kemungkinan jatuh cinta

289 27 0
                                    

Dan setelah kejadian di perpustakaan Ciera menjadi sinis saat melihatnya. Itu terjadi ketika makan siang. Bahkan dia duduk jauh darinya, Ryan hanya tersenyum kecil.

Saat ia tahu Ciera bukan hanya di takdirkan menjadi penjaga safir melainkan membebaskan kutukannya ia menjadi sedikit yakin akan sesuatu.
Akan lebih besar kemungkinannya mencintai Ciera lebih cepat. Mengingat lagi seperti apa wanita itu bersikap, senyuman polos dan kecerobohannya yang dulu amat menganggu dan merepotkan malah itu yang meluluhkan seluruh perangkat di hatinya.
Sebelumnya ia memang pernah berpikir jika harus memaksakan perasaannya terhadap Ciera karena cepat atau lambat mereka tetap harus menerima keadaan tersebut. Tapi, semenjak mereka menjalankan perjanjian ia semakin melihat titik terang dan peluang besar. Jatuh cinta pada Ciera sekarang bukan hal yang mustahil untuknya.

Dan Ciera dalam keadaan berbeda, untuk wanita yang menghabiskan hampir seumur hidup di asrama khusus perempuan hal seperti Ciuman bukan hal yang biasa. Ia bahkan tidak bisa mengabaikan bagaimana hal tadi terjadi. Jantungnya terus berdegup kencang di saat memikirkan hal itu dan terus berdebar tak karuan.

Bayangkan terhadap bibir dengan kecapan rasa manis dan aroma mint terus membayang. Ia hampir setengah gila terutama ketika meruntuki diri sendiri.

Ketika itu Ciera hendak keluar kamar bersamaan dengan Ryan yang akan masuk. Ia mengambil langkah besar, dengan terang-terangan mundur beberapa langkah sambil memasang wajah kesal.

Ryan mengunci tatapan wanita itu seakan memberikan pertanyaan tanpa pernyataan.

"Kau ingin keluar?" Tanyanya dengan suara rendah, hanya sekedar bertanya tak ada arti lain.

"Tidak tau, kenapa kau perduli" Pungkasan yang ketus begitu menganggunya. Padahal ia yakin sekedar ciuman seharusnya tidak akan mempengaruhi Ciera sebegitu besar. Apakah ia melewatkan sesuatu?

"Kau kesal karena ciuman itu?"

"Stsssss, aku tidak mau mendengar" Tangannya spontan menutup kedua telinga.

"Sudah ku duga itu benar, lagipula pada siapa lagi akan kau berikan ciuman tersebut hmm?"

"Apa kau tidak punya perasaan ha, mencium sembarangan wanita polos seperti ku?!"

Ryan tersenyum miring, wanita polos yang ceroboh apakah ia harus merasa bersalah setelah melakukan apa yang menjadi haknya.

Ciera terlihat makin bersungut-sungut di saat Ryan menanggapi dirinya dengan sepele.

"Kau mengejekku?!" Secara terang-terangan juga ia akan mengatakan kekesalannya dalam bentuk ocehan penuh amarah.

"Tidak, lagipula aku tidak mengerti apa yang membuatmu merasa keberatan dengan sebuah ciuman?"

Ciera menepuk keningnya. Apakah ia perlu menjelaskan rasa bingung yang ada dipikirnya. Di mulai dari pria bernama Ryan yang selama ini ia ketahui hanya mencintai Odette tiba-tiba menciumnya sebanyak tiga kali dalam ciuman pertama. Kedua apakah pria ini sudah tidak waras menciumnya sebanyak tiga kali, dengan alasan dia adalah suami sahnya, jiwanya yang sejak dulu tak pernah tahu menahu tentang percintaan terguncang begitu kuat seperti kapal yang di terpa badai. Ini membuat Ciera berpikir jika Ryan mungkin memiliki perasaan padanya dan ia tidak suka berharap seperti itu meskipun sekuat tenaga ia menolaknya.

Semua pernyataan itu terwakili dalam rangkuman sebuah pertanyaan.

"Kau menyukaiku ya?" Ia bertanya demikian karena menebak Ryan akan mengatakan tidak dan beralibi jika itu memang hak. Tapi Ryan terdiam dan itu semakin membuat dirinya keheranan.

"Berikan aku waktu untuk menemukan jawabannya"

Matanya membelalak seakan hendak keluar dari kantungnya.

Ciera menarik nafas dalam, seketika udara dalam paru-parunya terkuras dan ia hampir dehidrasi oleh oksigen. Dadanya berdetak kuat seperti ada bass besar di tabuh didalamnya.

Ryan tersenyum kemudian melangkah masuk melewati Ciera yang tetap terdiam. Belum sempat menyelesaikan kesibukan otaknya yang terus membayangkan rasa bibir Ryan yang mewah ia malah di buat bingung dan salah tingkah pada ucapan pria itu beberapa detik yang lalu.

Di setiap langkahnya yang tak arah Ciera mengumumkan dalam hati jika Ryan tidak mungkin menyukainya dalam tanda kutip sebagai bentuk ketertarikan pria dan wanita. Pria itu tidak mungkin jatuh cinta padanya secepat ini, ia selalu mengira jika Ryan baru akan mencintainya setelah Ciera mati, dalam artian tidak akan pernah.

Dan ucapan pria itu membenam begitu dalam. Apa yang harus ia lakukan jika nanti pria itu benar-benar mencintai dirinya. Ciera di buat tidak nyaman dalam keadaan ini.

Cinta, bahkan ia tak mengerti apa itu cinta.
Mana mungkin ia bisa mengimbangi perasaan pria yang lebih tua darinya terlebih lagi, sebelumnya pria itu pasti lebih berpengalaman dalam hal cinta.

Ia terlalu terlarut pada pikirannya dan kebingungan tersebut hingga tanpa sadar melangkah ke luar rumah dan berjalan jauh hingga sampai di kebun anggur.

"Ya ampun kenapa bisa sampai sini" Dan dia terlihat seperti orang bodoh ketika menyadari kelakuannya sendiri.

Ciera menjambak rambutnya sendiri. Hatinya semakin tak tenang dan dia merasa lebih bodoh dari dirinya yang biasanya.

"Tenanglah Ciera, dia hanya pria kesepian yang sedang butuh kasih sayang. Dia akan sadar jika sebenarnya tidak mencintai ku" Saat ini ia hanya bisa menenangkan diri, karena mengontrol perasaannya begitu berat. Belum lagi wajahnya yang selalu terasa memanas saat melihat Ryan atau bahkan berdekatan dengan pria itu.
Mana mungkin bisa ia hadapi hari jika Ryan sering ada di sekelilingnya.

"Nak?"

Ciera berjengit sambil memegang dadanya. Entah siapapun itu ia tidak sadar jika ada orang lain sehingga begitu terkejut.

"Ah bibi, maafkan aku aku sedang melamun tadi" Ia ternyata tak hanya kaget tapi Juga menganggetkan bibi Mary. Wanita itu terlihat memanen beberapa buah melihat keranjang dari rotan di tangan kirinya penuh dengan buah anggur dan apel.

Bibi Mary hanya tersenyum.
"Bukankah seharusnya kau bersiap-siap?"

Ciera mengangguk sambil tersenyum dan melangkah, tapi ia langsung berbalik untuk bertanya.

"Apa aku melupakan sesuatu bibi Mary. Aku bahkan tidak tau harus bersiap-siap untuk apa?"

Kesekian kalinya bibi Mary melemparkan senyuman pada Ciera.

"Kau akan pulang hari ini nak, kau lupa?"

"Benarkah?" Apakah dia sebegitu teralihkan sehingga tidak ingat akan pulang hari ini. Ia juga tidak pernah mendengar Ryan tentang rencana kepulangan mereka.

"Segeralah temui Ryan"

Ciera sebenarnya enggan, tapi mereka akan pulang bukan.

Ia menemukan pria itu dengan mudah. Dia terlihat sedang mengepaki beberapa barang. Kini ia tahu apa alasan pria itu pergi ke kamar tadi.

"Kau tak memberi tahu ku jika kita pulang hari ini"

"Aku pikir kau sudah tau, kalau begitu bersiaplah mobil akan segera sampai"

Ciera hanya menyilangkan kedua tangannya. Memang apa yang perlu ia siapkan. Bahkan ia datang kemari tanpa barang-barang. Semua keperluannya di urus oleh pelayan dan Ryan. Ia lebih sering berpangku tangan.

.

.

.


Queen Escape [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang