44

3K 278 2
                                    

"apa yang kau lakukan lisa?"

Jennie perlahan membuka mata nya. Dia melihat lisa begitu dekat dengan tangan yang melingkar di pinggang nya.

Saat masih terlelap,  jennie merasa genggaman tangan seseorang di pinggang nya terlalu erat. Dia secara reflek memegang lengan itu dan menyadari bahwa itu lisa.

"aku hanya membantumu melepas sabuk pengaman. Bangunlah,  kita sudah sampai di depan rumah mu."

Ucap lisa tenang. Sebenarnya dia sangat panik mengetahui jennie bangun secara tiba tiba. Untung saja jennie tidak membahas ciuman yang dia lakukan barusan.

"benarkah?" jennie makin membuka lebar mata nya. Dia melihat sekitar.

"terima kasih telah mengantarku pulang lisa." jennie kembali menatap wanita di samping nya.

"istirahatlah,  dan jangan terlalu membebani pikiranmu." ucap lisa.

Jennie tersenyum kemudian menganggukkan kepala nya. Lisa merasa lega setidaknya senyum jennie yang dia rindukan seminggu ini akhirnya terlihat.

"jennie,  jangan menghindariku lagi."

Jennie mengangguk lagi kemudian keluar dari mobil lisa. Sedangkan lisa menatap gadis itu dengan senyum cerah di wajah nya,  dia masih mengingat betapa manis rasa bibir tipis itu. Lisa mulai merasa rindu lagi dengannya.

Lisa pov

"darimana saja lisa?"

Aku menghentikan langkah begitu seseorang menegurku. Suara yang sangat familiar dirumah ini,  dan seperti nya dia sudah menungguku lama di ruang tamu. Memang sejak aku masuk ke dalam rumah,  aku sudah melihatnya duduk di sofa sibuk dengan ponsel di tangannya.

"menyelesaikan pekerjaan unnie." ucap ku dengan nada yang lembut.

Jiso yang memang sedang dalam suasana hati buruk,  tidak menampilkan senyum nya sama sekali padaku. Dengan wajah dingin sepertiku,  jiso mendekat. Aneh bagiku bahwa seorang jiso yang sangat lembut dan sabar bisa begitu dingin dan menyeramkan kali ini. Aku jadi makin penasaran apa yang membuatnya begitu tidak ramah padaku.

"pekerjaan apa? Membantu gadis itu?" tanyanya dengan nada yang sedikit kasar.

Dari nadanya bicara,  aku merasa jika kakak ku tidak menyukai jennie. Apa yang membuatnya seperti itu? Selama ini dia tidak pernah peduli dengan urusan siapapun apalagi urusan pegawai. Tapi aku berusaha tenang, tidak ingin berdebat dengan orang yang aku sayangi ini.

"jangan ikut campur hal yang unnie tidak ketahui. Kenapa unnie terlihat tidak menyukai nya?"

Aku melangkah menuju dapur, merasa sangat haus sekarang. Saat aku berbalik dari mengambil air dingin, kulihat jiso sedang duduk di kursi meja makan,  dia mengikutiku dan terus menatapku dengan tatapan yang sama.

"apa benar yang dikatakan banyak orang selama ini. Kau ada hubungan dengan jennie?"

Aku tidak terkejut dengan ucapannya. Sudah kuduga bahwa jiso akan mencari tau, dia selalu melakukan itu padaku. Aku menghela nafas,  meletakkan gelas di meja makan, kemudian duduk di depannya.

"apa yang mereka katakan? Aku memang dekat dengannya unnie, tapi belum sampai tahap yang lebih serius."

Kulihat jiso kembali membulatkan mata nya,  dia terkejut dengan pengakuanku. Aku hanya menggelengkan kepala tidak percaya dengan reaksi nya. Bukankah dia yang selama ini selalu memaksaku untuk dekat dengan seseorang,  tapi kenapa seperti nya dia tidak menyukai hal ini.

"lisa,  unnie hanya mengingatkan mu untuk bijak dalam memilih. Kau punya pengalaman pahit dan trauma yang berat. Aku hanya tidak ingin semua terjadi lagi dan membuatmu depresi untuk kedua kali nya. Pikirkan baik baik apa yang harus kau lakukan. Jangan bermain main lisa,  bukan masa nya lagi untuk mu."

Only FridayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang