Saatnya kembali

388 34 0
                                    

Pada akhirnya, Ciera benar-benar mengelilingi istana ini. Tidak seluruh tempat, ia mungkin hanya berjalan di sepanjang lorong bagian Utara istana.

Kehampaan menemani dirinya, ia terus berharap bisa menemui Ryan lagi, sang raja itu membuat dirinya merasa penasaran. Mengingat sarapan pagi tadi terasa tidak berjalan dengan baik.
Tapi semakin ia berharap, semakin hatinya terasa aneh. Nuraninya terus bertanya apakah harus meminta maaf untuk sesuatu yang bahkan ia tak tahu apa yang salah. Atau berterimakasih akan segera kembali.

Baru saja memikirkannya sejenak, langkahnya langsung terhenti seketika. Ia bisa melihat Ryan berjalan dari ujung lorong mendekat ke arahnya.
Hatinya semakin menggila, ia tahu ini semua terasa aneh, ia tahu ada sesuatu yang tidak bisa di jelaskan. Layaknya menemukan potongan puzzle terakhir ia hanya berharap ini semua bisa berakhir baik.

"Aku akan mengantarmu pulang" suaranya parau, wajahnya terlihat lesuh dan matanya terlihat penuh luka.

Ryan tidak akan siap, tapi ia harus memaksakan keadaan ini. Membiarkan Ciera tetap di sini sama saja menghancurkan wanita itu. Ia harus sadar dan mengurung seluruh keegoisannya.
Dia melangkah melewati Ciera, tanpa di jelaskan pun Ciera tahu jika ia harus mengikuti pria itu untuk di antarkan kembali ke dunianya.

Satu langkahnya saja sudah cukup menambah rasa sedih di hatinya. Ciera merasakan hal yang sama, mereka hanya saling diam. Melangkah dan terus melangkah.

Mempertahankan apakah akan ada kesempatan untuk dirinya. Untuk Ciera bertandang lebih lama, menatap kedua bola mata Ryan dengan inten tanpa batasan waktu.

Saat itu mereka telah sampai di dalam rumah kaca. Dari ujung pintu saja ia bisa melihat pintu kamarnya, hatinya seakan memar.

Ryan berhenti tepat di depan pintu itu sambil menolehkan wajahnya.
Ciera berjalan semakin dekat tapi Ryan yang terus ia tatap.

"Jaga dirimu baik-baik" Kaya Ryan, tidak perduli betapa beratnya ia menggerakkan lidahnya untuk bicara. Ryan mencintai Ciera dan itu menjadi kekuatannya sampai sekarang.

"Terimakasih banyak yang mulia" Ciera berjalan perlahan hampir meraih gagang pintu tersebut. Tapi ia menahannya sambil merenung, menyiapkan diri dengan keadaan yang kosong jika ia sampai di rumah nantinya.

Mengingat ia akan pergi dari tempat ini ia berharap sesuatu. Ciera lantas menatap ke arah Ryan. Pria itu masih berdiri di sana sambil memperhatikannya.

"Bisakah aku kembali ke sini lagi?"

Ada nanar sedih juga senyuman yang begitu simpul.
"Ada baiknya jika melupakan kalau kau pernah kemari Ciera"

Ada rasa sedikit kecewa, ia tidak mau melupakan hal indah meskipun hanya sehari berada di tempat ini.

Ryan mengerti kesedihan Ciera lantas melepaskan cincinnya lalu meraih tangan wanita di hadapannya.

"Anggap ini hadiah dariku" Katanya.

Ciera merasakan sentuhan hangat yang melingkupi tanganya, serta benda kecil itu mengambil perhatiannya. Cincin itu bisa saja sangat berati baginya.

"Saatnya kau pergi"

Ciera merasakan kakinya bergerak sendiri melangkah mundur dan mulai menjauh dari Ryan. Sampai akhirnya ia menyebarngi pintu itu dan diam di sana sambil memegang cincin yang Ryan berikan.

Pintu perlahan tertutup bersamaan dengan percikan biru yang menghiasi setiap garis pintu itu.
Ciera masih berusaha menatap Ryan bahkan ketika pintunya benar-benar tertutup.

Cahaya itu hilang, pintunya kembali seperti semula dan ia ada dalam kamarnya yang nyaman.
Ciera menatap cincin di tangannya, ia belum sepenuhnya sadar jika kesedihan mulai merayap menaiki tubuhnya perlahan.

Queen Escape [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang