53

3.1K 289 11
                                    

"kau menuduhku?"

Jiso meletakkan botol minuman ke atas meja. Dia menjauh dari lisa yang sudah beranjak untuk mendekati nya. Tapi lisa terus berjalan melewati jiso dan mengambil kertas diatas meja tamu.

"bukankah ini tanda tanganmu direktur jiso yang terhormat?!"

Lisa menunjukkan kertas itu tepat dihadapan jiso. Dengan menelan saliva nya,  jiso terdiam. Dia kehabisan kata dan takut menghadapi lisa.

"kenapa diam?" tanya lisa lagi. Beberapa detik suasana masih hening. Jiso masih terdiam berdiri didepan adik nya.

"diam mu adalah bukti bahwa benar kau penyebab nya direktur. Jika kau tidak mau bicara maka aku yang akan membuat semua nya jelas."

Lisa meletakkan kembali kertas itu, dia mengambil tas nya hendak meninggalkan ruangan yang sudah berantakan.

"lisa,  maaf kan unnie." ucap jiso lirih, membuat lisa kembali menoleh ke arah nya.

"jangan meminta maaf padaku. Minta maaflah pada jennie. Apa dengan membuatnya keluar dari perusahaan lalu kau berfikir bahwa aku akan diam saja direktur?" tanya lisa lagi dengan melangkah kembali ke arah jiso.

"unnie hanya takut akan masa lalu mu yang kelam lisa. Selama ini unnie tidak bisa tidur dengan tenang mengetahui adik unnie satu satu nya belum juga bahagia. Bukan hanya kau yang tersiksa lisa, kami semua tersiksa dengan perubahan mu itu." jiso mencoba menjelaskan pada lisa yang memang sudah dalam keadaan emosi, tapi kali ini lisa tidak akan melakukan hal yang membuat kakak nya itu terluka. Lisa hanya butuh jiso bicara.

"dulu daddy merengut kebahagiaanku dan menghancurkan harapanku. Sekarang kau melakukan hal yang sama dengannya. Ini yang kau sebut dengan kasih sayang?!" ucap lisa dingin,  dia mencoba tenang kembali melihat mata jiso yang sudah berkaca kaca. Bagaimanapun lisa tetap sayang pada kakak nya itu, walau dalam hati kecewa tapi lisa tidak bisa bertindak berlebihan.

"unnie tidak bermaksud seperti itu lisa." ucap jiso lirih,  suara nya bergetar karena menahan tangisnya.

"simpan omong kosong mu direktur."

"aku ini unnie mu lisa. Jangan terlalu keras, cobalah menerima penjelasanku."

"disini kau bukan unnie ku Direktur Jiso!"

Lisa membuka pintu lalu meninggalkan jiso sendiri. Dengan menundukkan kepala jiso menangis terisak di dalam ruang lisa,  ada rasa bersalah dalam diri nya. Dengan ucapan terakhir lisa,  jiso takut akan kehilangan adik nya lagi. Bayangan masa lalu menghampiri,  jiso semakin bergetar. Ketakutan menghampiri nya, jiso menyesali tindakan bodohnya.

•••

Lisa duduk tenang di dalam mobil nya. Dengan tatapan tajam seperti biasa dia memandang ke luar jendela. Ten yang sedang menyetir hanya ikut diam karena aura dingin lisa sangat terasa. Ten tau bahwa lisa tidak dapat di ganggu ketika seperti ini.

"Ten, bawa aku ke apartemen ku." ucap lisa setelah beberapa menit dalam keheningan.

"tapi direktur akan mencarimu lisa." ten terlihat tidak menyetujui lisa.

"dia tidak tau apartemenku."

Ten diam sebentar kemudian mengangguk, dengan perlahan ten berbalik arah menuju apartemen lisa yang ada di daerah gangnam.

Lisa membeli apartemen itu sejak enam tahun yang lalu. Saat jiso meminta lisa untuk tinggal bersama nya,  lisa langsung membeli apartemennya sendiri tanpa sepengetahuan kakak nya itu karena sejak awal di korea lisa sudah tinggal di daegu. Apartemen yang di beli di daerah gangnam hanya untuk lisa menyendiri dan menenangkan diri.

Only FridayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang