.
.
.
"Dengar, itu bukan tempat yang seharusnya kau datangi. Kau yakin?"
Ryan memperingati dirinya dengan keras seakan ada yang di sembunyikan."Tapi tadi kau bilang ingin menunjukkan sesuatu padaku"
"Kau bisa menolaknya, ini sesuatu yang akan membuat mu ketakutan. Kau yakin?"
"Memangnya apa yang berusaha kau tunjukkan? Tak apa aku yakin"
Ryan kemudian kembali melangkah lagi. Setidaknya ia sudah memberikan peringatan pada wanita itu.
Mereka semakin dekat dengan rumah itu. Sebuah rumah yang cukup besar di tinggali satu keluarga dengan lima anggota dan lima pelayan.
Ada gerbang kecil dari besi yang mengitari rumah tersebut. Membuat bayangan dalam kepala Ciera jika rumah tersebut adalah rumah paling beruntung karena punya pemandangan yang ia amat idamkan.
Saat mereka masuk rumah dua lantai itu terlihat di penuhi tanaman rambat pada setiap pilarnya. Halamannya juga di kuasai dengan ilalang yang menghalangi.
Rumah itu tidak begitu aneh. Hanya saja terasa dingin, begitu masuk ia di sambut dengan lorong berkarpet coklat dengan motif bunga lonceng. Beberapa furniture terlihat berantakan bahkan rusak.
Ciera memperhatikan tempat tersebut, rumah yang sudah kehilangan masa jayanya.
Ada sebuah lukisan keluarga dengan ayah dan ibu juga dua anak mereka. anak yang terlihat kembar."Ada apa dengan tempat ini?" Itu pasti pertanyaan pertama yang tentu akan di tanyakan.
Ryan berdiri di depan jendela yang mengarah ke belakang rumah. Menatap kosong, gorden jendela yang sudah terkoyak menari-nari keras saat di hantam angin dari luar sana. Pria itu tampak sedih dan dingin.
"Lihatlah ke luar sana" Kata Ryan membuat Ciera mendekat untuk melihat apa yang di perintahkan.
Mata hitamnya membulat lebar, di saat bersamaan jantungnya berdebar tak karuan.
"Ap... Apa yang terjadi pada..." Bahkan ia tak sanggup menyelesaikan pertanyaannya, di saat itu keningnya berkerut dalam. Sebagian Padang bunga yang bukan Padang bunga lagi melainkan tanah tandus, seluruh pohon telah mati menyisakan batang dan ranting mereka.
Ryan nampak menghela nafas.
"Saat itu aku tidak percaya jika kalung itu membutuhkan penjaga agar kekuatannya tetap menopang keseimbangan alam seperti yang sudah tertulis pada perjanjian. Hingga hamparan itu berhenti tumbuh dan-""Sekarat" Ciera melanjutkan ucapan Ryan.
Ia mundur perlahan tanpa melihat ke belakang dan tak sengaja tersandung batu. Ia tak jatuh, hanya sedikit terkejut menatap ke arah belakang menatap apa itu.
Sebuah patung manusia, dua orang wanita dan pria yang tertidur di sofa.
"Bukan hanya tanah dan tumbuhan. Seluruh kehidupan akan hilang dan mereka akan berubah jadi batu"
Ciera melangkah mundur dengan panik bersembunyi di balik Ryan, menggenggam erat lengannya dengan mata berair karena ketakutan.
"A, aku, aku mau pulang" Katanya tergagap.
Ryan bisa merasakan betapa ketakutan Ciera lewat tangannya yang bergetar kencang.
Sesaat setelah ia keluar dari rumah itu Ciera berlari kencang pergi ke arah kuda mereka. Terus berlari, hingga ia sampai terlebih dahulu.
Ryan ikut berlari mengejar wanita itu. Ia melihat Ciera dengan matanya yang merah menahan tangisan, terisak-isak.
"Aku sudah memperingati mu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Escape [ Completed ]
FantasyGadis pilihan harus menikah dengan hantu untuk menjaga kalung safir keluarga Evrard. Ciera seorang wanita biasa yang berusaha belajar dengan sungguh-sungguh di bawa oleh seorang pria ke dunia lain untuk di nikahi secara paksa... Kabur? Ia sudah mela...