lembaran

249 28 0
                                    

Di saat itu Ryan sedang memeriksa beberapa perkamen di ruangan yang sama di mana Dexter juga ada untuk berunding denganya. Beberapa jam lalu ada dua penasihat kerajaan. Namun, mereka telah kembali ke rumah mereka masing-masing.

Pria itu terlihat serius, Ryan memang selalu fokus pada pekerjaan sebelum akhirnya dia teralihkan oleh Ciera.
Di dalam otaknya itu, pertanyaan sedang apa Ciera terus mengulang membuat dirinya tak tahan untuk berjalan pergi dan mencari istrinya. Tapi saat ini menyelesaikan pekerjaan adalah hal yang penting.

Menjadi guru dalam kelas etika bangsawan adalah salah satu cara mendekati Ciera. Tapi itu berpengaruh besar pada dirinya.
Terasa seperti ada di awal musim semi, dia bisa melihat Ciera seperti Padang bunga ketika mekar.

Akal-akalannya berhasil saat bisa memiliki banyak waktu untuk bersama Ciera. Mereka, para orang bijak jaman dulu pernah berkata jika sering bersama akan muncul rasa cinta.
Begitu yang ia rasakan, ketika ia berhasil membuang perasaan tidak bisa menerima Ciera, ia malah jatuh begitu jauh dalam perasaanya sendiri. Ya dia tidak pernah menyangka hal ini.

Ciera mungkin mengira dia berusaha membuat wanita itu kesulitan di kelas etika tapi itu justru hal yang bagus baginya, karena bisa menjadi tameg dirinya yang selalu ingin dekat dengan rambut hitam wanita itu.

"Anda mendengar ku yang mulia?"
Dexter menatap penasaran apakah perlu berpikir selama 20 menit untuk sekedar memutuskan makan siang.

"Kau bicara apa tadi?"

Dexter menghela nafasnya, sudah pasti ucapannya tadi tidak didengar.

"Tidak, silahkan lanjutkan pikiran Anda"

Ryan menarik ujung bibirnya.
"Kau terlihat kesal" Tebaknya.

"Tak ada alasan bagiku untuk merasa kesal pada yang mulia raja agung" Dexter mengatakan hal demikian bermaksud dua hal dan salah satunya adalah mengejek.

Ryan menggeleng, ia berusaha menganggapnya sebagai lelucon.
"Apa makan siang sudah siap?"

Dexter menatap Ryan penuh kejenuhan. Padahal itu yang baru saja mereka hapus dari obrolan.
"Aku berharap bisa segera pensiun dari sini" Dexter meletakkan kertas parkemen di ketiaknya dan berlanjut dengan berkata.
"Jadi, semoga hari anda menyenangkan"
Pria itu pergi secepat mungkin dan berusaha tak perduli.

"Ayolah kau mencintai pekerjaan ini bukan?" Ryan menimpali ucapan Dexter setelah pria itu hilang dari pandangan. Tapi tentu saja teriakan itu tetap terdengar.

"Tidak, ada baiknya kau menaikan gaji ku"
Dexter ternyata kembali, dia hanya menampakkan kepalanya dari ambang pintu dan benar-benar pergi setelahnya.

Ryan hanya terkekeh sambil menggeleng.
Di sela itu ia menatap ke arah cincin pernikahan mereka.
Jarinya membenahi letak cincin itu yang sudah benar. Ia penasaran seperti apa ekspresi Ciera saat tau dia adalah orang yang membebaskan dirinya dari kutukan.

Sebuah suara mengejutkan dirinya saat tiba-tiba ada sebuah suara gaduh dari pintu masuk.

Ketika menoleh, Ryan cukup terkejut melihat Ciera ada di sana dan berusaha menutup pintu. Dia terlihat tersengal sambil membawa alas kaki di tangannya.

Ryan mendekat untuk bertanya apa yang terjadi. Ciera terlihat belum sadar kehadiran seseorang di sana, Ryan menduga Ciera terlalu panik sampai tidak menyadari jika ada dirinya.

"Apa yang kau lakukan?"

Ciera terkejut dengan ekspresi yang lucu. Dan segera mungkin wanita itu meraih Ryan dan menutup mulut pria itu karena sikap spontan.
Dia bahkan meletakkan satu jari di depan mulutnya sebagai peringatan.

Queen Escape [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang