Terbangun

534 71 7
                                    

__________________
__________

Ini untuk pertama kalinya Ciera berjalan di sebuah padang bunga putih yang berembun.
Ia tidak sadar kapan sampai di sana. Ia merasa berada di dunia lain saat ini.

Apakah ini mimpi? Sangat langka jika Ciera berada dalam mimpi yang sangat indah juga terang seperti ini.
Mungkinkah ia sudah berada di surga atau sekedar jiwa yang tersesat.

Ia sudah berjalan di sepanjang bunga yang bertebar indah itu. Bunga-bunga yang hidup bebas di tempat itu membuat Ciera iri.

Ciera tidak akan berani memetik satu bunga pun karena belajar dari masa lalu. Ia hampir mati hanya karena sebuah bunga.

Sebuah angin segar menerpanya sekaligus mengusir berapa kelompok embun.

Dan kedua matanya terbuka lebar.
Ciera mendapati dirinya baru terbangun dari sebuah tidur yang terasa singkat. Sekejap ia berada ditempat yang berbeda.

Ia melihat langit-langit ruangan yang tidak asing, ukiran emas yang sangat ia kenali.

'aku masih hidup?'
Pertanyaan juga rasa sedih yang ia rasakan. Ia baru menyadari kembali lagi ke istana itu.

Ciera kesulitan menggerakkan tubuhnya, tapi ia bisa merasakan rasa sakit hampir di sekujur tubuhnya.

Ia masih menyalahkan mengapa singa itu tak memangsanya saja. Sekalian mengakhiri hidupnya yang terasa menyebalkan semakin ia rasakan.
Dan lagi, mungkin saja Ciera bisa bertemu dengan ibunya.

Ia haus, berapa lama ia tertidur. Mengapa bibirnya sulit di gerakan.
Ia memaksa tubuhnya untuk bangkit dan duduk.

Perban yang hampir membungkus seluruh tubuhnya.

'apa ini? Mereka menjadikan aku mumi?'
Batin Ciera kemudian mencari air minum.
Meraih gelas yang ada di atas meja menjadi sulit untuknya.
Bahkan ketika air yang segar mengalir ke tenggorokannya, ia tetap terasa sakit.

Lantas ia terdiam sejenak. Mengingat lagi tragedi lepas malam yang terjadi padanya. Ia bersumpah jika hewan yang menyerangnya adalah mahluk paling mengerikan yang pernah ia temui.

"My princess!"
Pekik Giedre terkejut.
Ciera menoleh untuk memberikan tatapan malas.

Lagi, dia kembali pada kerajaan ini.
"Ma, maksud ku chère. Anda sudah sadar? Akan ku panggilkan dokter."
Gadis itu bergegas pergi entah kemana.

Seumur hidupnya belum pernah terbersit sedikitpun niat untuk mengakhiri hidup dengan alasan apapun. Namun kali ini.

"Aku sungguh ingin mati saja"
Kata Ciera bergumam.

Tak lama kemudian ada banyak kehebohan dalam kamarnya.

Rene datang bersama dokter dan juga para pelayan yang khawatir dan ingin mengetahui keadaannya.

Ciera merasa seperti gula yang di kerubungi semut. Benar-benar menganggu kenyamanannya.

Dokter selesai mengecek keadaannya dan memastikan Ciera baik-baik saja.
Pada akhirnya kamarnya menjadi sunyi ketika Rene sudah mengusir semua orang. Sedangkan para pelayan yang lain tentang menyiapkan makanan untuk dirinya.
Wanita berumur itu duduk di sampingnya sambil menatap penuh kesedihan.

Untuk beberapa saat ia hanya diam sedangkan Ciera tidak menoleh kearah Rene. Ia tidak lagi mau mengerti keadaan apapun saat ini.

"Aku meminta maaf atas segala hal Ciera. Aku tahu kau tidak ingin berada di sini. Tapi aku berharap kau tidak membahayakan dirimu sendiri. Ku mohon"

Dari sudut mata Ciera ia menangkap adanya rasa sedih yang begitu terpancar.

Ia jadi penasaran apakah mereka merasa begitu ketakutan hanya karena dirinya terluka?
Toh mungkin ia akan benar mati di tangan Ryan suatu saat nanti. Tidakkah
Lebih baik mereka menabung tangisan untuk saat itu terjadi saja.

'oh aku mengerti, mereka tidak akan sedih. Mereka pasti akan berpesta sebesar perayaan tahun baru'
Ciera masih saja membantin tanpa membuka mulutnya untuk bicara.

Rene kemudian pergi keluar masih dengan kekhawatiran di matanya.

Ciera sebenarnya merasa sedikit bersalah. Rene adalah satu orang yang selalu bersikap baik dan tulus padanya.
Bersikap seperti mengabaikan tadi pasti membuat dirinya terbebani.

'tapi siapa perduli. Aku juga terbebani di sini'
Timpalnya dalam hati.

Ciera kemudian berusaha berdiri. Kakinya seperti kesemutan dan kaku. Ia ingin mengunci pintu agar tak ada satupun orang yang masuk dan menganggu dirinya.
Mencari kedamaian dengan menyendiri adalah hal paling ia butuhkan saat ini.

Belum saja sampai di pintu seseorang datang dengan langkah besarnya.
Ryan datang dengan pedang di tangannya.

'Bagus, dia datang untuk membunuhku sekarang'
Ciera akan pasrah meskipun takut pada rasa sakit.

'Jadi dia akan menusuk ku atau memenggal ku? Aku pikir potong kepala kecil kemungkinan terasa sakit'

"Apakah kau bisa berhenti menyulitkan dirimu sendiri dan orang lain?"
Ryan terdengar marah menahan suaranya.

"Cepatlah jika kau ingin membunuhku"
Jika harus di tambah dengan Omelan sebelum meninggal Ciera tidak akan tahan. Mengapa tidak langsung ke intinya saja.

"Apa?"
Ryan terkejut sambil mengerutkan keningnya. Siapa yang mau membunuh? Itu pertanyaan nya.

"Tidak ada yang mau membunuh mu"
Sangkal Ryan memberikan tatapan tajam pada Ciera.

Ciera menghela nafas lelah dan berjalan mendekat. Cepat ia meraih pedang yang masih dipegang Ryan dan meletakkan di lehernya.

"Apa yang kau lakukan!"
Ryan berusaha menarik pedangnya. Tapi Ciera menahannya.

"Lakukanlah cepat!"
Ciera masih bersikeras agar dirinya mati saja.

Ryan berusaha untuk menjauhkan pedangnya hingga tak sengaja mendorong Ciera hingga gadis itu terjatuh.

"Berhentilah bersikap seperti anak-anak Ciera"
Gertak Ryan.

"Aku memang masih anak-anak brengsek!"
Ciera menjerit keras tepat di saat para pelayan sedang mendorong kereta makanan untuk Ciera.

Mereka terdiam dengan wajah ragu melihat hal ini. Pangeran yang mereka sangat hormati di maki. Pemandangan yang mengerikan.

Ryan menatap Ciera yang masih jatuh di atas lantai tanpa niat hati ingin membantunya untuk berdiri.

"Jika kau masih bersikap seperti ini. Maka kau akan ku mantrai"
Putus Ryan lalu berjalan pergi.
Para pelayan tertunduk takut di saat Ryan melewati mereka.

"Kau tidak berhak melakukan itu BRENGSEK, BEDEBAH, HANTU SIALAN, KEMBALI KAU BAJINGAN!"
Ciera meneriakkan dengan keras seakan mengeluarkan seluruh tenaganya. Dan ketika itu para pelayan terkejut bukan main saat mendengarnya.

Mengumpat seorang petinggi istana. Sebuah pelanggaran yang bahkan tidak boleh di lakukan oleh putri sekali pun.

"KELUAR!"
Bentak Ciera ketika melihat para pelayan yang diam-diam melangkah untuk masuk ke kamar.

Ciera merangkak untuk menutup pintu. Setelahnya ia bernafas dengan tersengal. Ternyata marah-marah membutuhkan banyak tenaga.

Ciera masih tidak membiarkan siapapun masuk ke dalam kamarnya. Ciera tak bisa berbohong jika rasa lapar begitu menganggu dirinya. Namun rasa kesal dan marah mengalahkan apapun keadaannya saat ini.

Apa yang akan ia lakukan saja Ciera tidak tahu. Entah bagaimana cara untuk menyelesaikan ini, pergi dari sini seakan hal sulit untuk dilakukan.

Malam semakin larut kantuk semakin memaksa untuk tidur. Ciera tertidur diatas karpet dengan perut kosong.

.

.

.

Chapter selanjutnya akan di fast up😉 cause i love u alll❤️😘

Queen Escape [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang