Ciera menghampiri Ryan yang ada di perpustakaan untuk meminta sesuatu pada pria itu."Apa kau sudah mengetahui apa yang kau inginkan?"
Pria itu yang malah menemukan dirinya. Ryan duduk di samping jendela yang seakan sedang memberkatinya dengan sinar matahari. Membuat dirinya terlihat seperti tokoh utama yang baru saja keluar dari buku dongeng.
Selalu saja hidung mancung pria itu yang paling pertama mengambil perhatiannya. Tak ia sangka semalam ia ada dalam pelukan seorang Ryan. Dimana ia pernah menyematkan julukan hantu air yang brengsek.
Ia harus malu pada diri sendiri karena bersikap lemah tapi tak memiliki waktu untuk itu."Huum, apakah kau masih punya pekerjaan yang belum selesai?"
"Aku bisa mengosongkan jadwal jika permintaanmu menyita waktu ku"
"Tidak, tidak. Pergilah"
"Apa?"
Ciera berusaha menahan matanya agar tak melirik ke samping seperti orang yang sedang merencanakan sesuatu. Dan di saat itu ia mulai membuat sebuah alasan.
"Bukankah kita datang ke sini untuk bulan madu, jika kau menyelesaikan seluruh pekerja mu bibi Mary akan benar-benar berpikir kalau kau memang mau menghabiskan waktu bersama ku. Jika kau bersikap seperti tidak mementingkan ini mungkin bibi Mary akan berpikir kau dan aku tidak punya hubungan yang romantis. Lagipula aku masih belum tau akan pergi kemana"
Entah pria itu akan percaya atau tidak padanya."Baiklah, kebetulan aku harus bertemu walikota" Dia menutup bukunya dan berdiri melewatinya.
Ciera mengerakkan tangannya ke bawah sambil mengatakan YESS tanpa suara, ia tersenyum amat senang saat Ryan akan pergi. Tapi tiba-tiba pria itu berbalik membuat Ciera harus segera menghapus senyuman dan berakting anggun.
"Kau bisa datang pada bibi Mary saat butuh sesuatu" Pungkasnya.
"Ah jangan khawatir, aku bisa melakukannya. Pergilah, pastikan untuk pulang sebelum jam 7. Mereka pasti senang jika kita makan malam bersama.
"Sampai bertemu nanti"
"Bye" Ia melambaikan tangan. Apakah Ryan terbiasa mengucapkan selamat tinggal? Seingatnya tidak pernah. Tapi ia tak akan memikirkan hal itu.
Dia menepuk tangannya sekali, cara ini seharusnya akan berhasil menahan Ryan berada di luar rumah sampai persiapan selesai.
Pada awalannya ia berniat meletakkan balok kayu di depan perpustakaan, tapi dimenit selanjutnya ia baru ingat jika Ryan Punya kekuatan. Akan jadi kacau jika pria itu keluar dari perpustakaan saat persiapkan belum selesai.Ciera berlari ke arah jendela, melihat Ryan sudah naik ke atas mobil dan mulai bergerak pergi dari pekarangan. Kesempatan yang bagus, ia menghampiri para pelayan.
"Baiklah, mungkin ini tidak akan seindah yang pernah diadakan oleh Madame Odette. Hanya saja aku berharap ini akan menjadi pesta yang hangat" Kata Ciera pada mereka, ini adalah pertama kalinya ia bicara di hadapan publik walaupun mereka hanya 10 orang.
Para pelayan tersebut tersenyum senang setuju pada ucapannya. Mereka lantas mulai bekerja seperti yang Ciera arahkan.
"Bibi Mary dimana aku bisa menemukan orkestra untuk bermain malam ini?"
Ciera menghampiri bibi Mary yang ikut dalam rencananya."Oh sayang, aku tidak yakin. Biasanya orkestra akan punya jadwal penuh selama pekan ini. Ini adalah hari di mana mereka istirahat dari kegiatan. Aku tidak yakin mereka kosong"
"Apakah mereka tidak bisa bermain bahkan demi raja?"
"Sayang, mereka pun butuh liburan. Mereka tidak pernah di undang untuk acara tiba-tiba"
Ia menghela nafas dengan bahu yang lemah. Mengingat ia sudah berjanji pada katrine akan ada orkestra di aula utama membuat hatinya merasa khawatir.
"Apa bibi tau di mana mereka tinggal?"
Itu menjadi keputusannya, ia tidak akan pantas memiliki gelar Ratu jika sebuah janji kecil bahkan tak bisa di tepati. Katrine terlihat amat bahagia saat tahu akan ada acara dimana ia bisa hadir untuk melihat orkestra.
Ia juga pernah menjadi anak kecil yang selalu berharap meskipun tak banyak dari harapan itu akhirnya melebur tak bersisa. Setidaknya di kesempatan ini, ia tak mau ada anak kecil yang tak kehilangan harapan lagi."Baiklah, akan aku serahkan urusan di sini pada kalian. Aku akan pergi untuk mencari orkestra yang mau bermain" Ciera mengatakan itu pada
"Nak pergilah bersama tuan Hariss, dia tau banyak tempat" Bibi Mary membantunya saat tau Ciera akan pergi.
Oke, di melangkah terburu-buru lantas berhenti saat melihat seorang pria bertubuh besar berdiri di depan pintu. Ia terkejut berhenti dan langsung membeku, dia penasaran apakah pria itu yang bernama tuan Hariss tangan kanan paman John. Pria itu nampak galak dan tegas dalam waktu bersamaan.
"Silahkan lewat sini" Suaranya yang tegas membuat bulu romanya terangkat.
Mereka berangkat menuju ke klub orkestra yang berada di dekat pusat kota. Entah di manapun letaknya itu ia harap bertemu Ryan adalah kemustahilan. Karena pria itu pasti akan menanyakan alasan dirinya pergi dari kastil.
Perjalanan menuju ke arah kota mengambil 35 menit dari waktunya. Awan mendung terlihat dari ujung jendela mobil. Mengingatkan dirinya akan mimpi mengerikan semalam. Mengapa mimpi buruk selalu berhubungan dengan awan mendung. Akan tetapi, tak lama setelah itu perhatian nya teralihkan.
Saat Ia melihat ada banyak toko-toko makanan atau yang menjual barang-barang keperluan sehari-hari selalu di hiasi dengan tanaman bahkan bunga. Ciera tak banyak bergerak selama di mobil, Tuan Hariss tak seramah namanya. Tatapannya yang selalu serius membuat Ciera merasa terintimidasi dan berusaha tak berulah.Mereka sampai di sebuah teater musik saat mengetahui baliho besar terpajang di gedung tersebut. Ciera hendak turun ketika tuan Hariss menahannya.
"Anda harus menutupi wajah yang mulia" Dia memberikan sebuah selendang berbahan satin juga kacamata.
Ya ampun, bahkan saat perhatian saja pria itu tetap menakutkan. Ciera tidak lupa jika harus berterimakasih tapi ia tidak bersikap manis mengatakannya. Itu terasa tidak nyaman, ia akhirnya turun seperti seorang penguntit yang sedang berusaha menyembunyikan identitas.
Gedung itu kosong saat ia masuk. Tak ada apapun bahkan siapapun. Ia mencegah seorang penunggu tiket karcis yang akan keluar membawa topi newsboy berwarna coklat pudar.
"Permisi apakah para pemain orkestra ada di dalam?" Tanya Ciera masih menutupi wajahnya.
"Maaf nona, mereka akan pergi ke festival musik hari ini. Mereka sudah berangkat menuju pelabuhan tadi, dan mungkin kapal mereka sudah berlayar"
Pria itu menjawab tanpa menaruh rasa curiga bahkan memperhatikan Ciera."Baik terimakasih"
Dia mengangguk dan berjalan kembali menuju pintu keluar.
Ciera bergumam sedikit, sambil menelan rasa kecewa. Apa yang harus ia lakukan jika sudah begini. Apakah hanya mereka satu-satunya orkestra di pulau ini?
Saat ia keluar, hujan nampak turun, hanya titik-titik air kecil. Tuan Hariss menghampiri dirinya dengan sebuah payung hitam di tangannya. Mereka kembali ke mobil, tapi wajahnya muram.
"Apakah hanya mereka pemain orkestra yang ada di pulau ini?"
"Mereka punya performa bagus, jadi berat hati akan aku katakan jika memang hanya mereka"
Entah mengapa Ciera merasa pria bernama tuan Hariss ini mengerikan. Bahkan ia tak mengatakan apapun setelahnya. Walaupun begitu ia harus fokus pada acara yang sedang ia rencanakan. Apalah arti pesta tanpa musik.
Mobil mulai bergerak kembali, ia yakin acaranya akan berantakan.
"Apa Anda mau datang ke panti jompo? Ada pemain orkestra yang hampir terlupakan di sana"
Pertanyaan tuan Hariss menjadi penyelamat baginya, membuat Ciera langsung berhenti berpikir jika tuan Hariss pria yang dingin dan mengerikan."Benarkah? Kalau begitu ayo!" Siapapun itu, ia hanya butuh sebuah orkestra.
Kala itu hujan makin deras. Ia benar-benar berharap kalau para pensiunan orkestra itu mau kembali bermain untuknya di kastil.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Escape [ Completed ]
FantasyGadis pilihan harus menikah dengan hantu untuk menjaga kalung safir keluarga Evrard. Ciera seorang wanita biasa yang berusaha belajar dengan sungguh-sungguh di bawa oleh seorang pria ke dunia lain untuk di nikahi secara paksa... Kabur? Ia sudah mela...