...

390 46 7
                                    

Ciera menutup matanya, jantungnya berdetak kencang. Ia lantas membuka matanya perlahan.

"Chère?"

Ciera membuka lebar matanya, ini sangat mengejutkan.

Ia berada di balik dinding istana dengan Giedre yang menatapnya heran. Pasalnya ia tak melihat Ciera masuk dari arah manapun.

"Sial! Penyihir itu membohongiku. AKAN KU BALAS KAU NATHIA!!!!! Sial wanita sialan!" Umpatan yang keluar karena kesal.
Giedre dalam keadaan setengah takut dan khawatir.

Seorang putri tidak boleh mengumpat dan Ciera melakukannya dengan sangat keras juga berkali-kali.

"Apa kau tidak bisa berhenti berkata kasar?"

Ciera menatap tajam ke arah orang yang menegurnya.

"Diam kau!" Marahnya pada Ryan membuat pria itu terkejut begitu juga Giedre. Ciera pergi sambil meghentakkan kakinya, sedangkan Giedre masih takut memberi hormat pada Ryan, meminta maaf lalu menyusul Ciera.

Ryan masih terkejut dia di perlakukan tidak hormat begitu, Dexter juga terkejut ketika Ryan dibentak seperti itu hanya memasang wajah sedikit tegang.

Ciera berjalan masih dengan hidung yang hampir membengkak. Seakan ada asap yang keluar dari kepalanya lantaran ia baru saja ditipu. Ia padahal sudah berharap begitu besar ketika Nathia mau mengantar dirinya pulang, sayang sekali.

"Siap-siap saja kalau kita bertemu!"
Geramnya dengan rahang yang saling menegas.

Ia harus mengetahui lebih banyak tentang Nathia sehingga langsung pergi ke perpustakaan. Seharusnya akan ada buku sejarah tentang la Casca sebagai musuh istana.

Tapi tak semua buku yang ia harapkan ada di sana sehingga mendekati salah satu penjaga perpustakaan. Dia terlihat seperti anak baru. Masih muda dan berkaca mata dia terlihat sedikit culun. Oh itu terlalu kasar, kutu buku nampaknya lebih baik untuk menggambarkannya.

Tapi Ciera harap dia tahu segalanya.
"Hei, stss! Hei"
Ciera mendekati pria muda itu yang sedang sibuk membaca bukunya. Ia seperti tenggelam dalam rangkaian kata di dalamnya.

"Oh tuan putri! Maaf, ada yang bisa ku bantu?"
Dia membenarkan kacamatanya sambil berdiri.

Ciera melirik sekitar memastikan tidak ada orang lain selain dirinya dan Giedre. Bahkan Giedre saja agak jauh dari tempatnya berdiri.

"Apa kau tau buku yang menjelaskan tentang Casca?"
Suaranya sangat rendah, berbisik, karena takut seseorang berpikir hal buruk padanya.

Pria muda itu sempat melirik hingga akhirnya berkata.

"Em tidak Tuan putri, itu buku yang cukup penting sehingga tidak ada di perpustakaan ini"
Katanya tapi mata pria itu menunjukkan seakan ia tahu hal lain.

Ciera terlihat kecewa, bagaimana cara ia bisa menemukan buku itu. Ia baru satu langkah ingin berbalik ketika anak baru itu kembali berkata.

"Tapi, pangeran memiliki perpustakaan pribadi. Mungkin Anda bisa menemukan buku itu di sana. Apapun yang Anda cari pasti Anda akan menemukan jawabannya di perpustakaan itu"

Ciera terdiam sejenak lalu mengangguk. Ini sedikit mengeruk tapi ia menatap ke arah Giedre sebagai isyarat.

"Mengapa Chère menatap ku seperti itu?"

Ciera tersenyum lebar, ia tidak akan menakuti siapapun.

"Tidak ada"
Ia berjalan sambil meraih Giedre untuk merangkulnya. Ia hanya berharap pelayanannya bisa bersikap kooperatif dalam misinya.

"Apa kau tau di mana perpustakaan pribadi pangeran?"
Bisik Ciera setelah menjauh dari pria di meja tadi.

"Chère, Anda bisa mendapatkan masalah jika putra mahkota tau"

Ciera sudah duga Giedre tidak bersedia membantunya.
Ia melemparkan tatapan datar yang sedih menatap Giedre seakan sudah putus asa.

"Baiklah Giedre aku mengerti, aku sudah banyak merepotkan mu dan membawa banyak masalah. Jika kau melihat aku tergantung di langit-langit kamar besok tolong jangan sedih, aku pasti sudah ada di dunia yang lebih baik."

Sejak kapan Ciera pandai memainkan Opera sabun begini. Ia pikir ada gunanya juga melihat teater setiap Minggu. Karena kemampuannya dalam berlakon sangat luar biasa.

"Chère apa yang kau katakan!"

Giedre sudah ketakutan ketika Ciera mengatakannya tanpa beban. Ia tak habis pikir ancamannya adalah kematian dari Sang putri sendiri.

"Stsss, kau tak mau itu terjadi kan!"

Ia berusaha tetap membuat rencana ini diam-diam bukanya malah mengumumkannya. Karena suara Giedre cukup keras tadi.

Giedre mengangguk sambil meremas tangannya. Ia dalam pilihan yang sulit.

"Baiklah ayo"
Ciera memaksa Giedre untuk membantunya saat itu juga, ini berhubungan dengan ujian yang mungkin saja masih bisa ia susul di dunianya.

Mana mungkin ia menyia-nyiakan tiga tahun yang berharga untuk menjadi penjaga kalung khayalan.

Mereka mengendap-endap menuju ruang pribadi milik Ryan. Ia harus menemukan jawaban dari pertanyaannya.

"Aku akan masuk, jika kau melihat orang datang, ketuklah pintu dan kabur agar aku bisa bersembunyi dan kau harus kabur agar tidak ada yang menangkap mu.

Giedre terlihat ragu tapi tetap mengangguk.

Ciera kemudian masuk dan terkejut melihat ruangannya yang cukup besar. Ia belum memulai karena mengagumi tempat itu.

Ciera segera membedah di mana buku tentang Casca di letakkan.

"Siap-siap saja kau Casca"
Geram Ciera masih mencari buku yang ia harapkan.

.

.

.
Holaa udah lama gak up.
Pemanasan dulu kita. See ya

Queen Escape [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang