Rumah kaca

635 77 9
                                    


  Ciera terus-menerus dihampiri mimpi buruk selama ia tidur. Bukan hal yang mengherankan lagi tapi ia benci semua mimpi itu.
Karena setiap mimpi buruk yang datang mengharuskan dirinya terbangun di tengah malam dengan air mata dan keringat yang bercucuran.
Bahkan tubuhnya terasa sangat bergetar dan itu hal yang tidak dapat ia tahan.

Ciera tidak mendapati siapapun ada di dalam kamarnya, kini ia tahu kamar bernuansa mengerikan itu milik Ryan.
Sungguh menyebalkan untuk dirinya, dari ratusan ruangan yang bisa ia tempati sebagai kamar Ciera harus tidur di kamar pria itu.

Para pelayan sudah datang meyiapkan gaun lain pagi ini. Ia langsung di arahkan pada ruangan makan, Ciera masih mengantuk berusaha membuka matanya untuk sekedar mengisi lambungnya yang terasa tercekik.

Rene selalu tersenyum menyambut dirinya, hanya wanita itu yang selalu baik padanya.
Sedangkan Ryan dia menatap ke arahnya, oh Ciera tidak akan lupa hal aneh apa yang akan di lakukan oleh pria itu tadi malam.

"Mungkin kita harus mengadakan acara minum teh sore nanti, itu adat kerajaan ini"
Kata Rene di sela-sela acara sarapan mereka.

Ciera hanya mengangguk kecil. Padahal ia berniat untuk kembali ke perpustakaan untuk mencari peta terbaru kerajaan ini.

Dan lagi, melihat tatapan intimidasi penuh isyarat dari Ryan membuat Ciera ingin melepamparkan sendok ke wajah pria itu.
Apakah laki-laki itu tidak bisa membiarkan dirinya dalam ketenangan?

Ciera pergi meninggalkan ruang makan secepatnya, adanya Ryan di sana sama sekali tidak menyenangkan untuk dirinya.
Tapi baru saja melangkah keluar tangannya di tarik dan tubuhnya di dorong hingga punggungnya mencium dinding istana yang dingin.

Wajah Ryan berada dekat dengannya.

"Sembunyikan hubungan tidak saling menghormati diantara kita"
Baru datang membawa masalah, kini pria ini menggertak dirinya.

"Apakah kau pikir aku perduli dengan hubungan ini pak tua? Sama sekali tidak"
Balas Ciera dan di saat itu ia melihat Ketegasan di rahang Ryan menandakan rasa marah.
Ciera hanya berusaha jujur, tentang bagaimana orang lain menilai hubungan mereka itu sama sekali bukan urusannya.

Tapi Ryan hanya bermaksud menjaga perasaan Nenek dan seluruh rakyatnya. Entah bagaimana jadinya jika mereka tahu penjaga kalung yang mereka cintai tidaklah sama sekali tidak di harapkan oleh dirinya.

Ciera menarik lengannya dan melenggang pergi. Cengkraman kuat di tangannya benar benar terasa ngilu, laki laki itu seakan ingin mematahkan tulangnya.
Lihat, bahkan itu meninggalkan bekas merah yang terlihat jelas.
Ciera perlu menghindar dari pria mengerikan itu.

Ia salah melangkah hingga tidak mengetahui keberadaannya sendiri. Tapi ketika Ciera mendapati rumah kaca ia pikir dirinya tak benar benar tersesat.

"Apa aku boleh masuk ke sini."
Ia melihat pintu rumah kaca yang tertutup.

Ia menaikan satu alis dan berjalan mendekat untuk sekedar mengintip. Seharusnya tidak akan masalah jika ia hanya melihat lihat di dalam sana.

Walaupun tanpa izin Ciera memberanikan diri untuk masuk. Ada banyak tanaman di dalam sana juga sungai buatan yang mengalir, sungai yang terlihat cukup dalam.

Daun-daun Rosemary tumbuh subur di sana. Melihat begitu teraturnya tempat tersebut membuat Ciera penasaran pada orang yang menjaganya.

Ciera berhenti melangkah ketika mendapati sebuah bunga biru yang terlihat begitu menarik. Ia suka warna biru dan saat ia melihat bunga itu sekarang ada cahaya yang menariknya untuk menyentuh bunga tersebut.

"Jangan menyentuhnya!"
Teriak seseorang membuat Ciera langsung menarik tangannya, dengan wajah terkejut ia menatap ke arah seorang wanita yang melangkah ke arahnya.
Di hadapannya berdiri wanita berumur yang menyipitkan matanya, menatap Ciera dari atas sampai bawah.

Queen Escape [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang