...

225 29 0
                                    

Sambil mencuri pandangan ke jendela luar Ryan mendengarkan bibi Mary yang berbicara tentang makan malam apa yang pria itu inginkan.

Pikiran Ryan terbagi, sejak tadi ia tidak mendapati Ciera membuatnya mencari-cari di mana keberadaan wanita itu. Yang ia tahu Ciera pergi untuk mengambil berry bersama beberapa pelayan.

Ryan mengeratkan genggamannya pada buku yang ada di tangan kirinya. Entah mengapa perasannya menjadi tak enak.

"Bibi, aku bisa makan apapun yang kalian sajikan. Jangan terlalu khawatir pada selera makan ku" Ia berniat menyelesaikan pembicaraan ini agar bisa segera memastikan keadaan Ciera.

"Yang Mulia" Suara panggilan dari ambang pintu membuat ia menoleh cepat.

Pelayan mereka Lucy terlihat panik dengan tubuh merangkul seorang wanita. Ryan berjalan mendekat seketika melihat orang yang ia cari ada di sana dalam keadaan basah kuyup. Bahkan air terus menetes dari gaun dan seluruh tubuh membasahi karpet selamat datang mereka.

"Apa yang terjadi, Ciera?!" Ia berusaha menatap wajah Ciera yang tertunduk dan di tutupi rambut yang terurai basah.

Ryan menangkup wajah Ciera menatap muka pucat dan mata merah kemudian wanita itu jatuh tak sadarkan diri. Bibi Mary dan Lucy menjerit mengundang beberapa orang yang tak jauh dari ruangan itu berlari mendekat untuk mencari tahu apa yang terjadi.

•••

Pada siang itu, di saat Ciera masih mengamati angsa hitam yang berenang di pinggir danau yang airnya seakan berkilau ia tak pernah tau jika hewan itu bisa menyerukan namanya.

Ciera melangkah semakin mendekat, bahkan suara Lucy saja tak sampai ke telinganya. Dan dalam langkah terakhir ia terjebur ke dalam air yang menariknya semakin ke dalam.

Ciera baru tersadar saat ia sudah ada di dalam sana. Ia berusaha berenang untuk menjangkau permukaan akan tetapi sesuatu menariknya semakin ke bawah semakin dalam menuju dasar. Ia bergerak meronta-ronta sedangkan pernafasan yang hampir habis menusuknya dengan rasa sesak.

Rambutnya yang melayang di air di tarik dan entah apa yang terjadi, saat itu satu satunya cahaya yang bisa ia lihat berasal dari batu safir yang ada di lehernya. Entah mengapa kegelapan itu begitu menakuti dirinya.

Ia mulai melihat sesosok bayangan wanita di hadapannya dengan mata hijau yang bersinar menatapnya tajam. Ciera masih dalam perlawanannya terhadap air dan pernafasan. Ia tidak bisa lagi mempertahankan kesadaran di saat nafasnya tak Langi mampu. Ia pikir ia akan mati di sana detik itu juga di dalam pelukan dingin air danau yang gelap.

Kemudian kedua kelopak matanya terbuka lebar. Nafasnya terengah-engah ia ketakutan hingga beraksi berlebih di atas tempat tidur.

"Ciera tenanglah, tenanglah!" Ryan meraih tangan Ciera dan menariknya kemudian memeluk Ciera erat berusaha menghentikan kepanikan wanita itu.

Kembali lagi Ryan bisa merasakan detak jantung Ciera yang memukul dadanya amat kencang. Bahkan suara nafas wanita itu teramat menganggu saat ini, dia merasakan rasa panas di sisi lain dadanya. Panas karena air mata.

"Kau baik-baik saja sekarang"

Tadi Ryan yang membawa Ciera dengan membopongnya ke kamar. Dan selama para pelayan mengganti pakaian Ciera yang basah kuyup ia mengambil kesempatan itu untuk menanyakan Lucy apa yang terjadi tadi, ia sedikit terkejut mendengar Ciera menjeburkan diri ke danau sedalam 10 meter itu. Terdengar mustahil jika Ciera hendak bunuh diri, pernyataan Lucy tak cukup membuatnya puas sehingga menunggu Ciera sadar agar tau apa yang sebenarnya terjadi pada wanita itu.

Ryan sedikit melepaskan pelukannya dan meraih segela air, akan tetapi Ciera menggeleng ketika pria itu menawarkannya.

Ryan menuduk dan menatap Ciera yang mata dan pipinya basah. Ia mengulurkan tangan dan mengusap kering air mata itu sambil bertanya dengan nada rendah.

Queen Escape [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang