut entah apa yang membuat mu mau percaya"

Ciera menatap sedih.
"Aku mohon, ini untuk seorang anak kecil. Aku sudah berjanji padanya agar ada orkestra di pesta malam nanti. Aku mohon, akan ku bayar berapapun yang kalian minta"
Walaupun ia tak yakin pada siapa Ciera akan meminta uang, ia hanya punya keinginan untuk membuat mereka mau melakukan permintaannya.

Mereka hanya saling bertatap.

"Masukkan nak, di luar dingin" Kata Fredrik.

"Tuan Fredrik, dia adalah Ratu. Tolong bicaralah lebih hormat" Emma hampir frustrasi karena itu.

"Memangnya salah memperlakukannya seperti cucu?" Balas Jared mengerti maksud Fredrik.

"Aku tidak masalah, tenang saja"
Ciera duduk di hadapan tuan Fredrik.

"Jadi kau datang ke mari hanya demi anak kecil yang mulia?"

Ciera mengangguk sambil tersenyum.

"Siapa anak kecil itu, anak mu, adik mu?"Jared menarik kursinya agar bisa dekat dengan Ciera.

"Tidak dia hanya anak pelayan di kastil. Dia anak yang manis"

Arnold datang dan duduk di samping Fredrik.

"Kau sungguh baik" Puji mereka bersamaan sambil tersenyum. Entah apa yang Ciera pikiran, tapi jarang ada wanita penting kerajaan mau melakukan hal tersebut.

Emma datang meletakan teh panas di sana dan mempersilahkan ratu mereka meminum itu.

"Jadi apakah kalian bisa membantu ku?" Ciera berbinar berharap ini adalah jalan keluarnya.

"Aku sangat ingin sekali nak, sayang sekali kami sudah tidak mampu melakukannya lagi. Aku sungguh minta maaf"

Antara ingin menitihkan air mata dan merasa terlalu memaksa.

"Tak apa, aku hanya berniat menanyakan kesediaan mu"
Ciera menggenggam tangan Fredrik sambil tersenyum. Tangan pria tua itu terasa hangat berbanding terbalik dengan tangannya yang sedingin es.

"UPS maafkan aku" Ciera lantas menarik tangannya dan tersenyum. Ia menjauhkan tanganya yang mungkin membuat pria tua itu tak nyaman.

"Tapi aku pikir ada seseorang yang bisa membantu mu"
Arnold membuka suaranya dan tersenyum, walaupun senyuman pria itu tertutupi oleh kumis putih yang tebal, mereka masih bisa melihat wajah Arnold yang senang.

"Apakah anak-anak asrama putra sudah libur Emma?" Tanya Arnold

"Tumben kau mengingat namaku pak tua" Emma berkata demikian bermaksud menggoda mereka yang sudah sering membuat dirinya gila karena selalu di panggil dengan nama lain. Sarah, Diana, Rain, Stacy entah apalagi ia bahkan lupa.

"Ayolah aku hanya sering bercanda"

Mereka tertawa lucu, bahkan Ciera yang mengerti apa yang sedang di bicarakan.

"Belum, kau benar tuan Arnold. Yang mulia anak-anak di sekolah khusus laki-laki punya orkestra kecil."

"Mereka belum profesional, tapi jika hanya untuk mengalungkan musik dansa mereka sungguh mampu melakukannya" Sela Jared.

Ciera tersenyum cerah. Akhirnya ada bantuan.

"Emma, kau menyanyilah di sana"

"Apa aku?" Emma menatap Bingung permintaan dari Rafi.

Ciera menatap ke arah Emma sambil tersenyum seakan setuju atas saran itu.

"Tidak, aku merasa sangat tidak pantas menyanyi di sana" Wanita itu menunduk sambil menyelipkan rambut ke belakang telinga, itu sebagai bentuk perasaan canggung dan malu.

"Ayolah nona Emma, kau boleh menyanyi. aku pasti akan merasa sangat senang" Ciera meminta secara pribadi. Ini adalah acara sederhana, jika Emma menyanyi pasti akan tercipta suasana yang hangat.

"Kau sudah menginginkan ini sejak lama bukan? Kau selalu berkata akan ikut sekolah musik saat kami semua mati. Tapi sayang sekali umur kami masih panjang"
Kata Fredrik dengan candaan yang melebur suasana.

"Ayolah ku mohon" Ciera kembali memintanya.

"Baik, dengan senang hati yang mulia. Aku sangat berterimakasih" Wanita itu akhirnya setuju.

.

.

.

Queen Escape [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang