seperti terbangun dari mimpi

243 28 3
                                    

Hai everyone who very i love.

Jadi yang penasaran kenapa aku lama up nya gegara aku lagi fokus juga belajar gambar.
Buat yang penasaran sama aku up gambar di mana bisa di cek di akun Ig aku ya.

Buat yang penasaran sama aku up gambar di mana bisa di cek di akun Ig aku ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Plis kepoin dan follow. Love you all

Happy reading.

.

.

.

   Di lain tempat, di istana. Ryan kembali, dia dalam keadaan yang teramat buruk. Beberapa penjaga langsung menghampirinya. Begitu juga dengan Dexter.

"Yang mulia apa yang terjadi? Sesuatu terjadi bukan?" Pria ini dengan analogi mengetahui jika ada hal yang tidak beres, setelah dengan matanya melihat sebuah cahaya berpendar ke seluruh istana.

"Semua baik-baik saja sekarang" Ryan hanya mengatakan hal itu dan terus melangkah.

"Yang mulia di mana Your highness berada?" Kini tuan Nicolas menanyakan keberadaan Ciera tapi Ryan hanya diam tak menjawab. Dia terus melanjutkan langkahnya, mereka semua hanya diam menatap sang raja yang diam membisu.

Dia meninggalkan semua orang yang menatap ke arahnya dengan raut khawatir dan sedih. Ia masuk ke dalam ruangan kamarnya, dengan lampu yang temaram membiarkan cahaya bulan purnama memasuki bagian gelap dari jendela yang terbuka lebar.

Ia hanya diam, diam dalam keadaan jiwa yang telah hilang separuhnya.

Perasaan perih ini, yang pernah ia rasakan sebelumnya. Ada perasaan di mana hatinya benar-benar tidak bisa lagi menahan rasa sakitnya.

Matanya yang nyalang, indra penciumannya yang masih mengingat bagaimana aroma wanita itu, orang yang harus ia lepaskan lagi.

Ryan melangkah menuju tempat tidur, di saat itu tak sengaja tubuhnya menggeser kotak coklat di atas meja membuatnya jatuh berantakan di atas karpet.

Ryan terduduk, dia memunguti coklat yang sekarang teramat lebih berharga dari sebelumnya.
Dan saat melihat kotak yang jatuh miring ia terkejut. Ada sesuatu di bawah kotak itu.
Tangannya menarik benda itu bersama sebuah kertas di dalamnya.

Sebuah jam saku antik, berwarna silver dan berukiran penuh ada di tangannya.

____________________________________

Aku akan selalu menemani mu di setiap malam ketika kau berubah, aku sudah janji bukan?"
Besok aku tak akan salah menghitung lagi.

____________________________________

Seperti itu pesan yang di tulis, sesuatu yang tidak Ciera sampaikan padanya secara langsung.

Hatinya di buat makin terluka, ia menggenggam erat benda itu di tangannya kemudian mulai menangis. Tenggorokannya begitu tercekat, dan matanya terasa terbakar.
Rasa sesak yang tak kunjung mereda membuat dirinya makin kesakitan di dada.

Menangis? Ia sudah mengeringkan air mata setelah tiga tahun. Dan kini ia di buat makin kehilangan untuk ke sekian kalinya.

Ia pikir takdirnyalah yang terkutuk. Membuat semua orang yang ia cintai menjauh dengan begitu menyakitkan.

Malam yang teramat dingin dan lambat. Penyiksaan seperti ini akan ia alami lagi besok dan besoknya.

•••

Ada perasaan aneh ketika dirinya membuka mata.
Saat itu yang ia sadari hanyalah suara nafasnya yang terasa ringan. Tapi kali ini saat Ciera terbangun ia seperti kehilangan sesuatu dari dalam dirinya.

"Kau sudah bangun" Ely mendekat sambil meletakkan tangan di keningnya.

Ciera hanya diam sambil menyipitkan matanya.

"Apa yang terjadi?" Tanyanya yang merasa kosong.

"Kau tak ingat?"

Ciera menggeleng.

"kemarin kau pingsan di sekolah dan demam selama dua hari" Ely meletakkan susu kotak di sampingnya.
"Sekarang sepertinya sudah baik-baik saja, aku akan pergi mengambil beberapa selimut kau beristirahatlah lagi"

Temannya melangkah pergi di saat dia hanya bisa diam.
Ciera menatap ke sekelilingnya. Ia merasa sedikit asing, seakan ini bukanlah tempat di mana dirinya seharusnya berada.

Ciera berusaha bangkit, tubuhnya begitu tak bertenaga. Jika ia demam mungkin seharusnya tidak terasa begitu sakit bukan?

Ia menatap ke arah cermin, menatap heran dirinya sendiri.

"Rambut ku?" Ia meraih beberapa helai rambut yang jatuh di bahunya.
Ia tidak mengingat kapan memotong rambutnya.

Ia mengusap wajahnya, ada sesuatu yang hilang ada sesuatu yang ia lupakan tapi ia tidak menemukan apapun itu. Ia tidak bisa mengingat apapun. Ia tidak mengerti mengapa ia menjadi linglung seperti ini.

"Hey kau sudah baik-baik saja sepertinya"

Jane menghampirinya sambil menyelipkan rambut Ciera yang sedikit berantakan.

"Apa aku melewatkan sesuatu? Apa sesuatu terjadi?"

Jane menatap aneh.
"Kau ini bicara apa? Sepertinya efek demamnya belum hilang" Jane meletakkan tangannya di kening Ciera seperti yang Ely lakukan.
Tapi Ciera berusaha menghindar dari tangan tersebut.

"Aku melupakan sesuatu, aku tidak ingat"

Jane menggeleng.
"Sepertinya kau memang harus istirahat kembali, ayo duduk. Padahal sebentar lagi ujian. Kau harus segera pulih okey"

Jane memaksanya yang enggan untuk istirahat di saat yang ia butuhkan adalah sesuatu yang bisa menuntun dirinya untuk mengingat hal yang ia cari tau sejak membuka mata.

"Hey, kau hanya demam. Kau tidak kehilangan sesuatu okey. Jangan terlalu banyak berpikir"

Ciera menghela nafas, di titik itu ia akhirnya memilih berpikir demikian. Efek demam memang terkadang membuat seseorang menjadi linglung.

Jane membuka kotak susu untuknya dan memberikan itu dengan lembut. Teman-temannya selalu bersikap baik padanya itu yang membuat Ciera tersenyum dan selalu bersyukur.

Hari ini ia menenggak beberapa obat juga vitamin dari pengurus asrama. Ia masih sering melamun, memikirkan hal yang ia tidak bisa temukan jawabannya.

Tentang rasa yang hilang, tentang bagian yang tidak bisa ia ingat meskipun ia merasa tidak menjalani apapun.

Beberapa hari akhirnya datang, ia di hadapkan pada hari awal ujian kelulusan. Dirinya berusaha keras untuk itu.

Walaupun dia di hadapkan dengan perasaan tak nyaman tentang dirinya sendiri Ciera harus fokus pada kertas-kertas di depannya. 6 tahun pelajaran yang ia hadapi tergantung pada ini.

Dari 50 soal ia telah menyelesaikan 45 nomer. Tapi di titik itu dia terlamun tanpa sadar. Menatap ke arah jemarinya yang memegang pensil di atas meja.

Di jari manisnya terdapat sebuah bekas yang memutih seperti ia pernah mengenakan cincin sebelumnya.

Pernahkah? Batinnya menimbang hal itu. Keningnya berkerut lebih dalam dari ketika ia berpikir tentang jawaban soal ujian.

Seharusnya jika ia memiliki cincin ia ingat bukan?

"Waktu mengerjakan tinggal 20 menit lagi, harap selesaikan dengan benar dan sungguh-sungguh"

Ucapan dari pengawas ujian membuatnya kembali fokus pada kertas-kertas itu. Ia tidak bisa membiarkan bayangkan tersebut menganggu dirinya dan ujian ini.

Ia harus mengabaikan semuanya minimal sampai satu Minggu. Setelahnya Ciera akan terbebas dari segala kegiatan sekolah dan hanya menunggu surat kelulusan.

Ia harap ia bisa tidak memikirkan itu.

.

.

.

Queen Escape [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang