59

3.4K 319 8
                                    

Di senja yang indah sambil menatap laut dan matahari yang mulai turun,  aku dan lisa masih betah berada di sini. Duduk berdua diatas pasir beralaskan jaket yang lisa kenakan tadi. Kami masih memandang langit yang berganti warna menjadi lebih redup dan indah. Tapi aku tau,  bahwa wanita di sebelah ku lebih dari sekedar indah.

Doyoung dan jihoon baru saja pulang kerumah masing masing. Sedangkan rose dan jiso unnie sudah pulang tidak lama setelah makan siang.

Aku sudah menanyakan apakah wanita disampingku ini mau pulang. Tapi dia menahanku untuk lebih lama disini,  entah apa yang dia pikirkan. Aku hanya mengikuti nya dan menemani saja, lagipula akhir pekan masih panjang sampai malam tiba.

"apa yang sedang kau pikirkan lisa?" tanyaku pada wanita di sebelah ku yang masih betah mengunci mulut nya.

"aku memikirkan seseorang." ucap lisa tanpa berniat menoleh ke arah ku. Di masih saja menatap laut di depannya.

"bolehkah aku tau?" tanyaku penasaran. Mungkin saja dia mau berbagi cerita dengan ku kali ini. Sangat sulit bagiku mengetahui diri nya kalau saja jiso unnie tidak bercerita tadi pagi. Setidak nya sedikit aku sudah mulai tau.

"dia ada di sampingku."

Ucapan lisa membuatku terdiam, terkadang memang dia suka mengatakan hal diluar dugaanku. Tapi aku senang mendengar nya. Seperti nya wajahku mulai memerah.

"aku?" tanyaku memastikan.

"apakah ada yang lain selain dirimu disini?"

Lisa menoleh ke arahku, mata kami bertemu dan saling menatap. Sekali lagi aku terpesona dengan parasnya yang cantik dan tatapannya yang dalam. Rambut berantakan akibat hembusan angin yang kencang menambah kecantikannya yang alami. Aku semakin dibuat nya tidak berdaya memikirkan bagaimana bisa bersama nya.

"jennie."

Aku tersadar dari lamunan, lisa melambaikan tangannya di depan wajahku.

"apa yang kau pikirkan sekarang? Kau melamun." ucap lisa lagi.

"kau cantik lisa." aku menutup mulut karena tidak bisa menahan pikiranku sendiri. Ya tuhan,  bagaimana aku bisa kelepasan bicara? Sungguh memalukan walau aku sudah sering bilang padanya bahwa dia cantik.

"apakah kau menyukai ku?"

Pertanyaan lisa yang tiba tiba membuatku semakin salah tingkah. Sungguh dia sangat berterus terang,  tidak bisakah berbasa basi sedikit padaku. Aku semakin malu dan jantungku sudah pasti berdetak kencang tidak karuan.

"lisa,  sebaiknya kita pulang. Langit sudah mulai gelap dan kurasa udara semakin dingin disini."

Aku mengalihkan pembicaraan, kemudian berdiri merapikan pakaian dan membersihkan pasir yang menempel di tubuhku bagian bawah.

Ku lihat lisa juga beranjak,  membersihkan diri nya dan juga jaket nya. Dia memakaikan jaket ke tubuhku, jujur aku hanya menggunakan kaus oversize dengan celana levis yang ketat.

"terima kasih lisa." ucapku kemudian memandangnya lagi.

"aku akan menelfon ten dulu untuk menanyakan dia sudah sampai mana. Sebaiknya kita menunggu disana."

Lisa menunjuk ke salah satu resto pinggir jalan tidak jauh dari bibir pantai. Kami berjalan berdampingan, ku lihat lisa mengeluarkan ponsel nya dari kantong celana.

Mobil lisa dibawa oleh rose untuk mengantar jiso unnie tadi. Jadi kami dsini tidak ada kendaraan untuk kembali ke rumah. Tapi untunglah lisa seorang bos besar,  dia segera menelfon ten tadi sepulang nya yang lain dari pantai.

"ten sudah tiba,  disana mobil nya."

Lisa menunjuk ke sebuah sedan hitam yang terparkir dipinggir jalan tepat di bawah pohon. Ten berdiri di samping pintu menunggu kami.

Only FridayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang