Lisa mondar mandir di ruang kerja yang ada di apartemennya. Setelah pertengkaran dengan jiso, lisa menjadi jarang pulang kerumah jiso dan lebih banyak menghabiskan waktu sendirian. Karena hari masih siang, lisa memutuskan pulang lebih cepat, pikirannya kacau mengingat tidak ada perkembangan dalam pencarian jennie selama ini.
Ten yang memang duduk menunggu bos nya itu bicara hanya menghela nafas panjang. Dia tidak berani berkata apapun, lisa sangat menyeramkan dalam keadaan serius seperti ini. Walau kabar baiknya adalah lisa tidak lagi melampiaskan kecewa nya pada kehidupan malam dan minuman keras. Kali ini dia hanya menjauh dari keramaian dan memilih sendiri.
"bagaimana cara kerja kalian, sudah begitu lama tapi tidak ada hasil apapun." ucap lisa gusar.
"kau tau bahwa yang kita hadapi adalah seorang pengacara. Dia lebih waspada daripada kita lisa." ucap ten sambil menunduk, dia tidak berani menatap wanita di depannya.
"pakai cara apapun. Kenapa kau begitu payah ten, sudah berapa lama kau ikut denganku?"
"tenang, jangan terburu buru. Bukankah kau yang mengatakan bahwa kita harus hati hati?" ten kembali meyakinkan lisa karena dia juga tidak bisa bertindak gegabah. Jennie bisa saja berpindah pindah untuk menghindari nya.
"hubungi seseorang dari kementerian komunikasi. Bawa mereka kesini sekarang, aku sudah tidak bisa menunggu lama." perintah lisa dengan tegas yang membuat ten menelan saliva nya.
"lisa, masih ada satu meeting lagi dengan pengacara park. Apa kau tidak akan kembali ke kantor terlebih dahulu?" ucap ten mengingatkan. Ten berfikir lisa lupa dengan jadwal nya karena terlalu sibuk mencari jennie.
"direktur yang akan menangani. Aku tidak akan kembali kesana hari ini, jadi lebih baik kau segera lakukan apa yang aku perintahkan barusan ten."
Ten bergegas keluar ruangan lisa, tidak akan banyak bicara yang akan memancing emosi bos nya itu. Dengan cepat ten mengambil ponselnya dan menghubungi beberapa orang.
•••
"direktur?" ucap seseorang menyadarkan jiso dari lamunannya.
"sampai dimana tadi pembicaraan kita miss park?" jiso menjawab sambil membenarkan posisi duduk nya. Dia memang sering melamun belakangan ini dan pekerjaannya banyak yang tertunda.
"sudah ku katakan panggil saja rose. Kita hanya berdua di sini." ucap rose lembut sambil terus menatap jiso. Mereka sedang meeting di dalam ruangan jiso, kebetulan rose datang dua jam setelah makan siang karena jadwalnya juga sangat padat hari ini.
"ku perhatikan kau sering melamun direktur? Ada apa?" tanya rose lagi, dia menyadari jiso tidak seceria biasa nya.
"maaf rose. Beberapa hal membuat pikiranku bercabang. Mari kita lanjutkan meeting ini." jawab jiso mencoba mengalihkan pembicaraan dan pertanyaan rose.
"kau bisa menceritakan apapun pada ku direktur. Aku akan mendengarmu dan meluangkan waktu untuk mu. Jika meeting di lanjutkan, hanya akan membuat beban pikiranmu bertambah." rose masih mencoba mencari tau walau sebenarnya rose sudah tau yang terjadi.
Seketika jiso menangis mendengar rose sangat tulus bicara dengan nya. Selama ini tidak ada seorang pun yang jiso percaya untuk berbagi cerita selain lisa adiknya. Tapi semenjak pertengkaran mereka, lisa mulai menjauh dan itu menyakitkan untuk jiso.
Dengan perlahan rose mendekati jiso yang sedang terisak dengan tangan yang menutupi wajah nya. Kemudian rose menarik bahu jiso membawa wanita dewasa itu ke dalam pelukannya. Jiso semakin terisak, rasa sesak di dada nya tidak bisa lagi ditahan.
Dengan sabar rose menenangkan jiso, berharap jiso melepas semua emosi dengan tangis nya. Tangan rose tidak henti nya mengusap punggung jiso dengan lembut sampai beberapa menit lama nya jiso mulai tenang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Only Friday
FanfictionBagaimana satu hari terasa sangat istimewa saat ini, saat dimana seharusnya hari hari terasa biasa. gxg jenlisa 🏆 Rank 1 : #gxg 21/08/2022 🏆 Rank 1 : #jenlisa 02/06/2024