"jennie, apa kau yakin dengan keputusanmu?"
Tanya lisa padaku. Kami sedang dalam perjalanan kerumah ku untuk menemui orang tuaku. Semenjak aku menerima lamarannya seminggu yang lalu, lisa berencana mendatangi orang tua ku untuk meminta restu. Aku menyetujui permintaannya karena memang restu adalah hal utama yang harus kami dapatkan. Aku tidak lagi memikirkan usia ku yang sangat muda, aku hanya ingin memiliki nya sekarang.
"apakah aku terlihat ragu?" tanyaku balik. Ini sudah kesekian kali nya lisa bertanya untuk meyakinkan diri nya. Aku tau pasti rasa khawatirnya sangat besar, mengingat masa lalu nya sangat menyedihkan.
"tidak, hanya saja aku masih merasa seperti mimpi." wajah lisa memerah, tapi dia tetap dingin seperti biasa. Aku harus perlahan membuatnya ceria lagi.
"jika ini mimpi, maka kita harus tidur selama nya."
Aku tersenyum, lisa hanya fokus menatap jalanan. Sebenarnya aku ingin sekali melihat senyum nya juga, tapi seperti nya aku harus lebih bersabar.
Kami sampai dengan cepat di depan rumah ku, kali ini lisa melajukan mobil nya dengan kecepatan maksimal. Tidak seperti biasa nya yang selalu lamban. Aku melihat lisa masih termenung, apakah dia yang ragu sekarang?
"lisa. Kau kenapa?"
Aku mengguncang tubuhnya, kemudian dia menoleh ke arahku.
"kau belum tau banyak tentang masa laluku jennie." ucap lisa yang membuatku tersenyum. Memang benar lisa belum bercerita apapun selama seminggu ini, tapi aku tidak pernah memaksa nya. Aku tau dia pasti khawatir aku tidak menerima dirinya di masa lalu.
"masa lalu hanya lah milikmu lisa. Aku hanya menginginkan kau yang saat ini dan untuk masa depanku. Sekalipun masa lalu mu buruk, tapi kau bersamaku dalam keadaan diri mu yang paling baik. Aku hanya meminta satu hal lisa, bahagia lah bersama ku." ucapku sambil menggenggam telapak tangannya, lisa terlihat tenang seperti biasa. Tapi ada pancaran kesedihan di mata nya dan ini hal baru lagi bagiku. Aku mengusap lembut punggung tangannya dengan jempol ku, berharap dia memahami apa yang aku sampaikan.
"ayo turun" ucap lisa singkat. Dia langsung keluar dari mobil dan berlari untuk membuka pintu di sampingku.
Kami berjalan berdampingan ke arah rumah, aku mengetuk beberapa kali sampai pintu terbuka dan doyoung di depanku.
"unnie,, kenapa tidak memberi kabar jika ingin pulang. Ayo masuk." ucap doyoung sambil membuka pintu lebih lebar. Dia tidak lupa untuk memberi salam pada lisa juga, mereka terlihat cukup dekat belakangan ini.
"apakah appa ada dirumah?" tanyaku kemudian aku menarik lisa untuk ke kamar ku sebentar. Aku rindu suasana rumah dan kamar kesayanganku.
"appa ada di kamar. Jika kau ingin menemui nya, doyoung akan panggilkan untuk mu unnie."
Aku menggeleng pelan, kupikir nanti saja aku bicara padanya.
"nanti biar unnie saja yang memanggilnya. Eomma dimana?" tanyaku lagi sambil melihat sekitar yang cukup sepi.
"eomma juga di kamar unnie."
Aku mengangguk, berjalan lebih cepat. Lisa tidak berkata apapun selain menjawab salam doyoung tadi. Dia masih saja lisa yang dingin dan menyeramkan.
Author pov
Jennie memanggil appa nya untuk bicara di ruang tamu, sedangkan lisa sudah duduk tenang di sana menunggu semua orang berkumpul. Hingga beberapa menit akhir nya jennie dan kedua orang tua nya bergabung di ruang tamu juga.
Ji woo terkejut melihat lisa ada di rumah nya, dia menatap tamu nya itu beberapa detik dan menghentikan langkahnya. Sedangkan tae woo sudah di dekat lisa dan memberi salam pada nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Only Friday
FanfictionBagaimana satu hari terasa sangat istimewa saat ini, saat dimana seharusnya hari hari terasa biasa. gxg jenlisa 🏆 Rank 1 : #gxg 21/08/2022 🏆 Rank 1 : #jenlisa 02/06/2024