lupa

247 27 17
                                    

Ia memulai kembali hari-hari yang biasa, seperti yang pernah ia duga sebelumnya semua terasa baik-baik saja dan pertanyaan demi pertanyaan di otaknya mulai terabaikan dengan pekerjaan dan pendidikannya.

"Selamat pagi Ciera"

"Selamat pagi Niel" Dia memberikan senyuman ceria seperti yang sudah seharusnya.

Niel adalah anak dari pemilik toko di daerah rumahnya.

Dia lebih tua beberapa tahun dan mereka pernah berada di sekolah dasar yang sama. Pria itu cukup ramah dan baik, tentunya pada semua orang.

Dirinya mendapatkan pekerjaan paruh waktu di sebuah brand makanan cepat saji. Meskipun neneknya berkeras agar ia fokus pada pendidiknya Ciera tidak mau mendengarkan. Ia tidak mau begitu saja merepotkan sang nenek di saat ada banyak kebutuhan di masa mudanya yang harus di penuhi.

Hiruk pikuk dan kebisingan di sekelilingnya. Orang-orang yang terburu-buru, suara langkah kaki dan berisik, kendaraan yang melaju. Tawa dan obrolan pada klien yang datang untuk makan terdengar kencang, Ciera hanya membiarkan suara-suara itu mempersilahkan masuk ke telinganya. Di sisi lain, terkadang ia selalu teringat tentang hatinya yang begitu kosong. Dan di bagian itu seluruh tubuhnya terasa sakit terutama di dadanya.

Mungkin ini karena ia berpisah dari teman-temannya, mungkin dia merasa kesepian karena tak lagi bisa mengobrol bersama orang lain seperti biasanya. Ciera menegaskan dirinya, jika semua akan baik-baik saja. Seiring waktu dia akan terbiasa dengan hal itu. Mungkin pada awalnya akan terasa berat seperti sekarang.

Tapi ia berharap semua akan menjadi seperti sedia kala.

•••

Ada hari di mana seluruh pelayan di buat sibuk untuk mengetahui keberadaan raja. Ryan semakin sulit di temui selain sesuatu yang begitu penting.

Dia sering melewatkan makan siangnya dan terkadang hanya diam di dalam rumah kaca.

Selama lebih dari sebulan raja terlihat berpura-pura menjadi seperti biasa. Tapi semua orang tahu wajah tegar yang raja pajang hanya sebuah sandiwara.

Ryan tidak mampu menceritakan bagaimana rasa yang begitu sakit di hatinya, tercabik-cabik luar dalam dia langsung terluka jika hanya mengingat Ciera. Ia selalu bertanya-tanya mengapa semua ini terasa begitu kejam.

Ada saat di mana dia menatap lukisan mereka berdua dengan mata yang teduh. Dan ada juga saat dimana ia memilih berlatih pedang agar lelah dan melupakan rasa sakitnya.

Dexter selalu ada di sisi Raja. Mengawasi setiap gerak-geriknya karena selalu merasa khawatir setiap hari. Meskipun Ryan selalu berusaha mengusir Dexter agar tidak bersikap berlebihan pria itu tetap membatu dan terus berada dalam jarak dekat dengan Ryan.

Bibi Mary dan paman John sempat datang mendengar kabar buruk tentang kepergian Ciera. Mereka menginap beberapa hari, tapi itu sama sekali tidak menghibur raja. Dia hanya bersikap dingin seperti biasa tanpa mengurangi rasa hormatnya terhadap kedua orang tua itu.

Bibi Mary memeluk erat Ryan sebelum kembali ke pulau. Karena pria itu mengalami hal-hal berat dalam hidupnya.

Para pelayan menyarankan kepada Tuan Nicolas agar Ryan segera mencari pengganti. Demi kelangsungan kerajaan dan Ryan sendiri.

Pria itu dengan berat hati mendengarkan, tapi tak ada satupun wanita yang datang ke istana untuk memenuhi undangan di ajak bicara oleh sang raja. Termasuk Odatte yang mereka harap bisa menjadi pelipur sang raja.

Kerajaan seakan ikut berduka sama seperti raja, meskipun keadaan di sana baik-baik saja layaknya hari biasa. Sebuah rahasia umum untuk mereka, dengan tidak membahas apapun tentang Ciera.

Bisa di bayangkan betapa kosongnya perasaan di hati mereka. Terutama Giedre dan pelayan lain yang sering Ciera ajak bermain. Bahkan koki kerajaan pun sempat menangis sambil membawa bunga di dapur.

Red sempat tidak mau makan selama dua hari. Namun setelahnya panda merah itu harus melangsungkan hidupnya walaupun enggan.

•••

Pukul 16.43

Hujan deras menerpa daerah di perumahannya saat Ciera ada di bus untuk pulang. Ia berlari kecil berpikir hujan itu tidak mempengaruhi dirinya.

Alangkah ceroboh ia karena hujan itu malah membuatnya basah kuyup dan menggigil.
Ciera berteduh di toko milik keluarga Niel berharap serbuan air itu cepat mereda.

"Hey masuklah, di luar sangat dingin"

Niel ada di depan pintu sambil menahannya, dia menatap Ciera sambil tersenyum khas.

"Tidak terimakasih, aku akan menunggu di luar saja" Ia merasa tidak enak karena bajunya yang basah akan membuat lantai di dalam tergenang air.

Niel tersenyum kemudian masuk kembali, tapi tak lama kemudian dia keluar sambil membawa sebuah payung.

"Kalau begitu kau harus segera pulang agar tidak demam" katanya sambil mengerahkan payung tersebut ke atas kepala Ciera.

Dengan ragu Ciera meraih payung tersebut, tangannya yang dingin tak sengaja mengenai tangan Niel yang hangat.

"Aku akan segera mengembalikan"

"Santai saja" katanya sambil memasukkan tangan kedalam saku.

Ciera berjalan untuk pulang tapi ia berhenti sambil menoleh.
"Terimakasih banyak Niel"

Niel terlihat mengacungkan jempol sambil membenahi topinya.

Ciera lantas langsung berjalan cepat menuju ke rumahnya. Ia benar-benar kedinginan dan ingin segera di peluk oleh selimut yang tebal di kamar.

"Seharusnya kau menunggu hujan reda Ciera" wajah neneknya terlihat khawatir tapi Ciera hanya membalas ucapan itu dengan kekehan.

"Aku baik-baik saja" katanya lantas segera masuk untuk membersihkan diri dan mengganti pakaian.

"Akan Nenek buatkan coklat panas" Ciera bisa mendengar teriakan itu walaupun ia sudah masuk ke dalam kamar.

Seperti yang neneknya harapakan, Ciera kembali untuk menikmati coklat panas. Tubuhnya yang nyaman dan hangat dengan balutan sweater berbahan woll menghampiri neneknya yang duduk di sofa panjang.

"Itu payung milik siapa?"

"Niel, dia meminjamkannya saat aku berteduh di toko"

Neneknya tersenyum di saat Ciera memegang cangkir untuk menghangatkan tangan.

"Kau menyukainya? Dia terlihat pemuda yang baik"

Ciera tertawa.
"Oh nenek dia baik kepada siapapun"

Neneknya mengulum bibir.
"Aku tidak masalah jika kau menyukainya, kau tau masa muda kau harus memiliki kekasih"

Ciera menggeleng sambil menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.
"Mereka tidak terlalu penting, aku hanya ingin fokus pada pendidikan ku"

Neneknya berdecak tiga kali. Ciera anak yang aneh. Ia yakin Ciera adalah wanita cantik dimana siapapun pria pasti menyukai cucunya.

"Atau kau telah menyukai pria lain?"

Ciera hanya diam sambil berpikir. Kenyataannya tidak, tapi lidahnya terasa berat hanya untuk mengatakan tidak. Ciera akhirnya menggeleng singkat.

"Kau tau, saat muda nenek memiliki banyak kekasih, banyak pria yang mengatakan menyukai nenek- ... "

Ciera meletakkan cangkirnya sambil mendengarkan Cerita dari neneknya.

Saat bercerita nenek terlihat persis seperti ibunya. Ciera bersyukur ada neneknya di saat seperti ini.
Kembali lagi Ciera melupakan kekosongan di hatinya yang terus membayang. Ia tidak tahu apa yang bisa ia lakukan jika neneknya kelak tiada. Mungkin hatinya akan semakin kosong dan hancur.

.

.

.

Queen Escape [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang