"Al critain ada apa sebenarnya?" tanya Jery setelah tiba di rumahnya.
Mereka sengaja pulang naik taksi online lewat lorong belakang sekolah, meninggalkan motor Jery sekaligus mobil Alkana di parkiran sekolah.
Alkana melepas ransel lalu duduk disofa, disamping temanya "Dia pasti minta pesanannya dan barang gue udah Soulold."
"Ya lo tinggal order lagi aja, apa susahnya?"
"Nggak bisa" Alkana melotot, "Gue udah berhenti."
"Serius Al???"
Alkana mengangguk yakin.
"Syukurlah... ahirnya temen gue tobat juga" tangan Jery menengadah dengan tatapan menatap kelangit langit, bersyukur.
"Bangke lo."
"Terus Al, kenapa lo nggak bilang aja sama si botak kalau lo udah berhenti. kan kelar urusannya kenapa pake kabur segala?"
"Iya kepala lo juga ikutan kelar," sungut Alkana sebal.
"Gini nih yang bikin gue susah ngasih lo masukan, lo nggak pernah dengerin gue."
Alkana membenarkan posisi duduknya, "Jer berurusan sama preman nggak segampang itu. Gue juga udah jelasin sama mereka tapi mereka nggak percaya, mereka malah ngira gue mau kasih barang pesanan dia ke orang lain dengan harga yang lebih mahal makanya gue kabur."
"Iya juga ya?" Jery manggut-manggut.
"Kemarin waktu gue di pukulin sama anak buahnya botak juga gara-gara mereka nggak percaya, dan gue rasa anak buahnya ngadu."
"Berabe nih kalau udah begini urusannya."
"Untuk sementara ini kita harus lebih hati-hati karena mungkin bukan cuma si botak yang bakal ngejar kita tapi juga semua orang yang pernah jadi langganan gue."
"Ck, emang mau sampai kapan Al kita Al terus sembunyi dari mereka. Kenapa lo nggak kasih orang lain aja yang juga jual barang itu, selesai kan urusannya?"
Tangan Alkana terulur menjitak pelipis temanya, "Lo gampangin banget ya masalah gue."
Jery nyengir kuda lalu berkata, "Sory sory."
"Gue udah kasih semua orang rekomendasi gue, tapi mereka tetap nggak mau. Mereka udah tau orang orang itu ngejual dengan harga yang lebih mahal, dan beda jauh sama yang biasa mereka beli ke gue."
Jery mengacak rambutnya frustasi, "Aduh Al... pusing kepala gue. Lagian ada ada aja ya tu preman kayak emak emak, maunya dapat barang bagus tapi nggak mau bayar mahal. Dasar preman kere."
Jery nyerocos mengumpat preman botak yang menurutnya pembawa masalah tanpa menyadari nyinyiranya hanya membuat kepala Alkana semakin sakit.
Seandainya Jery tidak pernah ikut campur urusan Alkana pasti ia tidak terlibat, tapi Jery kerap membantu Alkana ketika mereka bertransaksi dan mau tidak mau ia juga ikut terbawa.
Di sisi lain tempat itu, sudah sekitar sepuluh menit Sandra berdiri di halte sekolah menunggu Alkana tapi lelaki menyebalkan itu tak kunjung menampakan batang hidungnya padahal Sandra tau Alkana belum pulang, mobilnya masih ada di parkiran.
Tak lama kemudian datang serombongan tukang ojek yang penuh percaya diri berhenti di depan halte sekolah dan berbaris mengelilingi tempat dimana Sandra berdiri. Ketika Sandra hitung jumlahnya ada tujuh orang. Salah satu tukang ojek itu membuka helem lalu melepas jaket kulitnya.
"Hai cantik, sendirian aja?" sapa orang itu yang ternyata adalah preman.
Mata Sandra menyipit mencoba mengingat siapa preman yang tampak familir itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVER
Teen FictionSetelah menciumnya secara tidak sopan Alkana juga memaksa Sandra menjalin hubungan denganya. Sebuah kegilaan yang tak mungkin di lakukan oleh gadis itu. Namun siapa sangka waktu dapat mengubah segalanya. Scandal yang menimpa gadis itu membuatnya te...